17/Bertemu (Lagi) di Lapangan

93 15 0
                                    

Cewek beralis indah itu berjalan menuju pintu rumahnya seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cewek beralis indah itu berjalan menuju pintu rumahnya seorang diri. Saat ia duduk di sofa depan televisi untuk istirahat, papanya langsung ikut bergabung dan duduk di sampingnya. Cewek itu merasa canggung karena sudah lama tidak berdekatan dengan papanya.

Lelaki paruh baya itu pun membuka obrolan. "Sudah berapa lama kamu dekat dengan cowok tadi?"

"Cowok itu punya nama." Seila memprotes Herdy.

"Kamu pacaran sama dia, tau kondisi dia seperti apa?" tanyanya lagi mengindahkan pernyataan anaknya sekaligus menguji juga.

Seila memprotes lagi, "dia punya nama."

"Kamu beneran jatuh cinta sama … Jefry?"

Seila terdiam. Pertanyaan terakhir Herdy membuatnya terjebak dalam pikiran dan perasaan tak menentu.

Ia sendiri sampai sekarang masih bingung dengan perasaannya. Jujur saja, ia merasa nyaman saat dekat dengan cowok bernama Jefry itu. Rasanya ia seperti tidak asing dengannya. Tidak butuh waktu lama untuk mengakrabkan diri dari yang tadinya ia sering marah-marah dan kini ia menjadi luluh dan tidak mau jauh darinya. Seperti ada benang lama yang tiba-tiba muncul dan kembali menarik dirinya ke kehidupan lama pula.

Tetapi, jika memang benar secara tidak sadar ia mulai menyukainya, apa perlu ia ungkapkan lagi rasa cinta itu? Apa perlu seisi dunia tahu kalau ia sedang jatuh cinta? Bukankah cinta itu abstrak nyaris tak terlihat dan anya bisa terlihat apabila ditunjukkan dalam perlakuan sehingga si pasangan itu akan merasa percaya bahwa dirinya telah dicintai?

Jadi, apakah masih perlu untuk mengutarakan rasa saat mulut tak bisa membuktikan itu benar cinta atau bukan. Ah, mengapa ini semua menjadi rumit bila dipikirkan? Bukannya selama ini baik-baik saja jika dijalani tanpa banyak kata? batin Seila bertanya.

Lagi pula, jika ia belum menyukai tentu saja itu hal yang sangat wajar. Menerima tak semudah membalikkan telapak tangan, tak secepat kedipan mata, tak seagresif kucing apabila diberi ikan. Mencoba menerima dengan perkenalan dahulu bukankah itu awal yang baik untuk memulai sebuah hubungan?

"Aku suka sama dia karena dia baik. Tapi, cinta itu tindakan. Gak setiap rasa harus diutarakan jika hanya dusta sesaat."

Kini Herdy yang terdiam karena terkejut dengan ucapan Seila yang bisa dibilang sudah bisa berpikiran seperti wanita dewasa menurutnya. Tapi, mengapa jika menerima Jefry itu mudah sedangkan menerima Erika itu sulit? Herdy ingin sekali berkata demikian, tetapi waktunya kurang tepat dan hanya akan membuat topik di dalam topik.

"Apa kamu tau kondisi dia yang sebenarnya?"

"Kondisi apa sih, Pah?" tanya Seila dengan nada berat.

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang