Saat sudah memasuki gerbang pembatas yang membatasi kota vampir dengan dunia luar, hawa mencengkam langsung menyeruak, melingkupi seluruh tubuhku. Aura mencengkam itu benar-benar terasa, seakan tempat itu sudah dipenuhi oleh aura-aura jahat.
Tak sekali dua kali aku melihat makhluk berjubah hitam menyiksa makhluk-makhluk lain tanpa alasan jelas, tapi hampir sepanjang perjalanan. Bahkan, ada yang langsung dibunuh sebelum si korban sempat berbicara.
Melihat itu, aku merasa tubuhku sedikit bergidik. Takut-takut, salah langkah sedikitpun, akulah yang akan menjadi sasaran empuk para makhluk berjubah hitam itu.
Yah, meskipun mustahil sih. Karena sekarang kami sedang menyamar dengan sangat baik, sebagai salah satu dari banyaknya makhluk berjubah hitam. Tapi, tak ada yang menjamin kami tak akan ketahuan, bukan?
Astaga! Membayangkan kami akan ketahuan, membuat tubuhku semakin bergidik.
Benar-benar menyeramkan!
Oh ya, ngomong-ngomong tentang penyamaran, sebenarnya jubah ini Leo yang mencarinya, entah darimana vampir itu mendapatkan jubah ini. Tapi yang jelas, berkat dia, kami bisa masuk tanpa harus melakukan perlawanan.
Hahaha, terima kasih pada Leo yang sudah mau repot-repot melakukan ini untuk kami.
"Hey Leo, bukankah seharusnya kita hanya perlu berjalan lurus? Tapi, kenapa sekarang kita justru berbelok?" tanya Iriana yang berjalan di belakangku, pada Leo yang berjalan di depanku.
"Diamlah, dan ikuti saja aku!" jawabnya dengan nada kesal. Yah, meskipun memang dia memang selalu begitu sih.
Hey, memangnya kapan dia pernah bersikap ramah? Tidak pernah!
Luke yang berjalan di samping Leo hanya tersenyum tipis pada Iriana yang menatapnya meminta pertolongan.
Melihat Luke yang sepertinya mendukung Leo, Iriana menghela napas pasrah. Halsyie yang berjalan di samping Iriana memberikan senyum manisnya untuk menghibur Iriana.
Oh benar juga! Sebenarnya tidak seperti formasi biasanya, formasi berjalan kami sekarang sudah diganti. Dimana Luke dan Leo yang memimpin di depan, lalu aku dan Louise dibelakangnya, kemudian di belakang ku ada Iriana dan Halsyie, dan terakhir di barisan belakang, tentu saja Gaery dan Chaetna.
Yah meskipun sekarang aku berjalan di samping Louise si nenek sihir menyebalkan, tapi ini lebih baik, daripada harus berjalan di samping Leo dan menahan emosi karena tingkah menyebalkan Leo si vampir sialan.
***
Setelah berjalan menelusuri jalan sempit dengan banyak tragedi penyiksaan yang kami temui sepanjang perjalanan, akhirnya kami pun tiba di gerbang samping Istana Vampir.
Aku mendongak, melihat betapa tingginya gerbang yang kini berdiri kokoh di hadapanku. Jika ku perkirakan, sepertinya gerbang ini berukuran sekitar tujuh hingga delapan meter.
Yah, hanya perkiraan sih.
Tak seperti gerbang depan yang dipenuhi oleh banyak penjaga, juga makhluk-makhluk berjubah hitam yang berlalu lalang. Gerbang samping justru sangat tenang, satu penjaga pun tak kami jumpai di gerbang ini. Seakan, apa yang berada di balik gerbang ini bukanlah sesuatu yang harus dijaga.
Benar-benar damai.
"Apa ini?!" Louise berujar kesal menatap pemandangan di depannya. Tudung yang menutupi kepalanya sudah ia lepaskan hingga dahi berkerutnya dapat kulihat.
Aku mengangkat sebelah alisku. Hey, apa maksudnya berbicara begitu? Bukankah bagus jika-
Benar juga! Ini kan Istana Vampir, tempat yang dihuni oleh pemimpin dunia Arsga. Bagaimana mungkin tak ada seorang pun yang berjaga di sini. Yah, walaupun bukan jalan utama, tetap saja harus dijaga, bukan? Lagipula, karena ini memang bukan jalan utama, justru itu yang akan membuat penyusup akan memilih jalan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPILIH (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Namanya Ellysha Seinna Rajasa, seorang gadis remaja yang amat menyukai dunia fantasi dan hal-hal berbau misteri. Sifatnya galak dan sombong hingga membuatnya tak disukai banyak orang. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke e...