Perpisahan yang paling menyakitkan adalah ketika kita dipisahkan oleh alam yang berbeda.
⭐⭐⭐⭐
Suasana rumah sakit sangat ramai, semua sahabat Aurora ada di sana, kecuali Rain dan Lintar. Karena mereka membuat surat izin. Kedua orang tua Aurora juga sudah ada di sana dengan air mata yang membasahi pipinya.
Baru saja gadis cantik itu melepas masa-masa sulitnya, haruskan ia merasakan itu lagi? Apakah ia tidak pantas untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa semua terasa begitu tidak adil?
Glo menundukkan kepalanya dan tangannya terkepal kuat, menandakan ia sedang sangat marah. Glo menatap Carin dengan tatapan benci, yang ditatap hanya memejamkan matanya takut. Cano menjaga jarak dari Carin, rasa kecewa itu lebih dominan dari rasa cintanya.
Seorang dokter lengkap dengan jas putihnya keluar dari UGD, kedua orang tua Aurora segera mengeluarkan suara dan bertanya.
“Gimana keadaan putri saya, Dok?” tanya Gaza.
“Putri Bapak mengalami benturan yang sangat kuat dan meng-”
“Apa harus di operasi?” tanya Dania.
“Tidak, putri Ibu dan Bapak tidak bisa diselamatkan karena mengalami pendarahan. Aurora sudah meninggal sebelum di bawa ke rumah sakit ini,” jelas Dokter itu.
“Bercanda mulu si Dokter,” ucap Awan.
“Saya tidak bercanda, saya serius. Aurora menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Senin, 21 Juli 2019 pukul 06.55 WIB,” ujar Dokter.
“Dokter saya mohon selamatkan anak saya,” ucap Gaza.
“Maaf, Pak. Itu sudah kehendak yang maha kuasa, saya turut berduka cita. Permisi.” Dokter itu pergi meninggalkan suasana duka.
“Bun, bangun Bun,” ucap Gaza menepuk pelan pipi istrinya.
Orion memanggilkan suster untuk membantu Dania.
“Liat, bahkan orang yang paling gue cintai pergi ninggalin gue,” ucap Glo.
“Glo, lo harus ikhlas,” ucap Cano.
“Gak gampang,” ucap Glo.
Pelangi, Matahari, Bella, dan Refa berpelukan saling menguatkan satu sama lain. Carin? Gadis itu hanya menangis menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Sedangkan Cano, Awan, Orion, dan Langit menengkan Glo agar laki-laki itu tidak melepaskan semua emosinya.
“Gimana keadaan Rara? Ko kalian malah pada pelukan si?” tanya Rain.
Mereka hanya diam, tidak ada yang membuka suara. “Kalian tuli?” tanya Rain.
“Lah ko malah nangis?” tanya Rain heran.
“Glo, Rarara gimana?” tanya Rain.
Glo membuang nafasnnya kasar dan mulai menjambak rambutnya. Rain yang melihat itu mulai merasakan ada yang tidak beres.
“Yah, Rara gimana?” tanya Rain.
“Ikhlas ya, Rai,” jawab Gaza.
“Ma-maksudnya?” tanya Rain.
“Kita kehilangan Rara buat selama-lamanya,” ucap Pelangi.
“Lawak lo!” bentak Rain.
“Ssttt, gak boleh teriak-teriak,” uca Lintar memeluk Rain dari belakang.
“Lin, Pelangi bohong kan? Rara gak mungkin meninggal,” ucap Rain.
“Udah takdir Allah, Rai,” ucap Lintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aerglo Auberon
Teen Fiction(Tahap revisi!) "Kamu jangan kaya senja ya, Ra," ucap Glo. "Kenapa?" "Datang membawa kebahagiaan, lalu tiba tiba pergi membawa kesedihan," ujar Glo. "Tapikan senja balik lagi," ucap Aurora. "Yang namanya perpisahan itu gak ada yang indah, Ra," ucap...