Chapter 26 · Soto : Satu

4.9K 732 61
                                    

🥨

____________________

"Hah? Nikah?"

Raka mengangguk. Aku menggeleng—tak percaya.

Entah bagaimana lelaki ini bisa mengutarakan permintaan fatal itu dengan begitu ringan—ah, mungkin keberaniannya telah terpupuk dan tergalang sekian tahun, seperti rekening tabungan yang sekarang tergeletak di meja kopi, sehingga nyalinya telah matang untuk melontarkan kalimat itu, kalimat yang merupakan end goal baginya: tujuan akhir. 

Tapi aku? Jelas, aku terkejut. Aku tak menyangka pertanyaan itu bisa diajukan kepadaku, mendadak, tanpa ada indikasi apapun.

"Nggak harus jawab sekarang," ucap Raka lembut. "Saya tau kamu pasti kaget."

Aku menatapnya. Tentu saja saya kaget, dasar Chef gemblong.

"Kasih saya waktu buat cerna semuanya," putusku.

Saat ini, pikiranku penuh. Baru saja diajak balikan, lah moro-moro diajak nikah. Aku harus jawab apa dong?

"Eh iya, Chef..." ucapku seraya teringat akan sesuatu.

Raka menghela napas gerah sambil bergumam, "jangan panggil 'Chef' terus dong, kan kita nggak lagi kerja."

"Ka," ralatku. "Papa nanyain kamu tuh, kangen katanya."

"Bapak kamu? Wah, gimana, sehat dia?" tanya Raka, nada suaranya cerah. Aku tersenyum tipis mendengar pertanyaannya.

"Sehat," jawabku. "Kamu disuruh mampir ke rumah, diajak makan-makan."

"Boleh tuh, bisa sekalian." Raka tersenyum lebar.

"Sekalian apa?"

"Minta kamu ke Bapak."

Aku meninju dadanya seketika. Orang ini, omongannya ringan sekali.

Raka terkekeh puas, seraya merengkuhku lebih erat dalam pelukan, membuatku juga ikut tertawa.

"Udah malem, nanti Gita nyariin. Saya antar kamu pulang, ya?" ucap Raka setelah tubuh kami lepas.

"Oh, saya diusir nih?"

Lelaki itu terkekeh sejenak.

"Ya nggak, kamu bisa kesini kapan aja, nanti saya kasih kunci cadangan."

"Heh?"

Dia sepercaya itu padaku?

"Ini kamu yang simpen, ya?" Raka meraih buku tabungan di atas meja, dan menyerahkannya padaku. Aku menggeleng kuat-kuat.

"Nggak mau, itu uang kamu."

"Uang kita." Ia mengoreksi. Aku tetap menggeleng.

"Saya nggak berani pegang uang sebanyak itu. Kamu aja yang simpen," putusku pendek sambil mengenakan jaket. Raka akhirnya mengangguk, kalah.

🥨

Gita menyambut kedatanganku dengan pandangan menyelidik. Gadis itu sedang membuka laptop diatas kasur kamarku, entah mengerjakan apa.

"Gimana kamu? Jadi nerima Raka balik?" Pertanyaan itu membuat gerakanku menaruh ponsel ke atas nakas terhenti seketika.

"Hm?"

"Dia pasti ngajak balikan 'kan? Ngaku aja," cecar Gita. Aku tersenyum tipis.

"Hmmm... sebenernya." Kududukkan badan di kasur sebelah Gita. "Raka ngajak nikah."

Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang