Chapter 3 · (Dulu: Satu)

8.7K 1K 113
                                    

🥨

____________________

I have a question
It might seem strange
How are your lungs?
Are they in pain?

5 tahun lalu...

Aku menenggelamkan wajah di atas meja, berlipat tangan.

Bel masuk sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, suasana kelas mulai riuh karena Pak Gik—wali kelas sekaligus guru yang seharusnya mengisi pelajaran kimia tambahan, tak kunjung datang.

"Gus, ini beneran nggak ada pelajaran ya?" Aku memutar badan ke satu bangku di belakang.

Gusma, sang ketua kelas, menatapku balik sambil menghela napas.

"Kamu ini kerajinan belajar banget sih Lis, orang baru selesai try out juga. Ini nih minggu tenang tauk, nyantai dikit kek kayak anak-anak normal lainnya."

Aku mengerang mendengar balasannya.

"Minggu tenang? Nih ya, bakal ada bulan-bulan tenang setelah kita selesai UNAS. Liburan pasca kelulusan bakal bikin kita muntah-muntah karena kelamaan nganggur!"

Aku menggerutu sambil membalikkan badan. Memang nggak salah sih apa yang dikatakan Gusma. Orang normal pasti ingin mengistirahatkan otaknya yang telah diperas berminggu-minggu mempersiapkan Ujian Akhir Nasional. Tapi menurutku, semua usaha sekian lama itu akan menguap begitu saja kalau kita lengah sedikit.

Jadi, iya, 'nyantai dikit kayak anak normal' nggak ada dalam kamusku. Tidak ada, Karena mentalitas seperti itu yang akan menjegal tujuanku untuk masuk Fakultas MIPA dengan prodi paling langka se-Asia Tenggara: Astronomi.

"Orang pinter sama gila emang beda-beda tipis ya?" Windu, sahabat sebangku yang duduk disebelahku menyeletuk.

Aku menoleh kearahnya.

"Bisa jadi," aku menjawab asal sambil mulai membuka buku tebal dengan cover berjejal judul 'Kuasai SNMPTN - IPA - Saintek'

Melihat perhatianku mulai meninggalkan bumi, Windu kembali bersuara.

"Kamu beneran mau jadi Astronot Lis?"

"Bisa jadi." Aku menjawab idem dengan konsentrasi terbelah.

"Kamu mau masuk jurusan Astrologi kan?"

"Astronomi," koreksiku.

"Terus nanti kerjanya jadi apa? Astronot kan?" Windu mulai bawel.

"Hm."

"Nggak berubah lagi ntar?"

"Hem."

"Kemarin mau jadi rocket scientist, terus engineer, terus berubah lagi jadi ilmuwan aja, terus sekarang... astronot? Bener gak berubah lagi?"

"Hemmm."

"Jadi pasti nih ya, pasti banget kamu bakal jadi astonot? Fix nih ga bakal berubah-ubah lagi? UNAS tinggal hitungan minggu loh..."

Aku nyengir kuda kearah remaja berkacamata itu.

"Win, kamu nggak liat usaha aku selama ini? Aku aja kemarin minta dibeliin Teropong Bintang sama papa aku—yah walopun gak dikasi sih. Intinya, kurang niat apa aku sama Astronomi?"

Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang