16 ||Aerglo Auberon||

32 6 0
                                    

Hari sekolahpun tiba, tak terasa sudah masuk semester dua dan sebentar lagi Aurora akan menjadi kelas XII. Seperti biasa, Aurora berangkat bersama Glo dan banyak pasang mata yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Ada yang iri, ada yang dendam, dan masih banyak lagi. Namun Glo maupun Aurora tidak menanggapinya. Toh, mereka berpacaranpun tidak akan menyusahkan orang lain.

Berita tentang anak baru ternyata benar adanya. Lihat saja, sekarang kelas Aurora sudah ramai karena banyak dari kelas XI maupun XII ingin melihat anak baru itu. Aurora duduk dibangkunya begitupun dengan Glo. Saat ingin mengeluarkan ponselnya, ada tangan yang mengulur kepadanya. Aurora menatap orang itu dan tersenyum.

"Kenalin, gue Refa Adiba, lo bisa panggil gue Refa." ucap Refa.

"Gue Aurora, lo bisa panggil gue Rara." balas Aurora.

"Seneng bisa kenalan sama lo. Gue juga udah kenal sama temen-temen lo." ucap Refa.

"Bagus dong kita bisa jadi temen," ujar Aurora.

"Ra." tegur Rain.

"Kenapa Rai?" tanya Aurora.

Rain menggelengkan kepalanya, bingung denga sikap Aurora yang sangat welcome pada orang baru. Bukan, bukannya Rain tidak ingin berteman dengan Refa, namun Rain tidak ingin Aurora lebih asik dengan Refa.

Taukan gimana rasanya kalau sahabat kita lebih akrab sama orang baru dibanding kita? Gimana rasanya? Ya jelas sakit.

Bel berbunyi dan masuknya seorang guru, menandakan pelajaran segera dimulai. Mereka mengikuti pelajaran dengan fokus dan tidak mengalihkan padangannya sedikitpun. Karena yang mengajar sekarang adalah Bu Mina sang guru matematika yang sangat killer dan ditakuti. Sekali saja ada yang mengeluarkan suara, ataupun tidak memperhatikannya sudah dipastikan berujung hukuman.

"Rain, saya perhatikan sedari tadi kamu melamun. Kamu tidak suka dengan pelajaran saya?" tanya Bu Mina.

"Eh engga bu, ini saya lagi mikirin rumus matematikanya bu." ucap Rain berbohong.

Bu Mina bangkit dari duduknya dan menghampiri meja Rain "Kamu tidak bisa membohongi saya. Buku catatan kamu kosong, itu artinya kamu belum mencatat apa yang saya perintahkan." ucap Bu Mina tegas.

"Maaf bu, saya salah." balas Rain.

"Keluar dari kelas saya dan hormat dibawah tiang bendera sambil mengangkat satu kaki sampai istirahat!"perintah Bu Mina.

Lintar melihat Rain yang tidak seperti biasanya. Dari kemarin Rain bersikap sangat berbeda. Bukan Lintar saja yang merasakan, namun teman-temannyapun begitu. Rain berjalan keluar kelas dan segera hormat dibawah tiang bendera seperti yang diperintahkan Bu Mina.

⭐⭐⭐⭐

Jam pelajaran pertama berakhir dan berganti ke jam pelajaran kedua. Terlihat seorang gadis sedang mengangkat telfon di halaman belakang sekolah. Nada bicaranya seperti orang ketakutan, dan membicarakan hal yang serius.

"Gue udah lakuin semua yang lo mau. Dan stop ganggu gue!" ucap gadis itu.

"Sayangnya gue gaakan berhenti ganggu lo sampe gue dapetin apa yang gue mau" ucap seseorang dari sebrang sana.

"Shit! Apa yang lo mau?" tanya gadis itu.

"Gue mau dia jadi milik gue, dan gue yakin lo paham maksud itu."

"Sampe kapanpun, gue gaakan ngelakuin hal sampah kaya gitu!" tolak gadis itu.

"Itu terserah lo. Lo harus nurutin semua ucapan gue kalau lo gamau perusahaan bokap lo bangkrut."

Tut

Gadis itu memutuskan sambungan sepihak. Ia sangat takut dengan masalah yang dihadapinya. Takut kalau salah mengambil keputusan.

Gue harus apa batinnya.

⭐⭐⭐⭐

Bel istirahat terdengar, semua murid berhamburan keluar kelas dan menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong. Namun tidak untuk Rain. Rain kembali ke kelas dan meneguk air mineralnya hingga setengah. Aurora sangat peka dengan keadaan Rain sekarang. Kalau Rain diam, tandanya ada yang tidak beres.

"Lo kenapa si Rai?" tanya Aurora.

"Gapapa cuma ga mood Ra." balas Rain.

"Kalo ada apa-apa bilang ya Rai." ucap Aurora.

"HALO SEMUA MANUSIA!" teriak Pelangi dari pintu masuk.

"Yang lain mana?" tanya Aurora.

"Lagi otw. Eh lo tau ga si, ini semua makanan dibeliin sama si Refa." ucap Pelangi.

"Dasar bocah gratisan lo." ucap Rain yang sedari tadi hanya diam.

"Cape ya Rai?" tanya Pelangi.

"B aja. Gue kuat."

Tak lama dari itu, datanglah Matahari dan yang lainnya termasuk Glo dan kelima temannya. Mereka memilih duduk lesehan dibawah papan tulis. Dan menikmati makanan mereka. Hanya Refa yang yang tidak memiliki pasangan. Namun itu tidak berpengaruh padanya.

"Ngeliatin Glo biasa aja neng." ucap Carin.

"Gaboleh gitu Rin." ucap Aurora.

"Dia ngeliatin cowo lo Ra." ucap Carin.

"Gue punya mata, suka-suka gue lah." balas Refa kesal.

"Awas lo ya!" ucap Carin geram.

"Udah-udah, makan dulu jangan ribut terus." ucap Matahari.

Mereka menghabisi makanan mereka dengan santai. Sesekali Cano membuat lelucon yang membuat mereka tertawa dengan nyaring. Leluconnya tidak terlalu lucu, tapi nada tertawa Bella lah yang membuat mereka tertawa.

"Gue angkat telfon bentar." izin Rain dan mereka mengiyakannya.

"Gue ko cape bangat ya, padahal ga ngapa-ngapain." ucap Aurora.

"Obatnya udah dimunum?" tanya Glo.

"Belum."

Glo bangkit dari duduknya dan berjalan kearah meja Aurora untuk mencari obat. Namun nihil, obatnya tidak ada didalam tas Aurora. Glo mengeluarkan semua isi tas Aurora untuk lebih teliti mencari obat, tetapi tetap saja obat itu tidak ada. Cano yang muka panik sahabatnya akhirnya bertanya.

"Kenapa lo Glo?" tanya Cano membuat yang lain melihat kearah Glo.

"Kamu gabawa obat Ra?" tanya Glo.

"Bawa ko, ada didepan." ucap Aurora.

"Gaada Ra, aku udah cari." balas Glo.

"Masa sih."

Aurora ikut mencari obat itu dan benar, tidak ada apa-apa didalam tasnya. Seingatnya, ia sudah memasukan obat itu kedalam tasnya. Aurora terus mencari obatnya hingga dibawah loker mejanya.

"Ko ga ada ya?" tanay Aurora.

"Kamu lupa kali Ra."

"Engga Glo."

"Di tas gue juga ga ada Ra." ucap Pelangi.

Aurora mulai merasakan sakit disekitar pinggang, perut, dan dada. Aurora tidak bisa menahannya hingga akhirnya jatuh dan kehilangan kesdaaran. Glo dan yang lain panik melihat Aurora tidak sadarkan diri. Tidak mau menunggu lama-lama, Glo membawa Aurora ke UKS.

"Jangan bikin aku panik dong Ra." ucap Glo.

"WOY MINGGIR!" ucap Cano berteriak kepada sekumpulan perempuan yang menghalangi jalan.

Maafin gue Ra, gara-gara gua, lo jadi kesakitan lagi batin seseorang.

⭐⭐⭐⭐






Waduhh, siapa ni yang mau ngejahatin Aurora? Coba tebak, siapa tau aja bener.

Vote komen jangan lupa🤗.
Typo komen~

05, Juni 2020

Aerglo AuberonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang