Hari semakin gelap, satu-persatu makhluk itu mulai terlelap. Tak ada yang bertugas menjaga, karena saat ada kekuatan jahat yang mendekat, insting para makhluk itu akan memaksa mereka untuk terjaga.
Cukup hebat bukan?
Aku sendiri tidak bisa tidur. Tempat tidurnya sungguh tak nyaman. Selain itu, suasana temaram ini juga mengganggu ku. Ya, aku tak bisa tidur dalam keadaan gelap.
Di dalam kegelapan, suara hewan malam begitu mendominasi, debuman air yang berliter-liter jatuh dari ketinggian seratus meter tak ingin kalah, membantu meramaikan suasana malam.
Aku mendongak, berjuta-juta bintang bertaburan indah menghiasi langit, mengelilingi bulan sabit yang bersinar tak terlalu terang.
Aku baru sadar, ternyata pemandangan langit malam dari sini begitu indah. Langit tampak begitu padat oleh bintang.
Sungguh pemandangan yang amat indah.
Saat sedang fokus pada pemandangan indah dari langit, tiba-tiba bulan sabit yang bersinar indah itu berubah warna menjadi gelap. Amat gelap.
Hanya beberapa detik, karena setelahnya, sebuah sinar yang amat terang muncul dari arah bulan, menerobos, menyoroti tiga arah berbeda.
Satu arah ke buku Sahargaratta ku, satu arah ke tepi air terjun, dan satu lagi....
Aku berbalik, tampak enam makhluk yang menyeretku ke dunia ini, sedang tertidur lelap, di belakangnya hutan lebat yang tampak suram. Aku tak tahu cahaya itu menuju kemana. Karena cahayanya sudah lebih dulu hilang, sebelum dapat kulihat.
Aku menunduk menatap intens buku Sahargaratta ku. Buku itu sudah kembali seperti semula. Cahaya terang yang membalutnya sudah hilang.
Pandangan ku beralih menatap tempat lainnya yang juga mendapat sorotan cahaya bulan.
Aku diam cukup lama, menunggu tepi air terjun itu yang mungkin akan memunculkan cahaya kembali. Namun nihil, sama seperti buku Sahargaratta ku, tepi air terjun itu kembali seperti semula.
Aku berdiri, memaksakan kaki ku berjalan mendekati tepi air terjun yang tadi sempat menerima sorotan cahaya dari bulan sabit.
Dahiku mengernyit. Hey, lihatlah, sebuah kalung dengan bandul -tampak seperti mutiara hitam- tergeletak di tepi air terjun itu.
Dengan gerakan pelan, aku mengambil kalung itu. Tanganku sedikit bergetar saat hendak menyentuhnya.
Aku memperhatikan kalung itu dengan seksama, saat tangan ku berhasil mengambilnya. Jika dilihat sekilas, bentuknya sama seperti kalung biasa.
Mungkin, jika tadi aku tak melihat cahaya bulan yang menyoroti kalung ini, aku akan berpikir jika ini hanya kalung biasa.
Aku menggeleng kuat. Menepis pikiran-pikiran ku yang mulai liar. Tanpa pikir panjang, aku memakai kalung itu di leherku.
Hey, siapa tahu kalung ini akan memberiku kekuatan jika aku memakainya, bukankah itu akan terlihat keren? Hahahaha....
"Hey, apa yang lakukan di sini?"
Aku refleks menjauh, saat mendengar seseorang berbicara padaku. Aku mengelus dadaku pelan. Bersyukur jika itu 'hanyalah' Louise.
Ya setidaknya dia tidak akan menyerang ku tiba-tiba, kan? Meski tak bisa dipungkiri dia adalah Nenek Sihir yang menyebalkan.
Aku menatap sinis Louise. "Bukan urusanmu!" Aku berseru ketus. Aku bangkit berdiri, kembali ke tempat tidur ku, meninggalkan Louise yang menatap ku penuh heran.
***
Pagi hari yang cerah, setelah selesai sarapan, kami langsung bergegas menuju sungai merah.
Iriana bilang, tempatnya sudah tak jauh, 'hanya' lima kilometer lagi.
Sinting memang.
Tapi bagi mereka, sepertinya itu bukanlah apa-apa. Kedamaian dunia lebih penting untuk sekarang.
Lagipula, mereka memang sudah terbiasa berpetualang, bukan? Maksud tentu saja kecuali Luke, yang merupakan seorang Putra Mahkota.
Ngomong-ngomong tentang kedamaian dunia, aku masih belum tahu, apa yang mereka maksud tentang kekacauan. Apakah itu kekacauan yang terjadi karena pemberontakan? Atau kekacauan karena monopoli politik? Atau bahkan lebih parah, kekacauan karena kekuatan jahat?
Eh? Tunggu dulu!
Tentu saja jawabannya kekacauan karena kekuatan jahat. Jika hanya sekedar pemberontakan atau monopoli politik, aku yakin mereka tak akan susah-susah untuk mencari 7 batu cahaya. Masalah seperti itu, cukup mengandalkan kemampuan strategi dan kemampuan berperang bukan?
Aish, sepertinya tinggal di dunia ini dapat menganggu kesehatan otakku. Aku harus kembali ke duniaku secepatnya, atau otakku benar-benar akan rusak.
Hey, otak itu adalah aset berharga ku, tentu saja kesehatannya adalah hal yang paling penting.
"Hey, jangan bersandar di pundakku bodoh, kepalamu itu sangat berat!"
Sudah bisa menebak? Tentu saja itu si menyebalkan Leo!
Selalu saja mencari gara-gara denganku. Bahkan, hal sepele pun akan menjadi besar, jika sudah berurusan dengan makhluk menyebalkan itu.
"Heh, kau pikir aku mau bersandar pada pundak loyo mu itu?!" Aku berseru tak terima.
"Kalau begitu jangan bersandar, bodoh!"
Aku melotot, tangaku yang gatal, memukul keras pundak makhluk menyebalkan itu. "Hey, jangan sembarangan memukul, kau pikir itu tak sakit?!"
Aku mendengus, mengabaikan ucapannya. Lagi pula, hey, siapa yang ingin bersandar di pundaknya itu?
Aku kan tak sengaja, salahkan saja rasa kantukku yang tak mampu menahan kepalaku untuk tetap tegap.
"Oh ayolah, sebentar lagi kita akan sampai, tidak bisakah kalian berhenti bertengkar?" Luke menghela napas pelan.
"Tidak!"
"Tidak!"
Kami berujar serempak.
Aku melotot menatap Leo. Apa-apaan dia? Enak saja meniru kata-kata ku.
"Apa?!" Leo balas melotot. "Kau yang apa? Seenaknya saja meniru kata-kata ku." Aku menatap menantang.
Leo tak mau kalah. "Enak saja, bukan aku yang menirumu, tapi kaulah yang menurutku!"
"Apa-"
"Hentikan!" Luke berhenti melangkah, ia berbalik menatap tajam aku dan Leo.
Aku hanya bisa menelan ludahku kasar. Astaga, ternyata Luke seram juga jika sedang marah. Leo hanya mendengus kesal, ia memalingkan wajahnya, tak sedikitpun merasa takut.
Cukup lama Luke menatap tajam aku dan Leo, ia akhirnya berbalik kembali menatap ke depan. "Ayo lanjutkan!" serunya dengan nada tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPILIH (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Namanya Ellysha Seinna Rajasa, seorang gadis remaja yang amat menyukai dunia fantasi dan hal-hal berbau misteri. Sifatnya galak dan sombong hingga membuatnya tak disukai banyak orang. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke e...