Senin pun kembali lagi. Begitu pula dengan aktivitas biasa Seila. Ia dan Jefry berangkat bareng ke sekolah. Kini, mereka sedang berada di atas motor menuju sekolah.
"Sei coba ambilin hp di saku jaket gue, kayak ada yang nelepon," teriak Jefry pada Seila di tengah jalan raya pagi ini.
Seila merogoh saku Jefry. Ia pun mengecek siapa yang nelepon, tidak ada yang nelepon ternyata. Tapi, ada satu pesan yang menarik Seila untuk membacanya.
Bi Santi
Jef, anterin ke rumah Bu Dina"Siapa Sei yang nelpon?" tanya Jefry karena Seila diam sedari tadi tidak memberitahukan info apapun yang masuk dalam handphone cowok itu.
"Gak ada."
"Pesan mungkin, ada?"
"Ada," jawab Seila sambil memasukkan kembali handphone Jefry ke saku jaket. Wajahnya sangat keheranan. Dan menebak-nebak apa maksud pesan tadi.
"Siapa?" tanya Jefry membuyarkan pikiran Seila.
"Bi Santi." Seila sukses membuat Jefry terkejut. Ia langsung menepi ke pinggiran jalan. Dan Seila refleks turun dari vespa kesayangan Jefry dengan keheranan.
"Sei, sorry ya lo lanjutin naik angkot aja, gue harus segera pergi," pinta Jefry dengan berat hati. Seila bertanya alasannya pada Jefry. Namun, cowok menyebalkan itu tak menjawab dan terlihat sedang risau terburu-buru untuk pergi.
"Iih nyebelin banget sih jadi cowok!" Seila mendumel sendiri setelah Jefry meninggalkan dirinya begitu saja di trotoar jalan. Tangannya memegang erat tali tas seperti biasanya. Kakinya tidak bisa diam. Ia takut kesiangan, padahal waktu bel sekolah berbunyi masih sangat lama.
"Nyebelin banget deh Kak Jefry. Liat aja kalo di sekolah ketemu, gue tonjok perutnya!" Seila berbicara sendiri bersungut-sungut sambil melirik kesana kemari mencari angkutan umum.
Tiba-tiba matanya fokus pada satu motor yang melewatinya begitu saja. Ia melotot memperhatikan lamat-lamat motor itu. Saat ia yakin bahwa ia kenal dengan motor itu, si pengemudi sangat fokus mengendarainya dan melaju cepat begitu saja.
"YURIIIII!"
"WOY TUNGGUIN GUEEE, RI!"
"YUUURIIII!"
"Aish jinjja!" Seila mengumpat lemah sambil menarik napas dan menyisir rambut dengan jari-jemarinya. Seila pun menatap punggung Yuri dengan tajam sambil menahan emosi. Ia mengambil ancang-ancang untuk berteriak lebih keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I'm Fear of Losing You [on going]
Teen Fiction"tukang kabur bisa apa?" "gue bisa bikin lo takut kehilangan gue!" Setelah cinta pertamanya di SMA tak terbalas, Seila akhirnya membayar janji Jefry untuk menjadi pacarnya. Sulit untuk berkata bahwa ia perlahan jatuh pada pesonanya. Hingga saat ia m...