🥨
____________________
Raka melepas helm dengan napas jengah. Langit malam meneduhi gedung apartemennya dengan awan yang menutupi bintang. Cahaya yang berpendar terang berkubah biru langit didominasi oleh lampu-lampu kota yang berkerlip, berdesakan dengan gedung pencakar langit.
Lelaki usia pertengahan kepala dua itu meninggalkan basement parkiran dan masuk menuju elevator, menekan angka lantai teratas. Chef baru di Celestial Hotel itu menempati penthouse gedung apartemen ini, menuruti titah sang pemilik gedung yang berbunyi...
'Raka, pokoknya kamu harus tempati penthouse-nya. Sudah sekian tahun kamu di laut, kamu harus menikmati hidup di darat juga.'
Ia menghembus, pasrah. Setidaknya ia tidak akan merasa sungkan jika pemilik gedung membiarkannya membayar tempat tinggal ini, instead of memaksanya tinggal dengan cuma-cuma. Tapi, yah... namanya rejeki, masa ditolak?
Pip-pip... ceklek.
Pintu terbuka, bersambut ruangan kosong yang lampunya belum menyala. Raka menghembuskan napas.
"Bisa-bisanya aku hampir cemburu sama driver ojol..." Raka bergumam kepada dirinya sendiri, mengeluarkan pin kecil berbentuk astronot mungil dari saku jaketnya.
Chef muda itu membanting tubuhnya diatas sofa panjang, memandangi langit yang tembus dari jendela kaca tinggi terjurus ke arah balkon.
"... tell me how to do this right, Lis."
Desahan napas itu mengantarnya memejamkan mata, mendengarkan detik-detik jam dinding yang berbunyi teratur.
Sepi, batinnya, tempat ini terlalu sepi.
"ABANG!"
Raka terlunjak mendengar panggilan itu. Suara nyaring yang sudah lama tak hinggap di telinganya membuatnya bangkit dari sofa seketika.
Lampu telah menyala. Di sudut ruangan, depan pintu kamar yang baru saja terbuka, berdiri sosok gadis remaja dengan rambut berantakan -memandang ke arah Raka dengan muka tertekuk.
"MIMA?!" Raka berlari ke arah gadis itu, memeluknya ditempat, mengguncang tubuh mungilnya yang sedetik terbang berpijak lantai.
"Abang kenapa jahat?! Pulang nggak bilang-bilang..." gadis remaja itu masih mengeluarkan nada kesal dari mulutnya,
"Kamu kapan kesini? Kenapa bisa masuk? Ahh..." Raka seakan kehabisan kata-kata.
"Abang diem dulu, jangan meluk-meluk! Mima lagi mau marah nih!" remaja yang dipanggil Mima itu mendorong tubuh Raka sekuat tenaga -hanya untuk semakin didekap tak berdaya oleh kekuatan lelaki dewasa.
"Kamu yang diem dulu, jangan marah-marah. Abang lagi kangen nih..." Raka berucap sambil mengendurkan pelukannya, mendekap wajah bundar adiknya itu sambil menatapnya dalam-dalam.
"... kamu udah gede aja," gumam Raka sambil memperhatikan wajah itu. Bibir Mima bergetar perlahan, matanya mulai berkaca-kaca.
"Mima juga kangen sama Abang... Abang jangan pergi-pergi lagi, ya?" rengek gadis itu sambil perlahan mulai terisak. Raka kembali memeluknya erat, mengusap-usap punggung adik semata wayang-nya yang mulai bergetar karena tangis.
"Iya. Abang nggak pergi-pergi lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)
RomanceSetelah dua tahun membabu dengan nyaman sebagai Cook Assistant di Celestial Hotel, Lisa, si jenius penggila Astronomi yang fokus menyibukkan diri sebagi kuli kuliner, harus tersandung masa lalunya ketika mendadak ada Head Chef baru yang akan memimpi...