Chapter 27 · Soto : Dua

4.7K 746 78
                                    

🥨

____________________

Daun jeruk, batang serai, dan potongan jahe telah kuprepare di atas talenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daun jeruk, batang serai, dan potongan jahe telah kuprepare di atas talenan. Rambut basahku yang baru saja dikeramasi terbungkus lilitan handuk, menahan tetesan air agar tidak merembes ke wajah.

Mama yang baru saja tiba di dapur langsung melayangkan pandangan mencegah kearahku.

"Lis! Heh, ngapain kamu? Sudah nduk, nggak usah. Kamu tiap hari udah masak terus kerjanya. Sekarang waktunya libur, kamu harus libur beneran. Sudah sana, pergi! Hus-hus!"

Aku melongo sedetik melihat Mama yang sigap mendorong tubuhku keluar ruangan.

"Tapi Ma..."

"Husss!"

Dan aku pun terusir. Entah aku harus merasa kesal atau senang, namun apa yang dikatakan oleh Mama itu ada benarnya juga. Kapan lagi aku bisa libur dari masak coba?

Kulangkahkan kaki menuju kamar, memutuskan untuk bersiap-siap.

Kebiasaanku saat belajar, membaca, atau dandan—yang mana jarang sekali, adalah sambil mendengarkan podcast, musik, atau video edukasi. Hitung-hitung melatih skill multitasking yang sangat berguna bagi seorang cook helper

Biasanya sih aku hobi menonton-semi-mendengarkan Kurzgesagt di YouTube, sebuah channel asal jerman, menyajikan konten science yang dibawakan dengan ilustrasi menawan dan narasi yang merdu.

Tapi, hari ini beda. Layar ponselku mulai menayangkan intro video konten Bang Oke, yang link-nya baru saja di-share oleh Mas Yus di grup WA dapur. 

Aku penasaran, seperti apa sih hasil dari shooting di dapur tempo hari? 

Gadget yang kuletakkan di atas meja rias itu pun mulai mengumandangkan suara Oky. Pada menit ke-tiga, layar itu menunjukkan sesi wawancara dengan Raka, berstatuskan 'Head Chef' pada slide nama yang tersemat. Aku mendengarkan sambil mulai memecah perhatian untuk lanjut bersiap-siap.

Meja rias yang jarang kugeluti itu bertengger pasif. Kaca reflektif dan alat-alat make up (kebanyakan punya Gita) berbaris disana. Terdapat juga beberapa botol skincare yang jarang kugunakan.

Aku meraih tinted moisturizer yang dibelikan oleh Gita—sebuah produk hybrid, menggabung pelembab dan foundation sekaligus. Coverage-nya tipis, ringan, tidak menor. Aku suka. 

Setelah meratakan warna di wajah, aku menitikkan setetes lip tint (yang dibelikan oleh Gita juga) di bibir, mengagumi bagaimana produk itu bisa menyatu dengan warna bibirku secara natural.

Sesekali kulirik layar ponsel yang masih menyiarkan wawancara dengan Raka. Aku tersenyum tanpa sadar, melihat wajah tampan chef kepala itu tersenyum begitu pas di depan kamera.

Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang