3/Nakal

290 22 22
                                    

Langkah Seila terhenti dengan dahi mengerut selama lima detik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Seila terhenti dengan dahi mengerut selama lima detik.

Huffft …!

Seila mengembuskan napas kasar sembari memejam. Ia melemaskan tubuhnya yang tiba-tiba menegang dan kaku. Lalu, jari-jemari tangan kanannya menyisir rambutnya yang tebal hingga menimbulkan gelombang.

"Tenang, Sei. Tarik napas ... buang!" lirihnya, “lo gak bakal suka sama dia. Gak akan pernah."

Seila bergidik ngeri sendiri mengingat ultimatum tadi. Lalu ia lebih memilih untuk melanjutkan kembali langkahnya dengan cepat meninggalkan Jefry yang masih mematung menatap punggungnya.

Tanpa mereka sadari, ternyata sejak tadi wajah Karin semakin pucat dan tak lama ia ambruk. Ia tergeletak di bawah anak tangga dengan baju basah. Hingga datanglah seorang ketua Osis bernama Radit yang menolongnya mendahului Seila.

Radit langsung menggendongnya ke UKS. Sementara itu, Seila yang kembali bersama anak PMR sambil membawa tandu itu tidak melihat keberadaan Karin.

Ternyata, jalan yang dilalui Seila dan Radit berbeda. Seila pun berlari lagi ke UKS dan melihat Karin sudah diselamatkan oleh Radit.

"Tu anak bikin panik aja …," decak Seila. “Gue ke kelas aja deh. Dah pasti telat ni!"

Sementara itu, langkah yang apik tanpa derap menghampiri Jefry lalu meneriakkan namanya.

Kuping Jefry dijewer sembari diangkat. Ia terkejut dan berteriak meringis kesakitan. Setelah itu kepalanya dipukul oleh topi hitam polos miliknya sendiri yang diambil oleh Bu Ebe, gurunya yang berteriak cempreng tadi.

"Kamu itu ya … kebiasaan suka keluar kelas saat jam pelajaran," cecar guru berkerudung merah itu.

“Ini juga topi luar sama jaket dipake di dalem sekolah terus." Bu Ebe kembali menepukkan topi berpengait tali itu ke kepala Jefry.

Jefry terus mengaduh kesakitan dengan mata berkedip-kedip. Ia menghindari tepukan topi itu dengan menghalangi kepalanya menggunakan tangan.

"Bener-bener ya kamu ini … cepet masuk!"
Kini Bu Ebe memukul topi itu ke bahu Jefry beberapa kali sembari berkacak pinggang sebelah.

"Aduuu … du. I-ya, Bu. Iya."

"Masuk! Masuk!"

Tak ada habisnya Bu Ebe menyiksa Jefry dengan topi. Dan pantat Jefrylah yang menjadi korban pukulan terakhirnya.
Jefry pun segera lari terbirit-birit di koridor menuju ruang kelas. Namun, pupil matanya membesar mendapati Seila yang sedang cengingikan menonton setengah adegan ia bersama Bu Ebe saat akan kembali ke kelas.

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang