🥨
____________________
Biarin aja.
Semua sudah selesai.
Nggak perlu ada apa-apa yang harus di gimana-gimanain lagi.Itulah kenyataan yang berusaha ku amini. Tiga kalimat itu kurapal berulang bagaikan mantra di dalam kepala, mengiringi langkah kakiku memasuki dapur dengan setelan seragam putih apron hitam.
Biarin aja.
Hari ini hari kedua aku bekerja satu dapur dengan... dia, yang baru masuk dari pintu depan. Chef Raka.
Semua sudah selesai.
Aku bersiap memulai hari bekerja dengan tarikan napas dalam, memperhatikan Chef Raka yang memanggil seluruh staf dapur untuk berkumpul di depan chef table.
"Kurang seminggu dari hari ini, kita akan ada event bulanan, bertepatan pada hari kasih sayang—valentine. Saya yakin Mas Yusuf sudah briefing masalah ini, benar?"
"Ya, Chef," jawab kami hampir serempak.
"Nah, kebetulan sekali. Saya diberi tanggung jawab untuk menentukan dish yang akan kita gunakan pada menu khusus promo hari itu. Untuk itu, saya butuh bantuan kalian semua..."
Mendengar kalimat yang digantungkan oleh Chef Raka, para staf dapur—terutama koki inti, saling pandang dengan tatapan bingung bercampur excited.
"... saya nggak mau memaksakan kehendak dan mengatur-atur kalian dalam melakukan apa yang kalian cintai—memasak. Dan juga, saya nggak mau dapur ini kesannya jadi otoriter. Jadi, saya buka kesempatan untuk kalian mengajukan menu dish yang selama ini ingin kalian coba, ingin kalian buat. Khususnya seafood, ya Pak Seno? Pasta juga... Vion. Dan ini yang paling penting, dessert. Wendy, apa kamu suka cokelat?"
Ciwen termenung sedetik, tidak mengantisipasi pertanyaan itu terlontar dari seorang Chef Raka.
"S-suka, Chef."
"Oke, good. Cokelat akan jadi bintang utama yang harus kamu olah minggu ini. Tugas kamu berat, karena selain dessert dapur, kamu juga akan mengisi pastry di cafe. Kamu sanggup?"
Ciwen tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk yakin.
"Sanggup, Chef."
"Excellent. Kalau begitu, ada satu berita baik lagi..."
Kami saling pandang mendengar kejutan demi kejutan keluar dari mulut Chef kepala itu.
"... hari ini, kita akan closing lebih awal, jam 9 malam. Untuk reservasi sudah diatasi, tamu walk in juga dibatasi."
Bisik-bisik gumaman penuh kegembiraan mulai timbul di udara dapur ini, padat.
"Tapi..." Satu kata dari Chef Raka membuat keadaan mendadak sunyi.
"Besok kalian harus datang dengan ide dish untuk menu promo. Oke?"
"Oke, Chef."
"Ya, Chef."
"Okee."Sahutan jawaban itu diiringi senyum. Kami serempak menyetujui titah Chef Raka dengan penuh semangat karena, well, jujur saja, nggak pernah ada cerita 'pulang awal' atau 'closing early' di dapur ini sebelumnya. Keputusan Chef Raka bagaikan cipratan air segar di tengah panas gurun pasir.
Kerumunan itu mulai bubar, mengisi station masing-masing dan mulai mempersiapkan tugas mereka, saat tiba-tiba,
"Lisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooking Space (𝘌𝘕𝘋)
RomansaSetelah dua tahun membabu dengan nyaman sebagai Cook Assistant di Celestial Hotel, Lisa, si jenius penggila Astronomi yang fokus menyibukkan diri sebagi kuli kuliner, harus tersandung masa lalunya ketika mendadak ada Head Chef baru yang akan memimpi...