Aku kembali takjub saat melihat hewan besar di depan kami. Hewan itu memiliki bentuk tubuh seperti lebah, hanya saja dengan warna hijau dan delapan kaki di badannya. Kepalanya juga memiliki dua antena. Sementara sayapnya, berukuran besar dengan warna transparan.
"Apa ini lebah?" tanyaku spontan, tanpa mengalihkan pandanganku dari hewan besar itu. "Lebih tepatnya lebah hijau," jawab Gaery.
Aku menoleh menatap peri laki-laki itu. "Apa semua hewan di sini berwarna hijau?" tanyaku lagi, saat ingat jika aku pernah melihat tupai yang juga berwarna hijau.
Gaery mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Gaery balik bertanya. Aku mengedikkan bahuku. "Kurasa sebelumnya aku pernah melihat tupai berwarna hijau, kemudian kelinci hijau, dan sekarang lebah hijau," jelasku acuh, seraya berjalan mendekati lebah hijau itu.
"Wah, kau pandai sekali dalam mengamati sesuatu ternyata!" seru Lifya takjub. Aku berbalik menatap gadis peri itu. "Jadi, apa semua hewan di sini memang berwarna hijau?" Aku mengulangi pertanyaanku tadi.
Gaery menggeleng pelan. "Tidak semua, tapi kebanyakan, ya," ujarnya menjawab pertanyaan ku.
Aku mengangguk pelan, kemudian kembali menatap lebah besar yang akan menjadi kendaraan kami nanti. "Lalu, bagaimana cara mengendalikan lebah hijau ini?"
Gaery maju melangkah melewati ku, ia melompat naik ke tubuh besar lebah itu. "Kita hanya akan membawa 4 saja, El. Kau sebaiknya duduk di belakang, biarkan aku, Leo, Louise dan Pangeran Luke yang mengendalikan hewan ini," jelas Gaery.
Aku melotot. "Hey, tapi aku juga ingin mencoba mengendalikan hewan itu!" seruku tak terima.
"Mengendalikan lebah hijau tidak semudah mengendalikan lebah biasa, El. Kau tak akan bisa."
Aku semakin melotot, mendengar Gaery yang secara tidak langsung meremehkan kemampuan ku. "Jadi maksud mu, aku terlalu lemah, begitu?!" bentakku dengan wajah kesal.
"Bukan begitu-"
"Yasudah, kalau begitu kita naik lebah biasa saja," ujarku masih dengan wajah kesal.
Ya mau bagaimana lagi, memang nyatanya aku tak akan mampu mengendalikan lebah sebesar itu. Tapi, setidaknya aku kan ingin mencoba juga. Jadi, kenapa tidak pakai lebah biasa saja, jika bisa lebih mudah, kan?
Gaery menggeleng pelan. "Tidak bisa, El. Lebah biasa memiliki tenaga yang lebih lemah daripada lebah hijau. Lebah biasa mungkin akan bertahan terbang sekitar sepuluh hingga dua belas jam. Berbeda dengan lebah hijau yang mampu terbang dengan waktu tiga sampai empat hari."
Aku mendengus kesal, dan langsung memalingkan wajah cemberut ku. "CK, menyebalkan!" gumamku pelan.
"Hey, kau ini bisa tidak, tak usah mencari-cari masalah?" ujar Louise menatapku garang.
Aku menoleh menatap nenek sihir itu. "Hey, berkacalah dahulu sebelum berbicara, kau pun selalu mencari masalah dengan orang lain!" balasku dengan nada ketus.
"Jangan samakan aku denganmu, dasar makhluk rendahan!"
"Dasar Nenek Sihir Jelek!"
"Aku bukan nenek-nenek, sialan!"
"Kau pikir aku perduli?"
"Kau-"
"SUDAH, HENTIKAN!"
Luke menatap tajam aku dan Louise, seakan memberikan peringatan.
Louise menundukkan kepalanya. Aku mendengus, lalu memalingkan wajah dengan perasaan kesalku.
"Baiklah, ayo kita bagi kelompok untuk-"
"Aku akan bersama Ellysha, sisanya terserah kalian," ujar Leo tiba-tiba, memotong bicara Luke. Aku menoleh menatap tajam Leo. "Kau ingin mencoba mengendalikan lebah itu, kan? Aku bisa mengajarimu, hanya jika kita naik di lebah yang sama." Leo berujar acuh. Aku menyipitkan mataku menatap curiga Leo. "Ya, itupun jika kau mau," lanjutnya masih dengan tampang acuh.
Aku diam sejenak menatap Leo dengan mata menyipit ku. Benar juga, Leo kan sangat baik, padaku. Sedetik kemudian senyumku langsung mengembang. "Baiklah, kalau begitu aku akan bersama Leo," putusku mantap.
Leo menyeringai. "Pilihan bagus!" serunya seraya mengacak gemas rambutku. Aku melotot garang. Namun, Leo tak perduli, dia langsung melompat menaiki lebah besar itu.
"Ayo!" ajak Leo, dengan tangan terulurnya. Aku menaikkan sebelah alisku, melihat gelagat Leo yang menyiapkan tempat dudukku yang berada di depannya.
Hey, aku tidak bodoh ya! Aku yakin sekali Leo hanya ingin modus memelukku dari belakang.
Leo memutar bola matanya. "Bisakah kau pikir, bagaimana caranya mengajarimu jika kau duduk di belakangku?" tanya Leo seakan tahu apa yang aku pikirkan.
Aku mendengus. Benar juga, akan sulit belajar mengendalikan hewan itu, jika aku duduk di belakang tubuh besar Leo.
Akhirnya dengan tak ikhlas, akupun melompat duduk di depan Leo. Sekilas, aku melihat vampir sialan itu menyeringai tipis. CK, dasar makhluk licik!
"Kalau begitu aku akan bersama Chaetna," ujar Louise dan langsung melompat naik ke salah satu lebah hijau. "Naiklah!" perintah Louise pada Chaetna.
Aku mengangkat sebelah alisku. Louise akan bersama Chaetna? Astaga! Kasihan sekali Chaetna, semoga saja nenek sihir itu tak berbuat jahat pada Chaetna yang polos nan lugu.
"Tenang saja, meskipun menyebalkan, Louise sangat menyayangi adiknya," ujar Leo berbisik di telinga ku.
Aku sedikit merinding merasakan hembusan nafas Leo yang mengenai tepat daun telinga ku.
Tapi, tunggu dulu!
Aku berbalik, menatap terkejut Leo. "Chaetna adik Louise??" tanyaku dengan ekspresi tak percaya.
Leo terkikik geli. "Sudah kuduga, nenek sihir itu tak cocok menjadi kakak dari gadis lugu itu," ujarnya dengan raut gelinya. "Ya, Louise Slowie adalah kakak kandung dari Chaetna Slowie."
"Mustahil," gumamku pelan.
Hey, dilihat dari segi manapun, Louise dan Chaetna tak sedikitpun ada kemiripan, bahkan sangat berbanding terbalik.
"Baiklah, semua siap?" tanya Luke dengan suara lantangnya, memecah pikiran ku akan dua kakak beradik yang sangat berbanding terbalik.
Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Luke. Leo sudah memegang erat tali yang terikat di leher lebah hijau, bersiap untuk mengendalikannya.
Ya, mengendalikan lebah hijau ini sama seperti mengendalikan kuda, sama-sama menggunakan... tali? Entahlah aku tak tahu namanya apa.
Kulihat, Gaery berkendara bersama Iriana, dan Luke bersama Halsyie.
Lebah kami satu-persatu mulai mengambang di udara. Sebelum terlalu tinggi, aku menoleh sejenak menatap ke arah bawah, melihat Lifya yang tengah melambai-lambaikan tangannya, bagai memberi salam perpisahan dari pertemuan singkat kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPILIH (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Namanya Ellysha Seinna Rajasa, seorang gadis remaja yang amat menyukai dunia fantasi dan hal-hal berbau misteri. Sifatnya galak dan sombong hingga membuatnya tak disukai banyak orang. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke e...