18/Kemarahan yang Wajar

89 16 2
                                    

Jantung Jefry berdegup lebih kencang, ia khawatir Seila akan bertanya lebih lanjut pada Mario, cowok yang tadi melewatinya sembari tersenyum mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Jefry berdegup lebih kencang, ia khawatir Seila akan bertanya lebih lanjut pada Mario, cowok yang tadi melewatinya sembari tersenyum mengerikan.

Mario berjalan lebih lambat untuk memancing rasa penasaran Seila. Benar saja saat Mario mengucapkan kalimat itu dahi Seila terlipat. Matanya pun ikut memicing. Hingga pada hitungan kelima rasa penasarannya memuncak bersamaan dengan matahari yang semakin meninggi dan mulai panas.

"Bohong apa, Kak?" tanya Seila sedikit berteriak membuat langkah Mario terhenti dan Jefry mengembuskan napas pasrah.

“Lo yakin mau tau, Sei?”

Seila mengangguk.

“Meski lo bakal sakit hati?”

“Ah cepetan, Kak apaan!”

"Oke kalo gitu … “

Seila menyimak dengan sungguh-sungguh dan Jefry membiarkannya saja, ia rasa pasti bakal ada yang tidak beres. 

“Denger-denger sih ya sebelum ada lo di sekolah ini. Dia tuh pernah bilang udah ada seseorang yang dia suka yang gak bakal tergantikan oleh siapapun. Intinya udah ada cewek yang dia suka sebelum ada lo," jelas Mario penuh penekanan pada kalimat terakhir. Ia kembali membalikkan badan dan meninggalkan mereka. Dahi Seila semakin berkerut.

"Bener, Kak?" tanya Seila pada Jefry untuk meyakinkan omongan Mario. Nada bicaranya sudah rendah terdengar putus asa. Jefry mengangguk. Ia tak ingin berbohong pada Seila.

"Terus kenapa lo suka sama gue?" Seila mempertanyakan alasan Jefry begitu mengejar-ngejarnya dulu. Apakah ada maksud terselubung di balik itu?

"Gue punya alasan. Emangnya lo lebih percaya Mario atau gue?"

Seila hanya balik menjawab dengan pertanyaan lagi. Mengalihkan pembicaraan. Merasa pertanyaan Jefry itu tidak penting untuk dijawab.

"Lo masih suka sama dia?"

"Ya, malah gue makin suka sama dia akhir-akhir ini." jawaban Jefry tentu membuat hati Seila seperti ditusuk ribuan jarum. Kenyataan yang ia terima ternyata seperti ini. Ia merasa bodoh terlalu mudah percaya dengan cepat menerima Jefry karena rasa tidak enaknya atas perjanjian itu. Padahal janji itu sepihak.

"Lantas, gue?"

"Emangnya lo udah suka sama gue?" tanya balik Jefry yang membuat Seila terdiam karena tidak menyangka Jefry akan bertanya seperti itu lagi.

Mata Seila menyolot tajam memerah. Terlihat ia sedang menahan air matanya tumpah. Juga terlihat ia menahan amarah, sehingga napasnya terasa berat. Ekspresi Jefry dari tadi terlihat serius. Tetapi tatapan matanya seperti menunjukkan emosi lain.

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang