Suara sentuhan sendok, garpu, dan piring melangit di bawah atap. Suasana selalu dingin dan terasa membosankan untuk Seila, hingga ia ingin cepat-cepat pergi ke sekolah.
"Sei berangkat dulu," pamit Seila setelah meneguk segelas air.
"Sei! Sampai kapan kamu gak mau lagi berangkat bareng Papa?" bentak Herdy pada anaknya yang membuat seisi ruangan diam.
Keyla, adik Seila yang kini sudah berusia sepuluh tahun langsung tertunduk takut. Namun, Seila mengabaikan suara papanya. Ia malah menggendong tas dan pergi begitu saja meninggalkan papanya yang masih marah.
Brak!
Suara gebrakan meja dan dentingan barang-barang berbahan mudah pecah itu terdengar di belakang Seila. Sontak ia berhenti melangkah. Matanya memejam. Tiga detik kemudian ia kembali membuka mata dan berjalan ke luar rumah.
"Seila!" teriak Herdy membuat Seila langsung berbalik badan dan melangkah cepat menghampirinya dengan napas memburu.
"Apa?!" tantang Seila sambil memajukan wajahnya. Matanya membulat menahan amarah.
"Jadi anak cewek berani-beraninya ngelawan Papa!" Herdy geram dan hendak melayangkan tamparan pada Seila. Namun, saat 1 cm lagi telapak tangan Herdy hampir mendarat kasar di pipi mulus Seila, dirinya tertahan oleh bentakan Erika.
"Pah!"
Herdy menoleh.
Tangan Seila malah menarik tangan Herdy dan menampar-namparkan ke wajahnya sendiri sambil berkata, "tampar aja, Pah tampar!"
"Berisik!" teriak Keyla karena tidak kuat melihat adegan seperti ini. Ia pun berlari ke kamar mandi dan mengurung diri disusul Seila yang juga melangkah ke luar rumah.
Seila menguatkan dirinya untuk tidak mengeluarkan air mata. Sial, matanya tidak bisa diajak kompromi. Matanya terasa panas dan mulai berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I'm Fear of Losing You [on going]
Teen Fiction"tukang kabur bisa apa?" "gue bisa bikin lo takut kehilangan gue!" Setelah cinta pertamanya di SMA tak terbalas, Seila akhirnya membayar janji Jefry untuk menjadi pacarnya. Sulit untuk berkata bahwa ia perlahan jatuh pada pesonanya. Hingga saat ia m...