Chapter 19 · (Sakit)

6K 784 135
                                    


a / n

Trigger warning : adegan mimpi buruk, penggunaan obat-obatan, dan keterkaitan dengan penyakit mental (PTSD).

Segala adegan dan kejadian dalam chapter ini adalah fiksi, harap membaca dengan bijak.

Oke sayang?


🥨
____________________

(Masih) 3 tahun lalu...

Ruangan itu gelap, cahaya biru berpendar entah dari mana sumbernya, temaram. Lisa bertatap pandang dengan ruangan berbatas tembok, tanpa pintu, dan sosok tubuh lelaki familiar berdiri di ambang. Raka.

Aneh. Ada yang berbeda dari penampilan lelakinya itu—ah, rambutnya! Rambut Raka berwarna putih keperakan. Cerah.

"Ka?" suara Lisa menggema, memantul hiperbola.

Panggilan itu tak terjawab. Lisa berjalan mendekat, melihat lebih jelas sosok Raka yang berdiri di depan cutting board kayu yang menyatu sebagai meja. Sepotong ayam utuh bertengger disana.

"Kamu masak apa?" gema itu muncul lagi. Aneh. Mulut Lisa belum terbuka, dia hanya memikirkan kalimat itu dalam kepala.

Detik berikutnya, Raka mengangkat pisau daging lebar, berkilat tajam—dengan kencang, ia mengayunkan pisau itu.

"Aaarrgggh!!"
Jerit Lisa lepas, gadis itu memejamkan mata seketika.

Sekelebat wajah Raka berbercak darah hijau muncul begitu nyata dibalik kelopak mata Lisa yang tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekelebat wajah Raka berbercak darah hijau muncul begitu nyata dibalik kelopak mata Lisa yang tertutup. Raka berdarah menyeka bibirnya dengan punggung tangan.

 Raka berdarah menyeka bibirnya dengan punggung tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hhhaaffhh..." dengan napas tercekat, Lisa terjaga—mata terbuka lebar. Keringat dingin membasahi punggungnya. Ranjang, selimut, bantal. Ah—Lisa berada di kamar.
Cuma mimpi, pikirnya pahit.

Atur napas... tarik, tahan, keluarkan. Tarik, tahan... Keluarkan.

Lisa memejamkan mata lagi. Sekelebat wajah Raka kembali muncul. Tidak menyeramkan kali ini—tak ada darah atau pisau daging. Hanya wajahnya, monokromatik. Hitam-putih, Raka menggapaikan jemarinya sambil berbisik kata yang membahana :
'Tidur.'

Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang