Takdir jahat ya Bang, misahin kita sama Papah. Kenapa sih? Emangnya Lia gak boleh bahagia?
⭐⭐⭐⭐
Tiga hari berlalu, Glo belum bisa mengikhlaskan kepergian Rafa. Andai saja saat itu mereka tidak pergi makan di luar, andai saja mereka langsung pulang, pasti semua ini tidak akan terjadi. Glo melihat sarapannya dengan tatapan kosong, matanya sembab, hidungnya merah, kesehatannya pun menurun.
Lilis tidak tega melihat kedua anaknya yang larut dalam kesedihan. Lilis ingin sekali menghibur mereka, mengajak mereka jalan-jalan untuk menenangkan pikiran sejenak. Namun Lilis tidak bisa, karena iapun masih dihantui kesedihan atas meninggalnya Rafa.
“Ayo Bang sarapannya dimakan,” ucap Lilis.
Glo tersentak, lamunannya buyar ketika mendengar suara Lilis, “Iya, Mah,” balas Glo.
“Lia juga ya,” ucap Lilis.
Lia mengangguk dan memakan sarapannya. Lilis menghela nafas, “Kita gak boleh terlalu lama bersedih atas kepergiannya Papah. Kalau kita sedih terus, Papah bisa gak tenang. Ikhlasin Papah ya, Sayang,” ucap Lilis membelai lembut rambut kedua anaknya.
Glo menghapus air matanya, lalu menghapus air mata Arzellia, dan mencium pipi Lilis. Walaupun Arzellia masih berumur tujuh tahun, ia sudah mengerti apa itu meninggal dunia. Arzellia sangat terpuruk karena kepergian Rafa, belum lagi kakinya yang patah dan tidak bisa berjalan untuk sementara waktu.
Gue harus kuat, demi Mamah sama Lia. Gue janji ini terakhir kalinya gue nangisin Papah. Pah, Abang sayang banget sama Papah, batin Glo.
“Besok kita ke Surabaya aja, Mah,” ucap Glo.
“Kamu mau?” tanya Lilis.
“Mau ko. Kita di sana tiga aja,” balas Glo.
“Yasudah, ayo siapin keperluan kalian,” ucap Lilis.
Glo menaiki tangga dan berjalan ke kamarnya. Glo mengambil koper dan memasukan beberapa baju untuk tiga hari di Surabaya. Setelah selesai, Glo membuka ponselnya dan melihat banyak notifikasi chat dari Aurora dan para sahabatnya.
Rara🐝
Glo kamu ke mana?
Kamu gapapa kan Glo?
Glo bales dong
Jangan bikin aku khawatir
Aku sekarang ke rumah kamu ya
Tapi masih pagi
Boleh kan?Setelah membaca pesan Aurora, Glo mendengar Lilis memanggilnya. Glo segera menghampiri Lilis dan ternyata ada Aurora dan Carin di ruang tamu. Glo tersenyum ke arah mereka. Aurora bangkit dari duduknya dan memeluk Glo erat.
“Kamu ke mana aja?” tanya Aurora.
“Aku gak kemana-mana, Ra. Tadi aku sarapan terus beresin baju,” ucap Glo.
“Beresin baju? Kamu mau ke mana? Kamu gak ninggalin aku kan?” tanya Aurora.
“Engga, Sayang. Tiga hari ke depan, aku mau ke Surabaya sama Mamah sama Lia juga,” ujar Glo.
“Kamu hati-hati,” ucap Aurora.
“Naik pesawat, Glo?” tanya Carin.
“Iya, bilangin semuanya ya. Kalian besok pagi harus anterin gue ke Bandara,” ucap Glo.
“Jam berapa?”
“Jam delapan.”
Mereka mengobrol sebentar, lalu berpamitan pulang. Karena Aurora dan Carin datang dengan taxi, maka Glo mengantarkan mereka pulang.
Glo mencari kunci mobil lalu berpamitan pada Lilis. Glo membawa mobilnya dengan santai dan fokus. Ia tidak ingin mencelakai Aurora dan Carin karena terus melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aerglo Auberon
Teen Fiction(Tahap revisi!) "Kamu jangan kaya senja ya, Ra," ucap Glo. "Kenapa?" "Datang membawa kebahagiaan, lalu tiba tiba pergi membawa kesedihan," ujar Glo. "Tapikan senja balik lagi," ucap Aurora. "Yang namanya perpisahan itu gak ada yang indah, Ra," ucap...