Tidak, kalian salah
Ini bukan tempatnya
Ini tempat awal mulanyaCarilah tempatnya dan temukan yang bersinar
Aku termangu membaca isinya, apa ini? Sajak puisi? Atau pantun?
Eh tunggu dulu, kenapa aku bisa membaca tulisan ini? Aku belum mengusap tulisan di kertas coklat itu, dan tulisannya pun masih berbentuk tulisan yang tak ku ketahui.
Ini aneh... tapi aku menyukainya.
"Hey, kenapa kau senyam-senyum sendiri?"
Aku tersentak mendengar tuturan Louise. "CK, aku tidak senyam-senyum sendiri, ya!" bantahku tak terima.
"Sudahlah, bagaimana dengan petunjuknya?" Louise mengibaskan tangannya.
Aku mendengus. Dengan perasaan masih kesal aku kembali menatap tulisan-tulisan aneh itu. Semua makhluk itu diam, mendengarkan dengan seksama kalimat yang ku bacakan.
Beberapa detik, semua orang masih diam mencerna petunjuk dari buku Sahargaratta ku. Hingga...
"Hey petunjuk macam apa itu?" Gaery berseru tak terima. Louise menatap tak suka. "Memangnya kau ingin petunjuk yang seperti apa, wahai pangeran daun?" sinisnya pada Gaery.
Gaery menatap sengit Louise. "Aku tidak bertanya padamu, Nenek Sihir Jelek." Gaery berujar menantang, dengan menirukan panggilan yang ku buat untuk Louise.
"Hey, kenapa kau jadi ikut-ikutan manusia rendahan itu?!" Louise menatap garang Gaery.
Gaery tersenyum miring. "Setidaknya makhluk yang kau sebut rendahan itu tidak memiliki perilaku yang menjijikkan."
Louise semakin melotot, hendak beradu mulut kembali dengan Gaery. Namun, Luke yang baru datang sudah lebih dahulu bersuara, "Apakah ada petunjuk lain?" tanya Luke pada ku. Aku menggeleng sebagai jawaban, karena memang tak ada kalimat lain yang tertera di sana.
"Jadi kapan kita akan mencarinya?" Iriana yang sedari tadi diam, kini membuka suaranya.
"Tentu saja sekarang!" jawab Luke mantap. Leo yang sedari tadi hanya bisa bersantai melihat perdebatan teman-temannya kini melompat dari batu.
Leo menepuk pelan pundak Luke, dia menggeleng sekali. "Tidak Luke, ini sudah sangat gelap, sebaiknya kita cari besok saja, lagi pula kita belum tahu apa arti dari petunjuknya." Leo memberi saran.
Luke menatap Leo lamat, kemudian mengangguk pelan. "Baiklah, kita akan cari besok pagi," putusnya. Luke beralih menatap Gaery. "Tolong siapkan tempat tidur, Leo akan membantumu," perintah Luke.
Aku sendiri mulai sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dimaksud oleh petunjuk di buku ku, karena hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa kembali ke duniaku.
Dengan mengumpulkan 7 batu cahaya secepat mungkin, maka secepat itu pula aku akan kembali.
Jujur, sebenarnya aku suka sekali di sini, karena aku memang menyukai hal-hal berbau fantasi. Tapi, tetap saja, aku lebih menyukai duniaku.
Saat sedang larut dalam pikiran, seseorang menepuk bahuku pelan. Aku menoleh, itu Iriana, di belakangnya ada Chaetna yang menatap ku takut-takut. "Apa?" aku bertanya ketus. Ya, aku memang bukan manusia yang ramah.
"Hey jangan galak begitu, kami hanya ingin berteman dengan mu." Iriana duduk di samping ku, Chaetna ikut duduk di samping Iriana.
Aku mendengus. "Maksudmu ingin berteman dengan makhluk rendahan?" Aku menatap sinis Iriana.
Iriana memutar bola matanya. "Oh aAyolah, kami bukan Louise yang hanya baik pada Putra Mahkota saja. Kami memang ingin berteman denganmu, sungguh." Iriana berujar meyakinkan.
Aku diam, mencerna kalimat Iriana barusan. Louise baik hanya pada Luke?
Oh! sepertinya aku tahu bagaimana cara membalas Nenek Sihir menyebalkan itu. Aku tertawa jahat dalam hati.
"Jadi apa kau menerima tawaran kami?" Iriana menatap ku tanya. Aku menyipit. "Memangnya apa yang akan kudapat jika berteman dengan kalian?"
Iriana mendengus kesal. "Kau ini mau berteman, atau mau mencari rekan kerja?"
Aku diam menatap Iriana dengan mata menyipit ku.
"Kau tidak akan kesepian." Entah dorongan darimana, Chaetna yang pemalu tiba-tiba ikut berujar.
Aku dan Iriana kompak menatap takjub Chaetna. Seperti baru menyadari sesuatu, mata Chaetna membulat, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "A-aku tidak bilang apa-apa," ujarnya gugup.
Iriana tertawa terpingkal melihat tingkah Chaetna. Entahlah, aku tak tahu dimana letak lucunya.
"Baiklah, begini saja, jawab pertanyaanku dan kalian akan menjadi temanku, bagaimana?" tawarku mengabaikan kegiatan Iriana dan Chaetna.
Iriana menghentikan tawanya, Chaetna mulai menurunkan telapak tangannya, mereka mulai menatap serius ke arahku. "Asal tak susah." Iriana berujar acuh.
"Apakah 7 batu cahaya itu memiliki tingkatan kekuatan? Jika ya, batu apa yang paling rendah tingkatnya hingga batu paling tinggi?" Aku memulai pertanyaanku.
Iriana tampak berpikir, lantas menggeleng pelan. "Batu itu tidak memiliki tingkatan apapun, semuanya memiliki kekuatan yang sama, dan kekuatan itu akan muncul jika ketujuhnya di gabungkan dan di letakkan di menara tinggi kerajaan vampir," jelas Iriana, menjawab pertanyaan ku.
Aku diam sejenak, memikirkan sesuatu yang mungkin saja terlewatkan oleh ku.
"Tapi...." Bukan Iriana yang bersuara, melainkan Chaetna. Penyihir muda itu hendak melanjutkan bicaranya, namun tampak gugup saat melihat aku dan Iriana menatap serius ke arahnya.
"Tapi apa, Na?" Iriana bertanya. "Ta-tapi...." Chaetna semakin gugup.
Oh ayolah, kami tidak akan melakukan apa-apa padanya, kenapa dia jadi gugup begitu sih?
"Ta-tapi batu itu, ba-batu itu melambangkan-"
"Ah iya, aku ingat!" Seru Iriana memotong bicara Chaetna. "7 batu cahaya melambangkan 7 penghuni inti dunia Arsga, dan tujuh penghuni itu memiliki tingkatan kekuatan berbeda," lanjutnya.
Aku diam, memperhatikan Iriana yang kembali melanjutkan ceritanya.
"Tingkatan dengan kekuatan terlemah di pegang oleh dwarf dan dilambangkan dengan warna ungu, lalu di atasnya elf dilambangkan dengan warna nila, kemudian di atas elf ada mermaid dilambangkan dengan warna biru, diatasnya ada peri yang dilambangkan dengan warna hijau, lalu kuning melambangkan penyihir, sementara jingga melambangkan werewolf, dan terakhir kekuatan tertinggi di pegang oleh vampir dilambangkan dengan warna merah." Iriana menatapku lamat, menunggu reaksi dariku.
Aku terdiam, memikirkan penjelasan dari Iriana, mencoba menyambungnya dengan petunjuk dari buku Sahargaratta.
Beberapa menit berlalu, dan aku masih diam. Baik Iriana maupun Chaetna, keduanya ikut diam menungguku bersuara.
Aku menghela napas kasar. "Apakah di sini ada sesuatu yang berwarna merah, maksudku sesuatu yang tak lazim dengan warna merah, apakah ada?" Pertanyaan kedua dariku.
Iriana kembali memasang tampang berpikirnya. "Sungai merah." Bukan Iriana yang menjawab, tapi lagi-lagi Chaetna.
Aku dan Iriana kembali menatap Chaetna, membuat Chaetna kembali membulatkan mata dan menutup wajahnya lantaran malu.
CK, menyebalkan, ini terjadi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPILIH (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Namanya Ellysha Seinna Rajasa, seorang gadis remaja yang amat menyukai dunia fantasi dan hal-hal berbau misteri. Sifatnya galak dan sombong hingga membuatnya tak disukai banyak orang. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke e...