D-Zero: 23

447 106 17
                                    

D-Zero

Chapter 23: Satu Di Antara Dua

.
.
.

WARNING!

Aku ingetin ya! Semua yang ada di cerita ini, sifat, tindakan, dan perilaku para tokoh. TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN DUNIA NYATA MEREKA.

Jadi kalau mereka di sini jahat, tolong jangan sampai membenci mereka di dunia nyata. Karena semua yang terjadi di sini hanya cerita. FIKSI.

Tolong! Aku mohon jangan bawa masalah di cerita ini ke kehidupan real mereka.

Semoga kalian semua mengerti.

.
.
.

Motto:

"Dunia tak butuh orang jahat. Dunia hanya butuh orang yang peduli sesama."

.
.
.

Yel-yel:

D-Zero! Do it! Do it! Do it!

.
.
.

Chapter 23 start

.
.
.

Rumah sakit nampak ramai ketika Taeyong menginjakkan kaki di sana. Beberapa petugas rumah sakit sibuk mengurus pasien-pasien. Pun dengan orang yang datang untuk menjenguk, mereka terlihat menanyakan ke resepsionis di mana kamar yang akan mereka tuju.

Langkah Taeyong terlihat santai, ia terus berjalan menuju sebuah ruangan yang lagi-lagi sudah lama tak didatangi. Matanya menatap awas sekitar, takut jika ada orang yang mengikuti atau sesuatu mencurigakan.

Selama bertahun-tahun, Taeyong sudah hidup bersembunyi dari dunia. Menghilangkan entitasnya dari penglihatan semua orang.

Bersembunyi memang bukan sesuatu yang mudah, apalagi bersembunyi untuk mencegah kenyataan menyakitkan terungkap lebih jauh. Ia sudah merasakannya, dan itu sangat menyakitkan.

Langkah Taeyong tiba-tiba terhenti di depan sebuah pintu. Papan nama bertuliskan ruang autopsi terpampang nyata di sana.

Taeyong melirik sebentar papan nama itu sebelum masuk ke dalam ruangan. Begitu pintu terbuka, Taeyong bisa melihat seorang dokter berjas putih sedang sibuk melakukan autopsi pada satu mayat.

Melihat itu, Taeyong berjalan pelan, menghampirinya. "Dokter sepertinya sedang sibuk."

Respon tak terduga diberikan si dokter ketika mendapati Taeyong tiba-tiba ada di dalam ruangannya. Pisau bedah kecil di tangan hampir saja membelah tubuh mayat lebih lebar, untung dia sempat mengendalikan diri sebelum itu terjadi.

"Astaga! Kamu mengagetkan saya, Taeyong!" seru Dokter Kim kesal. Dilihatnya Taeyong yang kini menampakkan wajah tak bersalah.

"Oke maaf." Taeyong meminta maaf seraya mengangkat kedua tangan di samping bahu. "Saya tidak tahu kalau responmu berlebihan begitu."

DZero | 00L ✔ [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang