1/Hati yang Tak Tersentuh

511 42 23
                                    


Jefry memanggil cewek berambut lurus yang sedang menguyah permen karet dan berjalan di koridor sekolah sambil memeluk banyak buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jefry memanggil cewek berambut lurus yang sedang menguyah permen karet dan berjalan di koridor sekolah sambil memeluk banyak buku.

Ia adalah Seila Nanda Poland, cewek bermata cokelat yang sudah malas dibuntuti terus oleh cowok bertubuh jangkung itu sejak kelas 1 SMA.

Namun, kali ini cewek dengan ikatan rambut asal itu membalikkan badan lalu menatapnya tajam.

"Apa sih, Kak?!" tukasnya dengan sedikit penekanan.

Ucapannya tak mendapat respons sehingga bola matanya kembali melesat dari cowok berlesung pipi itu. Ia juga mengerucutkan bibir, membuahkan pipinya yang tembam semakin terkumpul.

Cewek yang terkenal di kalangan murid dan guru itu tambah keheranan dengan orang-orang di sekitarnya yang terus berbisik dengan mata dan tawa hina menatap dirinya.

Ish, apaan sih orang-orang ngeliatin gue terus. Kak Jefry lagi .... mau apa sih manggil gue? batin Seila menggerutu kesal dengan dahi mengerut dan bola mata memicing saat Jefry mulai menghampirinya.

Cowok itu melepaskan jaket olahraga dari tubuhnya yang sedikit kurus. Lalu, saat jarak mereka tinggal satu meter, Seila malah kembali membelakanginya. Ia hendak melanjutkan perintah Bu Hilda untuk mengantarkan tumpukan buku teman sekelasnya yang ia peluk dengan tangan kiri ke ruang guru.

“Gak jelas,” dengusnya sembari melangkah kasar.

"Sei!" Jefry menarik lengan kanan Seila yang terjuntai.

Refleks tubuh Seila yang agak berisi itu berbalik menghadap Jefry. Bola matanya yang bulat hampir loncat. Juga permen karet yang sedari tadi ia kunyah dan mainkan kini sempurna mengembung lalu meletus secepat kilat tepat di hadapan cowok yang juga tak kalah terkejut darinya. Dan orang-orang semakin menatap mereka tak karuan.

Biasanya, ketika Jefry seperti akan dekat-dekat, Seila pasti selalu mengomel. Padahal, Jefry paling hanya mengajaknya untuk pulang atau berangkat bareng ke sekolah. Sehingga, bukannya menjadi terhindar, ia malah lebih banyak berinteraksi dengan cowok berkulit sedikit gelap itu.

"Maaf, Sei," lirihnya sedikit menunduk, mencairkan suasana.

"Lo itu buat malu aja!" keluh Seila setelah membetulkan posisinya. "Liat! Orang-orang pada ngeliatin kita sekarang."

Jefry abai. Ia malah menekuk sebelah kakinya pada lantai, memicu mata Seila mengikuti arah gerakannya.

Cewek itu tertegun sejenak seperti terhipnotis. Ia bingung mengapa Jefry tiba-tiba melingkarkan jaket pada pinggangnya.

"Siniin bukunya!" pinta Jefry sembari menjulurkan kedua tangan setelah kaki jenjangnya kembali tegak.

"Buat apa? Gue kan harus anterin ini ke Bu Hilda.” Nada bicaranya melemah. “Dia pasti nungguin dari tadi."

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang