~Mengikhlaskan~

258 13 1
                                    

Sedari tadi mendapatkan kabar bahwa abahnya sudah tiada,Hafidzah hanya terdiam dan masih mengeluarkan air mata yang sudah tak bisa terbendung lagi. Haflan yang kala itu berada di samping Hafidzah hanya bisa menenangkannya supaya dapat menerima kepergian abahnya itu.
Tiba-tiba saja petugas yang tadi memeberitahu bahwa tiket nya sudah habis,kini memberi kabar lagi.

"Maaf pak,tadi ada ibu-ibu cancel penerbangan,kebetulan ada 3,jadi bapak bisa segera mengurus"

"Alhamdulillah yang bener mba"

"Iya pak, segera diurus karena sebentar lagi akan check in jadi nanti sudah tidak bisa lagi"

Lalu Hafidzah, Haflan, dan Syahlan segera mengurus administrasi dan segera check in barang. Setidaknya Hafidzah merasakan lega dan bisa melihat abahnya untuk terakhir kalinya,meskipun untuk terakhir kalinya.

Di dalam pesawat Hafidzah hanya terus memandang foto abahnya dari hp nya dan masih merasakan kesedihan,ya memang karena Hafidzah dulu juga sudah kehilangan Ibu nya sehingga dia masih belum percaya bahwa abah kesayangannya sudah meninggalkan dia untuk selama-lamanya.

"Dek,sudah tidak usah bersedih, mungkin ini memang jalannya yang harus kamu jalani,doakan saja abah supaya amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT,Aamiin.."ucap Haflan

"Iya bang Aamiin. ,trimakasih ya,bang Syahlan juga terimakasih karena sudah mau membantu saya, semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan abang"balas Hafi

"Aamiin.. "ucap mereka berdua.

Pukul 13.00 tepat pesawat telah mendarat di pulau Jawa dengan selamat, langsung para penumpang segera turun dari pesawat, begitupun Hafidzah, Haflan, dan Syahlan.Mereka segera mengambil koper dan segera memesan taksi untuk menuju rumah Hafidzah. Jarak bandara ke rumah Hafidzah kurang lebih 15-an menit kalau suasana jalan lancar.

"Rumah kamu masih jauh? "tanya Haflan

"Sebentar lagi itu ada belokan nanti lurus 300 meter sampai"balas Hafidzah yang masih lemas.

"Kamu harus sabar ya, nanti abah kamu tidak tenang kalau kamu terus bersedih, kamu mau kan abah kamu pergi dengan tenang" ucap Haflan yang menenagkan begitupun juga Syahlan yang sedari tadi diam karena merasa kasihan.

"Iya bang, InsyaAllah Hafi sudah siap menerima kenyataan ini"

Tibalah di pesantren, tempat Hafidzah dan keluarga kecilnya tinggal. Banyak santri yang berada disana untuk mengiringi kepergian pemilik pondok pesantren itu,bisa dibilang Kyai untuk penyebutannya.
Hafidzah berlari dan segera menuju ke tempat abahnya yang sudah terbujur lemas tak bernyawa itu.
Haflan dan Syahlan mengikuti dari belakang Hafidzah.

"Abang" segera Hafidzah memeluk abang satu-satunya itu.

"Adek harus sabar,semua sudah ditakdirkan oleh Allah swt, setiap yang bernyawa akan merasakan kematin,hanya menunggu kapan waktu nya tiba, InsyaAllah abah sudah tenang disana,kita doakan saja" balas Harun abangnya sambil mengusap air mata adiknya itu.

"Iya bang, " sambil tersedu-sedu.

Hafidzah lalu memeluk jenazah abah nya dengan menangis tersedu-sedu.
"Abah kenapa tinggalin Hafidzah, padahal ibu sudah tinggalin Hafidzah, masa abah juga tega tinggalin Hafi" dengan mata sayu karena sedari tadi pagi mengeluarkan air mata.

"Dek, sudah ya, gak usah sedih,terima semua yang sudah ditetapkan Allah SWT" ucap Sarah kakak iparnya itu.

"Kamu Haflan ya"ucap Harun yang menanyakan keberadaannya disitu.

"Iya, saya Haflan yang tadi menjelaskan dan ini teman saya Syahlan, kita berdua turut berduka cita atas kepergian abah semoga amal beliau diterima disisi allah SWT" ucap Haflan dan Syahlan itu.

"Iya, terimakasih ya sudah mengantarkan adik saya dengan keadaan sehat sampai sini, semoga Allah juga membalas kebaikan kalian berdua" balas Harun.

"Aamiin.. " ucap Haflan dan Syahlan bersamaan.

Lalu tepat pukul 14.00 WIB tiba waktunya pemakaman jenazah.Hafi dzah yang kala itu lemas dan tak berdaya meskipun sudah menerima ikhlas kepergian abahnya itu.
Setelah selesai pemakaman Hafidzah hanya masih lemas tak berdaya sambil ditenangkan oleh Sarah kakak iparnya itu.
"Dek kamu sudah makan belum?" tanya Sarah.
Tetiba saja Haflan menjawab
"Maaf mbak, sedari tadi pagi belum makan, hanya memakan sedikit roti"

"dek saya ambilkan makan ya"

"ya mba" masih dengan tubuh lemas nya itu.

Setelah pukul 15.00 tiba waktunya solat dan mereka pun menjalankan solat berjamaah di masjid pesantren itu. Setelah semua selesai menjalankan solat,Haflan dan Syahlan masih berada di rumah Hafidzah yang belum tega meninggal kannya itu.

"Kalau kalian mau pulang boleh, kalian juga sudah lelah, sedari tadi sudah banyak membantu,habis perjalanan juga" ucap Harun.

"Tapii...mas" ucap Harun dan Syahlan.

"Hafidzah ngak papa kok, ada saya disini,kalian gak perlu khawatir,seiring berjalannya waktu dia pasti bisa menerima.

"Siap" balas Haflan dan Syahlan yang sudah terbiasa berucap kepada komandannya.

"Trimakasih ya, kalau kalian mau main-main boleh kesini,pintu rumah selalu terbuka untuk kalian berdua"

"Siap" serentak

"Salam untuk Hafidzah,assalamuallaikum " ucap Haflan

Segera Haflan dan Syahlan pergi dari pesantren untuk pulang kerumah mereka.
"Haf, gue pulang dulu ya, taksi nya udah dateng nih, "ucap Syahlan.

"Iya, hati-hati"

"Siap komandan"

Lalu tak lama taksi Haflan juga datang dan segera melaju menuju rumahnya itu.

Hafidzah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang