D-Zero: 02

1K 187 91
                                    

D-Zero

Chapter 02: Konspirasi Kematian

.
.
.

Motto:

"Dunia tak butuh orang jahat. Dunia hanya butuh orang yang peduli sesama."

.
.
.

Yel-yel:

D-Zero!
Do it! Do it! Do it!

.
.
.

Chapter 02 start

.
.
.

Pulang sekolah, Jeno merasa dia harus pergi ke ruang D-Zero lagi. Sebab dia sedikit menyesali tindakannya saat jam istirahat. Jeno pikir, apa yang dilakukannya sudah salah. Tak seharusnya Jeno memberikan Hyunjin tugas begitu saja setelah mendengar perkataan dari Mark. Jeno terlihat seperti orang yang tak memiliki tanggung jawab.

Maka dengan alasan itu, Jeno berjalan menuju ruang D-Zero di gedung khusus. Kakinya melangkah dengan penuh penyesalan. Rasa sesal akan sikapnya yang sedikit kekanakan hanya karena mendengar ucapan Mark membuat Jeno tak tenang. Dia harus segera minta maaf pada anggota D-Zero yang sudah dia kecewakan.

Sampai di depan pintu ruang D-Zero, Jeno membuka pintu itu perlahan. Kaki kanannya melangkah lebih dulu, disusul kaki kirinya. Setelah masuk, Jeno segera menutup pintu, lantas berjalan menuju sofa di pojok ruangan.

Sebelumnya, Jeno tidak begitu memperhatikan seisi ruangan, sampai sebuah suara menyapanya.

"Jeno, sudah lebih baik?"

Kepala Jeno bergerak mencari asal suara. Dia baru sadar jika di ruangan D-Zero ternyata tidak hanya ada dirinya, melainkan ada Renjun juga yang sedang sibuk berkutat dengan laptop di pojok ruangan lain.

"Oh! Renjun?" Jeno bangkit berdiri, dia memilih menyusul Renjun yang terlihat sedang sibuk mengetik entah apa di laptopnya.

"Ya, aku. Kamu tidak sadar?" tanya Renjun ketika Jeno sudah berdiri di sampingnya.

Jeno menggeleng. "Aku tidak tahu kamu ada di sini juga." Sedikit melirik ke layar laptop, dahi Jeno mengernyit melihat banyaknya huruf di sana. "Apa yang kamu lalukan?" Kini gantian Jeno yang bertanya.

"Menulis," jawab Renjun tanpa menoleh ke arah Jeno. Laki-laki itu sibuk memainkan jarinya di atas keyboard, mengetik satu demi satu huruf menjadi kata.

"Menulis? Sejak kapan kamu mulai menulis Renjun? Bukankah keluargamu—"

"Aku tahu," Renjun memotong kalimat Jeno. "Tapi aku tak suka. Aku lebih suka menulis dibanding melukis."

Jeno mengangguk pelan. Ya, dia iyakan saja kalimat Renjun. Karena Jeno pun tidak memiliki alasan untuk tahu lebih jauh kehidupan Renjun, terutama masalah keluarganya yang sepengetahuan Jeno adalah pelukis. Maksudnya, seluruh keluarga Renjun berprofesi sebagai pelukis, dan Jeno rasa, Renjun tak suka itu. Anak itu lebih suka menuangkan ide lewat tulisan dibanding lewat sebuah gambar.

DZero | 00L ✔ [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang