Hari ini aku double up, soalnya kemarin ga update😅.
Seperti yang telah direncanakan kemarin, anggota Schedel kembali berkumpul di markas. Kali ini lebih lengkap, tidak hanya tiga ratus, namun tiga ribu. Glo harus berbicara menggunakan speaker agar semua anggota mendengarnya.
“Satu kelompok lima puluh orang. Kita mencar, ga semuanya ada di Jakarta. Ada yang ke Bogor, Bandung pokonya yang ga terlalu jauh,” ucap Glo.
“Gue belum dapet kelompok, Bang.” Salah satu anggota mengangkat tangannya.
“Dengerin gue. Yang ga kebagian kelompok, berarti beli semua perlengkapan yang kita butuhin. Mulai dari baju bayi sampai lansia, makanan dua ribu box, air mineral, buku tulis, alat tulis, dan beberapa mainan. Paham?”
“Siap paham,” jawab mereka semua.
“Untuk kunjungan rutin panti, gue cuma ambil empat orang diluar anggota inti.”
Banyak orang yang memandang Schedel sebelah mata. Menganggap Schedel adalah perkumpulan yang meresahkan, pembuat onar, dan masih banyak lagi. Namun cacian itu dijadiakan motivasi untuk berubah jauh lebih baik. Mungkin dulu Schedel memang seperti itu, namun sekarang tidak lagi.
Schedel yang sekarang adalah kumpulan baik hati, suka menolong, dan rajin beribadah. Biarkan saja mereka berbicara sesuai apa yang mereka dengar tanpa melihat kebenarannya. Toh, tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang hanya bisa mengkritik tanpa bisa memberi saran.
Setelah selesai rapat, mereka mulai berhamburan. Ada yang tidur, ada yang main game, ada yang main kartu, main billiard, dan masih banyak lagi.
Glo mengahampiri Aurora yang sedang tertawa dengan Rain. Hari ini Glo, Aurora, Lintar, dan Rain ingin membeli beberapa keperluan yang harus dibawa ke panti asuhan nanti. Mereka berpamitan, dan langsung menuju mall terbesar di kota Jakarta.
Setelah sampai, Glo dan Lintar hanya mengikuti gadisnya untuk membeli apa yang mereka mau. Mulai dari baju, aksesoris, perlengkapan sekolah, mainan, jajanan, hingga cokelat.
“Banyak bangat, Ra,” ucap Rain.
“Di panti asuhan ga cuma ada dua puluh orang, Rai.” Aurora terus memasuki cokelat ke trollinya.
“Udah belum?” tanya Lintar.
“Belum,” jawab Aurora dan Rain bersamaan.
Dua jam berlalu akhirnya selesai. Mereka berjalan ke arah parkiran sambil tertawa. Sesekali Lintar menarik rambut Rain membuat gadis itu berteriak dan mengejar Lintar. Glo tidak mau kalah, iapun mencubit kerasa pipi Aurora membuat Aurora beberapakali berteriak keras memanggil nama Glo.
Glo memasuki mobilnya diikuti oleh Aurora, Lintar, dan Rain. Aurora yang masih kesal pada Glo memilih untuk duduk dibelakang bersama Rain. Glo terus membujuk Aurora untuk memaafkannya.
“Ra, bercanda,” ucap Glo sambil menyetir.
“Tau aku ge,” balas Aurora.
“Menurut lo, masalah kita sama Rio udah beres belum?” tanya Lintar.
“Gue ga tau, kalaupun selesai itu cuma sementara. Lo tau lah Rio itu licik bangat.” Glo melajukan kecepatannya seakan pembahasan tentang Rio adalah hal yang sangat ia benci.
“Pelan-pelan Glo,” ucap Aurora.
⭐⭐⭐⭐
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Semua anggota Schedel berpencar mencari orang yang membutuhkan di pinggir jalan. Mereka berangkat pagi hingga siang hari. Glo memberi jeda untuk melaksanakan sholat Zuhur dan makan siang. Sorenya mereka lanjut hingga malam.
Glo dan kelima sahabatnya membawa dua mobil. Jangan lupakan Aurora dan sahabatnya juga. Mereka ikut membantu untuk membagikan rezeki. Glo, Lintar, dan Orion membawa seratus box kotak nasi, dan air mineral. Sedangkan Aurora, Rain, dan Bella membawa beberapa baju dan cemilan. Mereka begitu kompak dan bersemangat.
Aurora melihat seorang anak kecil yang tidak asing. Setelah Aurora berhasil mengingatnya, Aurora dan kedua sahabatnya menghampiri anak kecil tersebut.
“Halo, Windi.” Aurora mengusap lembut kepala Windi.
“Loh, Ka Rara ngapain di sini?” tanya Windi.
“Oh aku sama sahabat aku lagi bagi-bagi makanan,” ujar Aurora.
“Ooo, aku dapet ga Ka?” tanya Windi.
“Dapet dong.” Aurora berjalan jauh menghampiri Glo.
Glo, Orion, dan Lintar membawa dua box nasi dan dua botol air mineral. Lalu Rain dan Bella mengambil pakaian, cemilan, serta alat tulis untuk Windi dan ibunya.
“Makasih ya, Ra,” ucap ibu itu.
“Sama-sama Bu. Kalau gitu kita permisi mau ngasih ke yang lain juga,” ucap Aurora.
“Oh iya Bu, ini ada sedikit uang tolong diterima ya, Bu,” ucap Orion memberikan amplop.
“Sekali lagi terimakasih.” Sang Ibu mengeluarkan airmata dan terus mengucapkan rasa syukur.
Mereka berenam menghampiri orang-orang yang sedang beristirahat. Ada sedikit rasa iba melihat masih banyak orang yang sangat kekurangan. Terlihat dari pakaian yang mereka pakai sangat lusuh, alas kaki yang sudah tidak layak pakai. Bahkan ada anak kecil yang makan dari tempat sampah. Tapi mereka tetap bersyukur karena masih diberi waktu untuk hidup dan beribadah kepada sang pencipta.
Sedangkan kita, hidup enak, bisa sekolah, kalau lapar tinggal makan, tidur ditempat yang layak, punya banyak teman, tapi kadang masih suka ngeluh sama hidup. Sudahkah kita bersyukur hari ini? Manusia memang seperti itu, tidak pernah merasa puas.
“Kamu kenapa? Ko nangis?” tanya Rain pada anak perempuan.
“Aku mau sekolah Ka, kaya temen aku,” ucap anak itu.
“Nama kamu siapa?” tanya Bella.
“Cinta, Ka,” jawabnya.
“Kamu mau sekolah? Bisa ko. Umur kamu berapa?” tanya Aurora.
“Aku ga tau,” kata Cinta.
“Tujuh tahun, Mba,” balas Ibunya.
“Kalau mau, Cinta bisa ko sekolah di SDnya adik aku,” ucap Glo.
“Tapi Ibu aku ga punya uang, Ka.” Gadis itu menundukan kepalanya.
“Gapapa, nanti Kaka yang bayarin sekolah kamu sampai lulus SD,” ucap Glo.
“Beneran, Ka?” tanya Cinta.
“Beneran. Masa Kaka bohong.”
“Ini alamat Kaka, kapan pun kamu sama Ibu kamu bisa datang ke rumah Kaka,” ujar Glo.
Cinta menerima selembar kertas dan menatap Ibunya, “Terimakasih. Kaka orang baik.”
“Terimakasih,” ucap Sang Ibu.
Mereka berjalan menuju mobil karena persediaan nasi dan yang lainnya sudah habis. Mereka akan berisitirahat dan kembali ke markas. Sebelum itu, Glo membeli beberapa bungkus nasi untuk semua anak Schedel.
Hari ini Aurora belajar banyak dari orang-orang sekitarnya. Keluarga lebih penting dari apapun. Itulah yang Aurora simpulkan dari salah satu ucapan seorang Bapak pengangkut sampah.
Membantu orang yang sedang kesusahan adalah kebahagiaan untuk diri sendiri. Sebagian atau bahkan semua orang akan merasa menjadi sangat berguna. Kalau kalian tidak bisa membantu dengan harta, bantulah dengan tenaga. Kalau tidak bisa juga, bantulah dengan ilmu. Kalau tidak bisa membantu dengan ilmu, bantulah dengan doa.
⭐⭐⭐⭐
Halo gimana ni kabarnya? Semoga selalu sehat yaa.
Maaf ya kmrn aku ga updet. Tapi aku usahin kalau hari itu ga updet, besoknya double up.
Makannya kasi
KAMU SEDANG MEMBACA
Aerglo Auberon
Teen Fiction(Tahap revisi!) "Kamu jangan kaya senja ya, Ra," ucap Glo. "Kenapa?" "Datang membawa kebahagiaan, lalu tiba tiba pergi membawa kesedihan," ujar Glo. "Tapikan senja balik lagi," ucap Aurora. "Yang namanya perpisahan itu gak ada yang indah, Ra," ucap...