Kamu tahu apa yang paling menyakitkan dari tertusuk anak panah? Sebuah janji yang tidak ditepati.
⭐⭐⭐⭐
Kedatangan Dania dan Gaza membuat mereka memasang wajah takut. Takut kalau akan disalahkan atas kejadian yang menimpa Aurora. Gaza menatap mereka satu persatu. Yaang ditatap malah menundukan wajahnya, tidak berani melihat manik mata elang Gaza.
Glo mengumpulkan keberanian untuk meminta maaf pada Gaza. Glo bangkit dari duduknya lalu menyalami punggung tangan Gaza dan Dania. Mereka yang melihat Glo, langsung mengikutinya.
“Maaf Ayah,” ucap Glo.
“Kamu ga bisa jagain anak saya?” tanya Gaza.
“Bisa Ayah.”
“Lalu kenapa sekarang Aurora ada di rumah sakit?” tanya Gaza.
“Maaf,” balas Glo.
Dania tahu, suaminya itu hanya berpura-pura untuk membuat Glo takut. Gaza hanya ingin tahu seberapa besar tanggung jawab Glo pada anaknya.
“Kalau Ayah mau, Ayah bisa pukul Glo sekarang,” ujar Glo.
“Saya ga minat mukul orang lemah.” Gaza merangkul bahu Glo dan mencium kepala Glo.
“Ayah ga marah Glo. Makasih udah nolongin Rara,” ucap Gaza.
“Tapi Yah, Rara beginikan gara-gara Glo,” ucap Glo.
“Emangnya kamu tau kalau Rara mau diculik?” tanya Gaza.
Glo menggeleng lemah. Gaza tersenyum simpul dan melirik ke arah Rain.
“Rain kenapa nangis?” tanya Gaza.
“Rara Yah,” ucap Rain.
“Rara gapapa. Cuma butuh darah, udah deh.”
“Ayah nyembunyiin penyakit Rara dari kita semua,” ucap Rain.
Tujuh kata, namun sangat menusuk hati Gaza maupun Dania. Mengapa mereka bisa tahu? Apakah Aurora memberitahu tentang penyakitnya?
“Tau dari mana kamu?” tanya Gaza.
“Dokter Piskal bilang gitu. Dan Ayah tau? Rara masuk ke stadium tiga,” ucap Rain dengan kesal.
Deg
Satu lagi kenyataan pahit menimpa dirinya. Bukankah Aurora selalu menjalani cuci darah tiga kali dalam satu minggu? Gaza menatap Dania meminta penjelasan.
“Aku anter Rara ke rumah sakit ko Mas,” ucap Dania.
“Kita lakuin transfutasi darah dulu. Setelah itu, kita pindahkan Aurora ke rumah sakit biasanya,” ucap Gaza.
Gaza dan Dania meninggalkan mereka semua. Rasa kecewa mulai tumbuh di hati mereka, karena tidak bisa menjadi sahabat yang baik. Bahkan penyakit Aurora saja mereka tidak tahu.
Lintar mengajak mereka untuk ke kantin Rumah Sakit untuk makan siang. Karena dari pagi tadi, mereka belum makan apa-apa. Glo yang awalnya tidk mau ikut mendapat pukulan dari Cano. Barulah Glo menurut.
“Kalau lo ga bisa buat jaga kesehatan sendiri, gimana buat jaga kesehatan Rara? Khawatir boleh, bego jangan.” Cano menarik tangan Glo untuk ikut bersamanya.
Mereka memesan makanan dan memakannya dengan diam. Setelah selesai makan, baru mereka membuka suara membahas perihal penyakit Aurora.
“Harusnya dari awal gue peka sama kesehatan Aurora,” ucap Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aerglo Auberon
Teen Fiction(Tahap revisi!) "Kamu jangan kaya senja ya, Ra," ucap Glo. "Kenapa?" "Datang membawa kebahagiaan, lalu tiba tiba pergi membawa kesedihan," ujar Glo. "Tapikan senja balik lagi," ucap Aurora. "Yang namanya perpisahan itu gak ada yang indah, Ra," ucap...