31 ||Aerglo Auberon||

27 5 0
                                    

Aku berharap kamu bisa lebih lama disamping aku, menemani aku hingga tua nanti. I love you Ra,

⭐⭐⭐⭐

Empat jam berlalu waktu yang dilewat Glo untuk menemani Aurora cuci darah. Selama itu juga Aurora bercerita tentang hal-hal kecil. Glo dengan senang hati menanggapinya. Aurora sempat meminta Glo untuk bercerita tentang apapun. Namun Glo tidak tahu harus bercerita apa. Akhirnya Glo memutuskan untuk bermain gitar dan Aurora yang bernyanyi.

Dokter Raka tersenyum melihat kedekatan mereka berdua. Seperti mengulang masa muda katanya. Orang tua Aurora juga berada di dalam ruangan tempat Aurora melakukan cuci darah. Namun mereka memberikan waktu agar Glo saja yang menemani Aurora.

Setelah selesai, mereka langsung pulang ke rumah. Aurora sempat mengatakan bahwa ia bermimpi bertemu dengan Glo. Dan Glo memintanya untuk bercerita.

“Aku semalem mimpi kamu loh, Glo,” ucap Aurora menatap mata Glo.

“Mimpi apa tuh?” tanya Glo.

“Aku mimpi lagi di taman gitu terus kamu dateng bawa bunga banyak bangat. Bunga itu loh yang pernah kamu kasih ke aku.” Aurora mencoba mengingat nama bunga tersebut.

“Aster?” tanya Glo.

“Nah itu. Terus kita jalan-jalan naik kuda keliling taman situ. Seneng bangat pokonya.” Aurora bercerita begitu antusias hingga membuat mereka yang mendengar tersenyum geli.

“Kamu mau naik kuda?” tanya Gaza.

“Emang boleh, Yah?” tanya Aurora.

“Boleh dong, masa ga boleh.” Gaza tersenyum ke arah Aurora dan Aurora menjerit senang.

“MAU, MAU BANGAT.”

“Nanti Ayah beli kudanya biar kamu sama Glo bisa naik kuda itu,” kata Gaza.

“YES.” Lagi-lagi Aurora berteriak.

“Tapi janji sama Ayah nilai UKK kamu harus ada yang seratus minimal lima pelajaran,” ucap Gaza.

“Bisakan, Ra?” tanya Dania.

“Oke, siapa takut,” balas Aurora.

Glo ikut tersenyum ketika Aurora memperlihatkan senyumnya. Bukan, bukan senyum palsu. Senyum itu tulus dari hati Aurora.

Glo mengelus pucuk kepala Aurora, sesekali menyelipkan anak rambut yang mulai berantakan. Glo benci dengan pikirannya yang selalu menganggap Aurora akan pergi selamanya. Glo menarik dan membuang napas kasar, ntah sudah keberapa kali Glo melakukan itu.

“Kenapa?” tanya Aurora.

“Aku ngantuk.” Glo terpaksa berbohong. Tidak mungkin kan kalau ia berbicara jujur tentang pikirannya.

“Bobo sini.” Aurora menepuk pahanya beberapa kali.

“Boleh, Bun, Yah?” tanya Glo.

“Boleh,” jawab mereka bersamaan.

“Aku nanti mau ke gramedia beli novel. Boleh ya, Yha,” pinta Aurora.

“Sama siapa?” tanya Gaza.

“Sama pangeran aku lah,” balas Aurora menunjuk Glo.

Glo bersumpah akan menarik rambut Aurora ketika tidak ada orang tuanya nanti. Bisa-bisanya gadis itu membuatnya salah tingkah.

“Pangeran kodok?” tanya Dania tertawa.

“Pangeran kudanya Rara, Bun.”

Lagi-lagi Glo tersenyum, sungguh ia tidak bisa menahan senyumnya. Sampai akhirnya Glo tertawa lepas membuat Aurora ikut tertawa.

Aerglo AuberonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang