Perjalanan dilanjutkan. Kami kembali berjalan beriringan menuju perkampungan peri.
Ya, perkampungan peri, untuk meminjam tumpangan. Aku tak tahu tumpang seperti apa yang mereka maksud. Tapi, jika tebakanku benar, sepertinya tumpangan itu adalah hewan besar yang memiliki sayap. Seperti yang ada di novel fantasi ku.
Karena Iriana bilang, Bukit Duri cukup jauh dari sini. Jika berjalan kaki, kemungkinan sampai sekitar dua sampai tiga minggu. Belum lagi waktu istirahat tiba-tiba jika aku membutuhkan. Mengingat aku seorang manusia.
Tapi, untunglah tempatnya tak terlalu jauh dari hutan kabut. Gaery bilang sekitar dua kilometeran. Sebenarnya itu cukup jauh sih, untukku yang kemana-mana selalu menaiki kendaraan pribadi.
Sekarang ini kami tengah melewati sebuah hutan lebat dengan udara lembab. Pohon-pohon menjulang tinggi tumbuh memenuhi hutan. Sekali dua kali aku melihat tumbuhan dengan bunga cantik yang menghiasi.
Tapi, Leo bilang itu bunga yang sangat beracun. Secuil saja tersentuh, racunnya akan sangat mematikan. Aku hanya bisa bergidik mendengar itu.
Tatapanku beralih, aku terpaku saat melihat seekor tupai berwarna hijau melompat dari pohon ke pohon. Hey, memangnya tupai ada yang berwarna hijau?
Maksud ku tupai yang warnanya benar-benar hijau, sehijau warna daun ataupun rumput.
Ini keren!
"Kau melihat apa?" tanya Leo yang berjalan di samping ku. Aku menoleh menatap Leo. "Bukan apa-apa." Aku menjawab acuh.
Hey, jika aku menjawab aku terpaku melihat tupai berwarna hijau, bisa-bisa Leo kembali mengejekku. Aku tidak mau memberikan Leo kesempatan untuk mengejekku lagi, CK.
Leo menyipit, seakan tak suka mendengar jawabanku. Aku menatapnya kesal. "Apa?" ujarku ketus.
Leo diam sejenak dengan mata menyipitnya, kemudian menghela napas pelan. "Sudahlah, lupakan." Dia berujar acuh. Aku mengedikkan bahu tak perduli.
"Hey lihat!" seru Halsyie girang, dengan sebelah tangan yang menunjuk ke arah depan.
Aku ikut menatap ke arah depan.
Di sana, tampak banyak rumah-rumah berukuran sedang yang berada di atas pohon.
Beberapa makhluk dengan sayap tipis tampak terbang berseliweran di udara. Beberapa tampak tengah asyik bermain dengan makhluk kecil yang juga memiliki sayap tipis.
Namun, ada pula yang tengah berjalan-jalan di tanah dan tak memiliki sayap. Mereka tengah bergotong royong membawa sesuatu dengan mengendalikan tumbuhan sekitar.
Aku terdiam di tempat, tak mampu berkata apa-apa. Semuanya masih terasa mimpi.
"Selamat datang di Perkampungan Peri!" sambut Gaery menatap kami senang. "Ini adalah kampung halaman ku."
Gaery berjalan di depan, memandu jalan kami. Sesekali ia menyapa peri-peri lainnya yang ia lewati, atau mungkin sebaliknya, peri-peri lain yang menyapanya.
Aku tak henti-hentinya menatap takjub perkampungan ini. Meskipun sebelumnya aku sudah pernah melihat perampungan werewolf. Tapi ini berbeda, karena para peri memang memiliki banyak keunggulan yang tak dimiliki manusia biasa seperti ku.
Berbeda dengan werewolf yang hanya memiliki perbedaan bisa berubah menjadi serigala. Para peri memiliki keunggulan bisa terbang dan mengendalikan tumbuhan. Mereka juga punya karakteristik tersendiri, yaitu pakaian hijau motif daunnya.
Benar-benar keren!
Langkah Gaery terhenti di depan sebuah pohon dengan rumah pohon di atasnya. "Ini rumahku," ujarnya menunjuk rumah sederhana di atas pohon. Dindingnya memakai papan kayu, dengan banyak tanaman hias yang menghiasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPILIH (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Namanya Ellysha Seinna Rajasa, seorang gadis remaja yang amat menyukai dunia fantasi dan hal-hal berbau misteri. Sifatnya galak dan sombong hingga membuatnya tak disukai banyak orang. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke e...