14/Mematahkan Keraguan

105 17 0
                                    


Melangkah itu harus yakin, jangan ragu. Mimpi itu harus diraih nyata, jangan jadi angan semata.
___________________________

Jefry menarik lengan Seila menjauh dari orang tuanya. Setelah beberapa langkah mereka menjauh, Jefry pun menghentikan langkahnya. Ia memegang kedua bahu Seila. Menatapnya serius sambil berkata, "ada yang mau lo ceritain?"

Namun, Seila pura-pura bego dan malah bertanya balik.

"Ceritain apa?"

Mata Jefry pun melirik ke arah mobil Herdy yang semakin menjauh hampir tak terlihat lagi karena terhalang kendaraan lain di belakangnya. Dan Seila juga ikut melirik ke arah sana. Lalu, ia hanya mendelik dan melepaskan tangan Jefry dari bahunya dengan perasaan tak nyaman.


"Bener gak ada?" tanya Jefry lagi meyakinkan Seila.

Cewek itu hanya tersenyum, tanpa kerutan di sudut mata. Ia tersenyum palsu.

"Kapan pun lo mau cerita, gue siap dengerin meski gue gak yakin bakal ngasih solusi … dan kali aja lo butuh temen cerita tapi belum berani ngomong langsung, sebut aja nama gue tiga kali dalam hati sambil merem lalu ungkapin semuanya," tawar Jefry sambil meraih kedua tangan Seila.

Seila menatapnya serius di bawah matahari yang semakin lama semakin meninggi dan tentunya semakin panas. Ia melepaskan tangan kirinya dari tangan kanan Jefry. Kemudian, ia merekatkan jari-jemari tangan kanannya pada jari-jemari tangan kiri Jefry. Seila berlari menarik Jefry sambil tertawa. Jefry bingung dan memilih membiarkan Seila menariknya.

"Ayo, Kak cepetan nanti makin panas makin item!" Seila terkikik sendiri.

"Sial!" Jefry mengumpat pelan tetapi sambil tersenyum senang. Ia menjadi bersemangat dan berlari di depan Seila. Kakinya selangkah lebih depan dari Seila. Kini, giliran Jefry yang menarik tangan Seila. Dan cewek itu tersenyum.

Kenapa gue baru sadar kalo lo itu baik? Kenapa gue bodoh mandang lo sebelah mata? gumam Seila dalam hati.

Keringat bercucuran dari tubuh mereka. Napasnya ngos-ngosan sambil berbungkuk seratus tiga puluh lima derajat saat berada di depan pagar rumah Seila. Matanya saling tatap dan tiba-tiba tertawa renyah. Menertawai dirinya sendiri yang lari-larian seperti anak kecil.

Seperti yang diamanatkan oleh Erika, Jefry hanya duduk di kursi rotan depan rumah Seila. Dan Seila memintanya untuk menunggu sebentar. Tak lama Seila membawa semangkuk cairan berwarna abu dengan 2 kuas di dalamnya. Di atas pundaknya juga terjuntai 2 handuk kecil.

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang