3 ||Aerglo Auberon||

130 41 0
                                    

Lima puluh delapan anggota Schedel sudah berkumpul di markas dengan jaket kebanggaannya yang mereka pegang. Mereka membentuk lingkaran dan berpegangan tangan dengan menyilangkannya. Menutup mata dengan menarik nafas yang teratur dan membuka mata setelah ketua mereka berkata 'sudah'. Saat ini Schedel ditantang oleh geng Warior, kalau mereka tidak mengiyakannya, orang tersayang mereka menjadi korbannya.

"Schedel," ucap Glo menaruh tangannya didada.

Mereka semua menuruti perintah sang ketua. Menaruh tangan kanan didada dan mengeluarkan suara yang sangat lantang membuat siapa saja yang mendengar bergidik ngeri.

"JANGAN TINGGALKAN TEMAN YANG SEDANG KESUSAHAN."

"Schedel."

"BANTU SIAPAPUN TANPA TERKECUALI."

"Schedel."

"BERANI MENGAMBIL KEPUTUSAN."

"Schedel."

"BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEMUA PERBUATAN."

"Schedel."

"JADIKAN SAHABAT SEBAGAI PRIORITAS."

"Jangan ada yang bawa senjata. Kalo gue tau ada yang bawa, taukan akibatnya?" tanya Glo.

"Tau, Bos," jawab mereka bersama.

"Pake jaket kalian, kita berangkat sekarang," ucap Glo dan diangguki oleh mereka semua.

Mereka keluar markas dan menaiki motornya masing masing lalu menuju tempat yang sudah direncanakan. Disana sudah ada anggota Warior yang terbilang sangat banyak. Mungkin dua kali lipatnya Schedel.

"Dateng juga. Gue kira lo pengecut," ucap Rio ketua geng itu.

"Lo pikir kita takut?" tanya Glo.

"Anggota lu cuma ratusan?" tanya Rio meremehkan.

"Kalau gue bawa semua anak Schedel, gue gabisa jamin lo dan anggota lo masih hidup abis berantem nanti."

"Gausah banyak bacot. SERANG!" perintah Rio dan peperanganpun dimulai.

Buggh

Rio memukul rahang Glo dengan kencang. Karena Rio sudah memukunya duluan, Glo bebas melancarkan aksinya. Glo memukul hidung dan perut Rio membuat Rio meringis kesakitan.

"Mental tempe," ucap Glo

Buggh

Rio kembali memukul perut Glo, namun itu tidak berpengaruh untuknya. Glo terus membabi buta Rio. Sampai akhirnya polisi datang, dan mereka berhamburan.

"JANGAN ADA YANG MENCAR. KE MARKAS SEKARANG JUGA!" teriak Cano.

⭐⭐⭐⭐


Sesampainya di markas, mereka membersihkan lukanya masing masing. Tidak ada yang parah, hanya beberapa memar dibagian wajah.

"Anjing muka mulus gue," ucap Cano mengusap wajahnya.

"Alay lo," balas Langit.

"Cape-cape perawatan supaya Carin makin sayang sama gue, tapi malah sia sia." Cano mengusap matanya seakan ada air mata yang keluar.

"Yang penting kita gada yang luka parah," ucap Lintar.

"Sialan emang tuh Bagus, muka gue ditonjok pake sikut," ujar Rion.

"Namanya Bagus tapi gak ada bagus-bagusnya sama sekali," kata Langit.

"Sekarang pulang, kasih salep mukanya. Besok kita tampil, jangan sampe orang-orang tau kalau kita abis berantem," ucap Glo.

Aerglo AuberonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang