-Pergi bedah buku-

494 27 1
                                    

Lalu Zikir pun datang setelah Harun memanggilnya.
"Assalamuallaikum"
"Wa'allaikumussalam"seraya Harun menjawab.
"Maaf bang,ada apa yang manggil saya?" tanya Zikir yang belum tau.

"Kamu anterin Hafidzah ke acara bedah bukunya ya".

"Mmm.. tapi bang.. apa Hafidzah nya mau? " tanya Zikir yang gugup karena sebenarnya dia menyukai Hafidzah dalam diam dan selalu berdo'a pada sepertiga malamnya.

Hafidzah yang masih terdiam dan menahan marah kepada abangnya karena abangnya dia harus diantar oleh Zikir.

"Gimana.. Pilihannya ada dua kamu mau diantar Zikir atau tidak pergi sama sekali" tanya Harun kepada adik satu-satunya itu.

"Yaudah deh mau, tapi ada syaratnya" jawab Hafidzah.

"Apalagi sih Haf.. "balas Harun kepada Hafidzah.

"Zikir boleh pergi nganterin aku, tapi dia berjauhan dari aku karena bukan makhram" jawab Hafidzah.

"Iya.. boleh"jawab abangnya.

"Kir..maafin Hafidzah ya.. jangan diambil hati ya". kata Harun kepada Zikir.

"Iya bang ngak papa, namanya juga dia nggak suka bang".Zikir membalasnya sambil tersenyum.

Sebenarnya Harun berniat menjodohkan Zikir dengan Hafidzah karena dia rasa Zikir bisa membimbing adiknya dan Zikir juga sangat dipercayai oleh Harun.

Lalu Hafidzah dan Zikir pun mulai pergi. Di dalam mobil pun Hafidzah duduk di kursi belakang sedangkan Zikir jadi sopir di depan.
Mereka berdua tidak berbicara sama sekali karena Hafidzah masih terbawa perasaan oleh abngnya tadi yang menyuruh Zikir mengantarkannya padahal dalam hatinya Hafidzah dia bisa pergi sendiri atau paling tidak dia bisa pergi diantar Arfah sahabatnya itu.
Karena abangnya sangat menyayangi nya..jadi ya seperti itu..

Zikir yang cangung memulai percakapan dan memberanikan diri mengajar berbicara dengan Hafidzah.

"Haf.. Kok dari tadi diem aja"

"Nggak papa kok"

"Ngak papa kok diem aja"

"Aku masih kesel sama abang Harun, dia selalu berpikir kalau aku masih anak-anak mungkin, padahal aku sudah dewasa yang bisa mengurus masala sendiri" jawab Hafidzah.

"Itu bukti bahwa dia sayang sama kamu Haf.. karena kamu adik satu-satunya" jawab Zikir.

"Iya,tapi kebangetan abang Itu".
Zikir pun sambil tersenyum mendengarkan nya.

Setelah selesai acara bedah buku, Hafidzah pun segera pulang.

Sebenarnya Hafidzah sudah sering dikhitbah oleh laki-laki namun, dia belum mau untuk menikah karena dia belum merasa pas dengan laki -laki yang mengkhitbahnya.

Sore itu abah, Harun,dan Sarah sedang duduk di ruang tamu,sementara Hafidzah berada di kamarnya.
Mereka membicarakan tentang Hafidzah.

"Abah bagaimana kalau kita jodohkan Hafidzah dengan Zikir,karena Zikir juga baik dan soleh orangnya".ucap Harun abang Hafidzah.

"Abah sudah tua,jadi ya semua terserah Hafidzah saja, karena dia sudah besar dan bisa memilih masa depannya sendiri" kata Abah.

"Iya mas...kalau Sarah terserah saja yang terpenting itu terbaik buat Hafidzah" jawab Sarah istri Harun.

"Coba kamu panggilkan Hafidzah" suruh Harun kepada istrinya itu untuk memanggil adik perempuan satu-satu nya.

Baca lanjutannya yaaa:))biar kalian makin tau kehidupan Hafidzah itu seperti apa Hehe..

Maaf ya masih banyak salahnya dalam menulis,karna memang bukan penulis hehe😊

Jangan lupa tinggalin komen kalau kalian juga baca sih hehe

Hafidzah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang