25/Lelaki Sialan

76 12 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bilang gak ya? Tapi kok gue jadi gak mau jauh dari lo, Kak? Batin Seila berkata demikian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bilang gak ya? Tapi kok gue jadi gak mau jauh dari lo, Kak? Batin Seila berkata demikian.

"Ayok cepet udah bel!"

Drrttt...drttt

Dering handphone membuyarkan lamunan Seila. Ia refleks berdiri sambil menerima panggilan telepon itu.

"Yeoboseyo?!" sapa Seila pada si penelepon layaknya sedang bermain akting di dalam drama korea. Dalam situasi seperti ini, bisa-bisanya ia masih bisa santai.

"Lo di mana sih? Cepet ke kelas! Lo tau sendiri Pak Alwan suka cepet dateng ke kelas." Suara Yuri di seberang sana sangat terdengar kencang. Tetapi, Seila tidak fokus. Fokusnya pecah. Ia kurang mendengarkan ocehan Yuri di balik telepon sana. Matanya tiba-tiba saja terfokus karena Jefry menariknya. Seila terseret-seret ikut berlari kecil karena cengkraman tangan Jefry yang kuat.

"Hallo, Sei! Lo dengerin gue kan?" Yuri berteriak keras sekali membuat Seila kini teralihkan padanya. Tanpa berpikir panjang, ia menutup sambungan telepon itu dan tersenyum pada Jefry yang masih menarik lengan kirinya.

Yuri keluar kelas mencari Seila. Ia menggerutu saat teleponnya tiba-tiba saja dimatikan. Saat Yuri melihat Seila di lorong sana, ia geram karena Seila tampak santai dan senyum-senyum sendiri sambil berjalan menuju kelas. Matanya yang berbinar pun berputar-putar ceria.

"Seila!" teriak Yuri.

Seila berada di dunia halusinasinya. Masih memikirkan Jefry hingga ia tidak mendengar suara kencang Yuri yang meneriaki namanya. Kelewat geram, Yuri akhirnya berlari ke arah sahabatnya yang tengah penuh asmara itu. Yuri mencubit-cubit Seila. Seila biasanya akan marah, tapi kali ini ia malah tertawa membuat Yuri semakin ingin mencubit dan menggelitiki Seila. Maura ikut keluar kelas dan melihat aksi konyol kedua sahabatnya itu.

Pandangan Seila masih kemana-mana, bibirnya tak henti-hentinya tersenyum. Ia pun membayangkan kejadian yang membuatnya menjadi seperti ini.

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang