D-Zero: 13

550 121 49
                                    

D-Zero

Chapter 13: Variabel dan Konstanta

.
.
.

Motto:

"Dunia tak butuh orang jahat. Dunia hanya butuh orang yang peduli sesama."

.
.
.

Yel-yel:

D-Zero!
Do it! Do it! Do it!

.
.
.

Chapter 13 start

.
.
.


"Jadi maksudmu, Renjun menghapus rekaman CCTV untuk melindungi Jaemin yang menggambar di dinding sekolah?" Mark bertanya seraya membenarkan posisi duduk di sofa.

Jeno mengangguk, sedikit mengacak rambut. Kepalanya terasa berdenyut sakit. Hari ini dia menerima berita baru lainnya yang tak pernah dia duga.

Bagaimana bisa, orang seperti Jaemin dan Renjun ternyata menyimpan luka yang begitu dalam. Jeno tidak habis pikir, siapa lagi di D-Zero yang tanpa sepengetahuannya menyimpan luka di hati.

"Mereka punya bukti kuat?"

Jeno mengangguk lagi. "Jaemin memberikannya padaku." Tangan Jeno menyerahkan sebuah flashdisk ke Mark. "Dia bilang di sana ada bukti yang berkaitan dengan perbuatan Renjun."

Mark mengambil flashdisk di atas meja, dia lalu berjalan ke tempat di mana PC untuk anggota D-Zero berada. Mark memasukkan flashdisk ke lubang input di CPU. Dia lalu mengutak-atik isi file di dalam flashdisk, membuka satu-satunya rekaman yang ada di sana selain file foto berisi gambaran tangan.

Video rekaman dimainkan, Mark dan Jeno fokus melihat isi rekaman.

Rekaman itu menunjukkan Renjun yang menangkap basah Jaemin, wakil ketua D-Zero itu bahkan mengancam akan melaporkan ke Jeno, tapi kemudian Jaemin bercerita alasannya menggambar di dinding. Dalam rekaman, gambar yang Jaemin buat pun ikut terlihat.

Jeno memperhatikan gambaran itu. Dia tiba-tiba ingat sesuatu. "Hyung, gambar itu ada di dinding sekitar dua bulan lalu. Jaemin bilang yang sebenarnya. Itu sekaligus membuktikan kalau video ini tidak dibuat baru-baru ini."

"Intinya, Renjun menghapus rekaman CCTV untuk melindungi Jaemin, berarti dia bukan pembunuhnya."

Jeno menyetujui ucapan Mark. "Tak ada alasan juga Renjun menjadi pembunuh."

"Tapi kenapa dia tidak mau jujur?"

Menghela napas, Jeno memijat pelipisnya. "Dia melakukan itu karena ingin ditangkap. Dia bilang, lebih baik ditangkap polisi atas tindakan yang tidak dia lakukan dibanding terus terpenjara dalam keluarga yang bahkan tak membiarkan dia memilih jalan hidup sendiri."

"Dia punya masalah ya?" tanya Mark.

"Iya, masalah mengenai apa yang ingin dia lakukan, tapi dilarang orang tuanya."

Mark menutup rekaman video di PC, mengeject flashdisk, lalu mencabut flashdisk dari CPU. "Kalau begitu, kita tidak bisa mencurigainya lagi. Kita fokus ke yang lain."

Berjalan meninggalkan PC, Mark dan Jeno kembali ke tengah ruangan, mereka duduk di sofa, berhadapan satu sama lain.

"Jadi, Hyung mau menyampaikan apa?" tanya Jeno begitu mereka sudah siap untuk membahas hal yang katanya mau Mark beri tahu.

DZero | 00L ✔ [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang