21/Memeluk Kebencian

87 14 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak? Kenapa lo gak jatuh cinta sama dia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak? Kenapa lo gak jatuh cinta sama dia?

"Sei... Cinta itu tanpa alasan, kan? Berarti tidak cinta juga tanpa alasan. Simple."

"Terus cewek yang lo tunggu? Cinta pertama lo? Apa hati lo emang udah ada yang ngisi saat itu?"

Jefry tertawa. Seila semakin keheranan dan merasa dipermainkan.

"Kenapa sih kok ketawa? Gak lucu tau kalo lo masih nunggu dia di saat gue udah ada di depan lo."

"Sei, gue bohong sama Mario."

"Bohong?"

"Ya, gue bohong supaya Mario bisa nerima kalo gue emang gak ada rasa sama Kenya. Masuk akal kan?"

Seila mencernanya dengan dahi berkerut. Jadi, Jefry membiarkannya marah kemarin-kemarin itu untuk menguji perasaannya apakah cemburu atau tidak? Tebaknya.

"Kenapa lo gak ceritain ini semua dari kemarin?"

"Lo nya emosi mulu kemarin mah."

"Sialan lo emang sengaja kan buat ngetes gue?"

Jefry mengabaikan pertanyaannya dan malah tersenyum nakal.

"Pulang yuk udah mendung!" ajak Jefry sambil bangkit berdiri dan melepas pandangannya dari Seila yang menatapnya bingung. Seila semakin bingung juga dengan ucapan Jefry—udah mendung. Padahal langit cerah biru. Tak sedikit pun menampakkan tanda-tanda akan turun hujan.

Seila masih merengek minta penjelasan. Tapi, Jefry mengabaikannya. "Cepat berdiri atau gue tinggal nih!"

"Cepet naik!" perintahnya dan dilanjut dengan pertanyaan," ohiya, lo sibuk?"

Seila mengabaikan ajakan Jefry untuk pulang sedari tadi. "Apa ih jawab dulu?!"

"Gue ke rumah lo ya, mau nagih janji Bu Guru yang katanya mau ngajarin materi lama." Mereka berbicara tidak nyambung. Seila berbicara apa, Jefry jawabnya apa. Begitu pun sebaliknya.

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang