"Sei, Ri … ngapain kalian di luar gini?"
Suara yang terdengar berat itu keluar dari mulut seorang cowok berperawakan tinggi, berwajah sedikit lebar, dan berahang tegas. Ia menghampiri Seila dan Yuri yang termenung di depan kelas.
"Dikeluarin Pak Ibi," ketus mereka berbarengan karena sudah kehilangan mood-nya seharian ini.
"Tumben, hahaha." Cowok itu menertawakan mereka, menunjukkan kedua gigi taringnya. Ia keheranan dengan apa yang terjadi tapi mereka hanya mendelik sebal.
Cahaya matahari sangat terik. Ia kegerahan. Dan kedatangan Mario menambah panas suasana hatinya saja.
"Sei, Ri … masuk!" teriak Radit, si ketua murid.
Seila mengembuskan napas, sedikit lega karena terbebas dari kebosanan yang memeluk dirinya sedari tadi.
"Eh, Sei, Ri …. Bilangin Maura gue udah nungguin gitu!" pinta Mario pada sahabat pacarnya itu.
"Ye!" jawab mereka singkat sambil mendelik berjalan masuk kelas. Mereka menghampiri bangkunya masing-masing.
Tak lama, Radit menyiapkan pasukannya untuk segera siap supaya cepat pulang. Ya, mereka pulang lebih awal karena guru-guru akan rapat.
"Sei, Ri, gimana rasanya the first dikeluarin dari kelas?" Rido, teman sekelasnya yang sering mengganggu Yuri kini menggoda Seila juga sembari tertawa yang menurutnya lucu padahal garink.
"Berisik lo!" Mereka menyergah cowok bermulut usil itu dengan ketus secara serentak. Dan cowok bertubuh pendek itu mendelik.
Lalu Seila teringat dengan pesan Mario dan segera menyampaikannya pada Maura.
Cewek itu tersenyum dan langsung keluar meninggalkan Seila dan Yuri yang akan melaksanakan piket kelas dahulu.
Seraya menyapu lantai kelas, Seila bergumam, "hm … males deh kalo gue pulang naik angkot hari ini. Numpang motor Yuri aja ah."
Kemudian ia mencoba merayu Yuri dan berkata baik-baik kepadanya.
"Yuuu … ri!" rayu Seila dengan lembut dan agak manja.
"What?" jawabnya singkat sambil menyapu kolong bangku dengan kepala tertunduk.
"Gue numpang motor lo dong!"
"Gak!" sergah Yuri berpura-pura.
Dan Seila merayunya lagi hingga akhirnya Yuri pun mengangguk pasrah lalu tersenyum penuh makna.
Seila memeluk lengan Yuri yang masih memegang gagang sapu. "Nah, gitu dong. Ini baru temen.”
"Ish, apaan sih lo!" Yuri pura-pura risi dan mengancamnya untuk diam dengan mengangkat sapu ke arahnya. Dan Seila pun menjauh dari Yuri sambil senyum-senyum.
Beberapa menit kemudian, Yuri pamit lebih dulu dengan alasan akan mengambil dulu motor di parkiran. Ia mengacungkan kunci motornya.
"Oke … gue tunggu pinggir jalan depan kedai es kelapa ya!" Seila menjawab penuh antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I'm Fear of Losing You [on going]
Teen Fiction"tukang kabur bisa apa?" "gue bisa bikin lo takut kehilangan gue!" Setelah cinta pertamanya di SMA tak terbalas, Seila akhirnya membayar janji Jefry untuk menjadi pacarnya. Sulit untuk berkata bahwa ia perlahan jatuh pada pesonanya. Hingga saat ia m...