"Btw, lo mau ke mana, Sei?"
Seila mengangkat bahu. Jelas ia tidak mempunyai tujuan. Ia diajak Maura dan Yuri ke sini. Habis itu ditinggal. Kini ia bersama Jefry, bertemu dengan tidak sengaja. Jadi sangat jelas bahwa Seila dari tadi hanya terbawa angin.
"Yang pasti gue gak mau pulang ke rumah."
"Sei, gak boleh gitu. Gue emang gak tau masalah lo apa. Tapi seenggaknya lo jangan sampe gak pulang ke rumah. Nanti nyokap sama bokap lo khawatir karena anak gadisnya gak ada kabar," saran Jefry.
"Bodo."
Hening. Jefry tak ingin menasehati Seila dalam kondisinya yang seperti ini, lagi pula ia tidak tau alasan sebenarnya.
Sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang berlalu lalang di hadapan mereka. Juga tak terhitung kendaraan yang lewat membuat polusi udara di sekitar. Mereka masih terdiam di sana, tidak tahu harus ke mana.
Setelah beberapa detik terdiam dengan pikirannya masing-masing, Jefry pun berniat mengajak Seila untuk makan.
"Lo laper gak?"
Tangan kanan Seila tak sadar langsung memegang perut. Kepalanya mengangguk pelan diiringi bibir mungil yang mengerucut.
Jefry pun mengajak Seila untuk pergi makan bakso. Karena lokasi yang cukup dekat, Jefry memutuskan untuk berjalan kaki saja ketimbang harus memakai motor.Mereka berjalan kaki di bawah langit biru yang melukiskan awan putih. Keringat tampak sedikit bercucuran di pelipis mereka. Seila pun mengeluarkan tisu dari tasnya.
"Dih lo suka bawa tisu?" tanya Jefry sebal karena teringat insiden akibat membekap mulut Seila kala itu.
"Iya, kan gue gampang keringetan jadi harus siap sedia tisu," jawab Seila santai tampak tak ingat.
Beberapa detik tak ada suara dari keduanya. Hingga Seila pun kembali membuka suara.
"Kenapa?"
“Ah engga … eh, itu bentar lagi nyampe," tutur Jefry mengalihkan pembicaraan sambil mengeluarkan tangan kanannya dari saku jaket. Ia pun menunjuk sebuah gerobak bakso yang terlihat ramai pembeli.
Seila hanya mengangguk sambil melipat bibir. Beberapa detik kemudian ia mengerti maksud cowok berhidung mancung di sebelahnya itu. Dirinya langsung terkikik pelan menutup mulut menahan tawa.
Jefry pun menoleh pada Seila sebentar, habis itu ia hanya bisa mendelikkan mata sambil membuang napas pasrah.
Beberapa menit kemudian sampailah mereka di tempat yang dituju. Sebuah gerobak bakso sudah ada di depan mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I'm Fear of Losing You [on going]
Teen Fiction"tukang kabur bisa apa?" "gue bisa bikin lo takut kehilangan gue!" Setelah cinta pertamanya di SMA tak terbalas, Seila akhirnya membayar janji Jefry untuk menjadi pacarnya. Sulit untuk berkata bahwa ia perlahan jatuh pada pesonanya. Hingga saat ia m...