Chapter 45 · Akhirnya // END

14K 685 227
                                    

a / n

Sumpah ini chapter panjang banget!
Bacanya boleh putus-putus, asalkan hubungan kamu jangan putus (hehe).

Enjoy!

🥨

____________________

Hari-hari berjalan layaknya semua biasa saja, terlepas menu pasta ditutup selama dua minggu terakhir di Celestial Hotel.

Memang ada yang terasa kurang, tapi itulah hebatnya manusia; mereka bisa beradaptasi dengan cepat.

Terkadang kalau malam, aku iseng membaca buku resep pemberian Vion, menimbang-nimbang apa yang akan kusampaikan pada Raka.

Ka, aku mau dong pegang station pasta gantiin Vion. Atau, Ka... aku boleh masak pasta di dapur Celes, ya?

Ah. Kusut. Aku akhirnya ketiduran, tanpa benar-benar bicara pada sang chef kepala. Hingga tanpa terasa, minggu demi minggu berganti.

Kesibukan menumpuk.

Raka makin sering mampir ke rumahku, makin sering juga ngobrol serius sama papaku. Mama makin heboh ngitungin tanggal, hari lahir, Neptu, Weton, dan hal-hal abstrak lain yang nggak masuk di nalarku.

"Kamu lahir tanggal berapa, le?" tanya Mama sambil membawa buku paduan Primbon Jawa dan kalkulator.

"21 April, Ma." Raka menjawab santai sambil membolak-balikkan album foto keluargaku. Kami sedang mencari foto masa kecilku untuk bahan slideshow acara nanti.

"Sesudah atau sebelum magrib?" cecar Mama melanjutkan.

Raka menggaruk kepalanya. "Katanya sih pagi, Ma. Jam delapan-an kayaknya. Emang harus detail banget sampe jam-jamnya juga ya?"

"Lho iya toh! Kalau lewat magrib, sudah beda lagi Neptu-nya. Dianggap sudah ganti hari."

Raka manggut-manggut mendengar penjelasan Mama.

"Kalo aku nggak ditanyain, Ma?" celetukku tak mau kalah.

"Haesh! Kamu kebiasaan ngeriwuk'i thok (mengganggu saja)." Mama berdecih gemas. Aku tersenyum puas.

"Hitungannya jadi gimana, Ma? Bagus?" tanya Raka yang entah kenapa jadi kepo. Hm, aku juga kepo sih.

Weton ini ngefek beneran kah?
Aku sama Raka cocok kah?

"Kamu Selasa kliwon, le, Neptu-nya jadi 11. Kalau Lisa ini Minggu pahing, Neptu-nya 10. Kalau ditotal jadi 21, Wetonnya... jodoh! Alhamdulilah, wis pancen jodo ne arek loro iki (memang udah jodohnya anak dua ini)!"

Aku bertepuk tangan melihat kegembiraan mamaku, walaupun masih sedikit ragu akan keabsahan vonis Weton tersebut. Raka, di lain pihak, tampak mengangguk sungguh-sungguh, mengamini.

"Nggak sekalian zodiak-nya juga dicocokin Ma?" ucapku kemudian, yang disambut dengan cubitan di pipiku oleh Mama. Aw.

Ya. Saat ini kita sedang mempersiapkan acara yang... serius.

Selain acara serius tersebut, bulan ini aku juga disibukkan dengan Gita dan wisudanya, sekaligus Mas Tian memperkenalkan Mbak Eva di keluarga kami.

Ah, ternyata seru juga, punya calon kakak sepupu ipar seorang artis. Aura-nya beda banget. Selain itu, Raka juga beneran akrab ternyata, sama Mbak Eva. Aku jadi malu karena sempat berburuk sangka.

Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang