“Kita harus melakukan cuci darah,” ucap Dokter Raka.
“Tapikan Rak, masalahnya anak gue gatau kalau dia sakit ginjal.” ucap Gaza.
“Kita kasih tau dia sekarang juga! Kondisi anak lo semakin hari semakin menurun!” tegas Dokter Raka.
“Gimana Bun?” tanya Gaza.
“Lakukan yang terbaik.” Dania mengusap air matanya.
Dokter Raka mengangguk dan mempersiapkan semuanya.
Raka adalah sahabat SMA Gaza, mereka berteman baik hingga saat ini. Mereka sempat lost contact karena Raka yang berkuliah di luar negeri. Betapa terkejutnya Gaza ketika mengetahui dokter spesialis ginjal itu adalah teman lamanya.
Aurora sempat drop karena lupa meminum obatnya. Alhasil berakhir terbaring lemah di rumah sakit. Glo yang tahu kabar Aurora, segera melajukan motornya dan memilih bolos sekolah.
“Maafin Glo yah, Glo gabisa jagain Rara,” sesal Glo menundukan kepalanya.
“Ayah maafkan, mulai sekarang kamu harus lebih memperhatikan Aurora ketika kalian sedang berdua,” ujar Gaza menepuk pelan pundak Glo.
“Iya yah,” ucap Glo.
“Gaza,” panggil Dokter Raka.
Mereka bertiga menoleh kebelakang ketika nama Gaza dipanggil. Yang dipanggil Gaza, yang nengok semuanya. Kenapa si begitu terus?:v
“Kita perlu bicara,” ucap Dokter Raka.
Gaza berjalan dibelakang Dokter Raka. Mereka memasuki ruangan Dokter Raka dan membicarakan hal yang sangat serius.
“Lo udah kasih tau penyakitnya ke anak lo?” tanya Dokter Raka.
“Belum, gue gaberani,” balas Gaza.
“Bodoh! Kita harus ngelakuin cuci darah dua jam lagi,” geram Dokter Raka.
“Gue takut Rara gabisa terima keadaannya,” lirih Gaza.
“Dengerin gue Za, kalau kita telat cuci darah, fungsi ginjal pelan-pelan akan melemah. Makin banyak jaringan ginjal dan sel organ lainnya yang rusak. Tanpa cuci darah, jaringan ginjal dan sel organ lainnya dalam tubuh tidak bisa bekerja sendiri dan akhirnya akan rusak. Gejala dan komplikasi tambah parah. Paham ga lo?” tanya Dokter Raka.
“Paham Rak. Ternyata otak lu encer juga. Gue kira lo segitu-gitu aja,” ucap Gaza.
“Gila lo,” balas Dokter Raka.
⭐⭐⭐⭐
Gaza memasuki ruang rawat Aurora. Disana terlihat Glo yang sedang mengupas apel untuk Aurora. Gaza menarik nafas dan membuangnya kasar. Glo tidak boleh mendengar penyakit Aurora.
“Glo,” panggil Gaza.
“Iya, Yah.”
“Tolong belikan ayah kopi di cafe dekat sekolah kamu.” Gaza mengeluarkan dompet dari sakunya.
“Ayah itukan jauh,” ucap Aurora.
“Gapapa Ra,” balas Glo.
“Glo berangkat dulu ya yah,” pamit Glo.
Setelah Glo benar-benar pergi, Gaza dan Dania mendekat kearah putrinya. Gaza memberi kode pada Dania untuk memberi tahu perihal penyakit Aurora. Namun Dania menggelengkan kepalanya.
Aurora menatap heran kedua orang tuanya. Ada apa ini?
“Kenapa si Yah?” tanya Aurora.
“Ra, maafin Ayah. Ayah harus bilang ini sama kamu,” ucap Gaza.
“Kenapa?” tanya Aurora.
Jantungnya berdebar kencang, takut kenyataan pahit menimpanya, Aurora terus berfikir positif bahwa ia tidak akaan kenapa-napa.
“Kamu sakit ginjal stadium dua Ra,” ucap Gaza.
Deg
Jantung Aurora terus berdetak dengan ceat. Keringat bercucuran dari dahinya. Tangannya gemetar dan matanya berkaca-kaca.
Dania yang paham situasi ini langsung memeluk Aurora. Aurora berontak, namun Dania menambah kencang pelukannya. Gaza ikut memeluk dan menengkan Aurora.
Aurora berteriak sekuat tenaganya dan berusaha melepas pelukan kedua orang tuanya. Berhasil, Aurora menyeka air mata yang menjatuhi pipinya.
“Dari kapan aku sakit ini?” tanya Aurora.
“Dari pertama masuk rumah sakit di Jogja,” ucap Gaza.
“Kenapa? Kenapa Ayah sama bunda gangasih tau penyakit Rara. Kalau Rara tau Rra sakit ginjal, Rara gakan ngajak Glo jalan-jalan dan berakhir di rumah sakit kaya gini,” ucap Aurora menangis.
“Maafin Bunda sayang, ini semua Bunda yang rahasiain,” ucap Dania.
“Kenapa Bun? Bunda ga sayang sama Rara? Kenapa Bunda jahat bangat nyembunyiin penyakit ini dari Rara?” tanya Aurora.
“Rara, dengerin Bunda dulu. Bunda takut kamu gabisa terima penyakit ini sayang. Bunda takut kamu jadi anak yang pendiam dan ga percaya diri,” lirih Dania.
“Aku gangerti lagi sama jalan fikirnya Bunda.” Aurora menyeka air matanya.
“Kita harus cuci darah satu jam lagi Ra,” ucap Gaza.
“Terserah,” balas Aurora.
“Rara maafin Bunda. Bunda janji ga akan nyembunyiin apapun dari kamu lagi. Tolong maafin bunda Ra,” ucap Dania yang terus menangis.
“Rara gamarah sama Bunda sama Ayah. Rara cuma kesel aja,” ucap Aurora.
“Maafin Ayah Ra,” ucap Gaza.
“Gapapa, udah kejadian juga,” ucap Auora.
“Maaf,” cicit Gaza.
“Jangan sampe semua orang tau kalau Rara sakit ginjal. Rara gamau dikasihanin sama orang,” ucap Aurora.
“Janji sama Bunda jangan rubah sikap ceria kamu,” ucap Dania.
“Janji,” balas Rara singkat.
“Assalamualaikum,” ucap Glo membuka pintu kamar rawat.
“Waalaikumsalam,” balas mereka.
“Ini yah kopinya.” Glo menyerahkan kopi itu kepada Gaza.
“Kalian habis nangis?” tanya Glo.
“Iya, habis nonton film,” ucap Aurora bohong.
“Ayo Glo kita ngopi di taman, Aurora butuh istirahat,” ajak Gaza.
Glo menurutinya dan berjalan ke arah taman rumah sakit. Aurora berharap tuhan akan baik hati padanya untuk tidak mengambil nyawanya dalam waktu yang cepat. Aurora harus lebih dekat dengan sahabat, keluarga dan juga Glo. Mungkin nanti Aurora akan memberi tahu penyakit ini pada sahabatnya. Namun tidak tahu kapan waktu itu datang.
⭐⭐⭐⭐
Monoton bngt ga si ceritanya?😌 Kadang suka bingung ngerangkai kata-katanya. Aku harus apaa niii👿.
Vote komen jangan lupa😉
09, Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Aerglo Auberon
Teen Fiction(Tahap revisi!) "Kamu jangan kaya senja ya, Ra," ucap Glo. "Kenapa?" "Datang membawa kebahagiaan, lalu tiba tiba pergi membawa kesedihan," ujar Glo. "Tapikan senja balik lagi," ucap Aurora. "Yang namanya perpisahan itu gak ada yang indah, Ra," ucap...