13/Terkalahkan oleh Senyuman

117 17 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pulang!

Bentakan itu masih terngiang-ngiang di kepala Seila juga ekspresi Jefry kala itu. Wajah yang memerah, urat leher yang menegang, dan tangan yang terkepal. Membuat Seila malas berhadapan dengannya.

Matahari pagi sudah mulai panas. Keringat bercucuran di pelipis dan leher Seila. Ia sedang berjalan kaki sendiri menuju rumahnya. Sangat menyebalkan bukan jika berangkat berdua tapi pulang sendiri? 

Cowok macam apa itu, pikir Seila.

"Ah wae? Kenapa sih gue mau nerima dia? Udah tau dia emosian." Mimik wajahnya sangat tidak bersahabat. Tidak sesenti pun ia menarik bibir untuk tersenyum setelah kena bentak Jefry tadi.

"Siapa lo berani bentak-bentak gue, hah?!" Seila terus menggerutu dengan nada suara yang tinggi seolah-olah ia sedang berdialog dengan seseorang. Menyedihkannya bahwa pada kenyatannya ia berbicara seorang diri.

Bibirnya masih kumat-kamit mengeluarkan sumpah serapah. Sumpah serapah untuk dirinya yang bodoh karena mudah percaya pada orang, juga sumpah serapah untuk cowok yang sudah membuatnya kehilangan mood hari ini.

Setelah itu, ia menendang sembarangan sebuah kaleng bekas di depannya untuk sedikit mengeluarkan emosi.

"Mampus gue," gumamnya dengan bola mata membulat tertuju pada seseorang yang tiba-tiba berdiri di depannya dan juga menatap ke arahnya tajam. Orang itu tersenyum kaku pada Seila.

Kenapa senyumnya manis banget? Kenapa gue baru sadar kalo senyum dia mampu ngebolak-balikkin perasaan gue? Batin Seila berbicara. Sedangkan orang yang dimaksud masih tersenyum manis ke arahnya.

Cowok itu melangkah mendekati Seila dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya. Sedangkan Seila masih bergeming bingung berbuat apa. Rasanya ia terjebak di posisi menyulitkan.

Saat cowok itu tinggal dua langkah lagi dengannya, ia langsung membalikkan badan tapi sayangnya ia malah terjatuh karena kakinya tidak seimbang. Tali sepatunya beradu. Sudah kebiasaan Seila sejak SMP selalu membiarkan tali sepatunya yang lepas. Hebatnya ia tidak pernah jatuh seperti ini. Jelas hari ini ia sial. Sungguh momen yang sangat memalukan pastinya.

When I'm Fear of Losing You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang