🥨____________________
Halo. Aku Elizabeth Moelyadi, Lisa.
Selamat datang di dapur Celestial Hotel.
Kenapa dapurnya aja? Karena disitulah aku bekerja. Yep. Bukan di hotelnya, bukan di Cafe-nya, dan bukan di parkirannya juga.
Hari ini, seperti hampir setiap hari, seragam putih dengan apron hitam membungkus setengah badanku—dilengkapi dengan sematan pin roket luar angkasa mungil yang nangkring di sisi pinggulku, siap menemaniku jadi semi-kuli di dapur ini. Kenapa nggak full-kuli? Karena sudah ada si kembar P yang mengemban tugas mulia itu.
Pramudya dan Prasetya. Pram-Pras.
Dua lelaki usia awal-20 itu menyandang gelar sebagai Kitcher Porter—atau kalau istilah itu terlalu keren sampai kalian jadi nggak ngerti, biasanya disebut PU alias Pembantu Umum.
Tugas mereka adalah tiba satu jam lebih awal dari staf dapur lainnya untuk prepare bahan makanan (cuci kerang, ngikat daging, ngulitin udang, cincang daun bawang sampe nangis-nangis). Atau tugas fisik lain seperti cuci piring, ngangkat galon, ganti gas, sampai jadi pesuruh koki ketika waktu eksekusi tiba: Dinner (more like, hell time).
Walaupun tugas mereka terdengar berat, tapi mereka terlihat betah dan fine-fine aja selama bekerja hampir setahun di dapur ini. Dan hampir setiap hari pula, mereka selalu cekikikan tertawa bahagia bersama. Entah obat apa yang mereka minum.
Oke, di atas Kitchen Porter, ada profesi inti dari dapur ini. Koki. Cook. Kang masak. Nah, Cook ini juga dibagi jadi beberapa divisi.
Untuk appetizer sekaligus main dish, ada Pak Seno. Senopati Chandra. Dia spesialis seafood, ahli banget masalah perikanan. Tugas Pak Seno adalah mengurus segala macam menu yang berbau amis. Pak Seno adalah pria usia awal-40 yang punya personality kekinian dengan selera humor kebapakan.
Pak Seno sudah merajai dapur ini ketika aku baru masuk, katanya ia sudah bekerja disini mulai dari grand opening Celestial Hotel, lebih dari 3 tahun lalu. Uniknya, lelaki paruh baya itu belum berumahtangga. Entah motivasi apa yang ada di benak Pak Seno, aku nggak tau. Nggak nanya juga sih, malas.
Selain Pak Seno, Cook lainnya ada Vion Krisnanto. Dia ahli per-pasta-an. Semua menu pasta dilibas sama dia.
Aglio e olio? Sikaat.
Tortellini? Lipaat.
Vongole? Sikut Pak Seno, langsung collab pasta-kerang!
Lasagna? Njir jadi ngiler...
Yah intinya, Vion megang main dish dengan tema pasta. Eits, tapi jangan tertipu dengan keahliannya. Vion nggak ada mirip-miripnya sama hot Italian man yang biasa kita lihat di tipi-tipi. Wajahnya khas akan garis Jawa, dengan satu lesung pipit di pipi kanan, alis tebal dan senyum semanis gula merah. Sikapnya juga nggak kalah manis, agak pendiam namun gampang dikomando. Brondongable lah. Ia seumuran dengan duo P, di awal 20 tahun. Vion merupakan lulusan culinary school asal Australia, yang mana menurutku cukup unik. Sekolah di Australi, belajar masakan Italy, tapi wajah Jowo sekali. Hebat.
Terakhir, Wendy Tan. Dia ahli banget masalah pastry, alias per-kue-an dan baking-membaking. Ciwen (singkatan dari Cici Wendy), ditugaskan untuk menangani dessert sekaligus breakfast. Ia selalu bisa bekerja tanpa mengorbankan kemulusan tangannya karena nggak harus mengadon secara manual, sebab Celestial Hotel sudah menyediakan dough mixer raksasa dan berbagai equipment memasak lainnya yang siap diberi makan tepung-ragi-dan-kawan-kawan. Ciwen sendiri lebih seperti 'otak' yang memutar terus berbagai menu sepanjang minggu, membiarkan 'otot' mekanik yang mengerjakan bagian berat-berat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)
Roman d'amourSetelah dua tahun membabu dengan nyaman sebagai Cook Assistant di Celestial Hotel, Lisa, si jenius penggila Astronomi yang fokus menyibukkan diri sebagi kuli kuliner, harus tersandung masa lalunya ketika mendadak ada Head Chef baru yang akan memimpi...