Flashback On
Author POV
Saat itu, Lifya tengah bermain dengan kelinci kesayangannya di taman. Beberapa pelayan serta pengawal turut menemani, untuk menjaganya.
Hingga tiba-tiba, suara ledakan terdengar dari arah istana. Lifya langsung menghentikan kegiatannya, ia menatap para pengawalnya, memerintahkan mereka agar melihat apa yang tengah terjadi di istana.
Baru beberapa langkah para pengawal itu berjalan menuju istana, langkah mereka langsung terhenti, saat seorang pengawal berlari tergesa ke arah mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya Lifya dengan raut cemasnya. "Anda harus segera pergi dari sini, Tuan Putri," ujar pengawal tadi dengan wajah seriusnya.
Lifya bingung, ia mengerutkan dahinya. "Memangnya apa yang terjadi?" ulangnya bertanya.
Pengawal itu menggeleng pelan. "Tak ada waktu untuk menjelaskan, Putri. Segeralah pergi!" perintahnya tegas. Ia beralih menatap para pengawal lainnya. "Kalian, temani tuan putri, bawa dia ke perkampungan peri di dekat hutan kabut!" lanjutnya memberi perintah pada para pengawal.
Lifya yang tak tahu apa yang terjadi, hanya bisa pasrah mengikuti perintah pengawal tadi.
Pengawal itu berbalik hendak kembali ke istana. Namun, langkahnya harus terhenti, saat seorang wanita bergaun hitam panjang, dengan sayap lebar tebal yang melekat di punggungnya, terbang mengambang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Lifya beserta pelayan dan pengawalnya menatap terkejut wanita itu.
Tanpa tunggu aba-aba, para pengawal yang mengawal Lifya langsung memasang formasi untuk melindungi sang putri.
Wanita bergaun hitam itu tersenyum lebar menatap Lifya, ia hendak terbang menghampiri Lifya. Namun, pengawal yang baru saja datang tadi menghalangi.
"Cepat bawa tuan putri pergi!" teriaknya memberi perintah.
Wanita itu tampak cekikikan. "Membawa pergi?" ujarnya membeo. "Kalian pikir, sehebat apa kalian, hingga bisa melarikan diri dariku?"
Wanita itu mengibaskan sebelah tangannya, angin kencang muncul tiba-tiba, entah dari mana. Beberapa pengawal tampak terjatuh, tak siap menerima angin kencang itu. Lifya dan pelayannya sudah terpelanting agak jauh.
"Putri segera lari!" Pengawal tadi kembali berteriak. Lifya mengangguk pelan, ia langsung berlari keluar dari taman. Beberapa pengawal tampak ikut mengawal langkah sang putri.
Pengawal yang tadi berbalik, hendak menyerang wanita bergaun hitam. Wanita itu tersenyum meremehkan. Cukup dengan mengibaskan sebelah tangannya, pengawal itu terdorong beberapa langkah ke belakang.
Namun, pengawal itu terus melawan sekuat tenaga. Meski tahu, jika ia tak akan menang melawan wanita bergaun hitam itu.
Saat hendak memasuki hutan yang memang berada di belakang taman, Lifya menoleh sejenak melihat pengawalnya yang tengah mati-matian melawan wanita bergaun hitam.
"Putri, ayo!" seru seorang pengawal menyadarkan Lifya. Lifya tersentak. "Maaf," ujarnya pelan, ia langsung berlari masuk kehutan.
Seakan teringat sesuatu, Lifya menghentikan langkahnya. "Ada apa, Putri?" Seorang pengawal bertanya.
Lifya menoleh menatap pengawal itu, "Kurasa, akan lebih baik jika aku sendiri yang melakukan perjalanan ini," tuturnya dengan wajah serius.
Para pengawal itu terbelalak. "Maaf Putri, tapi-" Pengawal itu terhenti berucap, saat melihat Lifya yang kini mulai di selimuti dedaunan, angin berhembus kencang di sekitar mereka.
Beberapa detik kemudian, para pengawal itu kembali terbelalak terkejut, saat melihat sang putri yang kini sudah berubah menjadi seorang gadis kecil, dengan sayap tipis di punggungnya.
"Akan lebih cepat jika aku terbang sendirian ke perkampungan itu, kalian hadanglah wanita tadi!" perintah Lifya.
Para pengawal yang masih terkejut akan apa yang terjadi pada Lifya, hanya bisa mengangguk pelan menjawab perintah sang putri.
Tak tunggu waktu lagi, Lifya langsung melesat cepat terbang dengan sayap tipisnya, menuju ke arah barat.
Flashback Off
***
Ellysha POV
"Tunggu dulu, apa yang terjadi di istana mu?" Louise langsung bertanya, sesaat setelah Lifya menyelesaikan ceritanya.
Lifya menggeleng pelan. "Entahlah, aku tidak tahu," ujarnya lesu.
Aku mengernyit. "Apakah wanita bergaun hitam yang mengejar mu itu adalah seorang peri?" Aku ikut bertanya.
Lifya menoleh, ia menatap ku. "Hanya peri yang memiliki sayap, jadi tentu saja wanita itu adalah seorang peri," jawab Lifya mantap.
"Apakah peri juga memiliki sihir angin?" Aku kembali bertanya.
Lifya terdiam, dia tampak berpikir. "Benar juga," gumamnya pelan.
"Peri hanya memiliki dua kemampuan, yaitu mengendalikan daun atau memiliki sayap untuk terbang. Satu lagi dapat berubah menjadi anak kecil, yang hanya bisa dilakukan oleh keluarga kerajaan," jelas Gaery menggantikan Lifya yang kini tengah memikirkan sesuatu.
"Lalu?" Masih dengan rasa penasaran, aku kembali melontarkan pertanyaan. Gaery menggeleng pelan. "Entahlah, aku tak pernah mendengar jika seorang peri dapat mengendalikan angin. Yang ku tahu, peri hanya memiliki elemen daun, mermaid elemen air, elf angin, dwarf tanah, sementara penyihir semua elemen."
"Tapi, setiap penyihir hanya bisa memiliki satu elemen, apapun itu, sangat jarang ada penyihir memiliki lebih dari satu elemen," jelas Iriana menambahkan penjelasan Gaery. "Selain itu, penyihir juga memiliki elemen langka, yaitu es."
Aku mengangguk pelan mendengar penjelasan Gaery dan Iriana.
"Lalu, kapan kita akan menemui tumpangan kita?" tanyaku saat ingat akan tujuan utama kami datang ke sini.
Lifya menatapku bingung. "Kalian tak akan istirahat dahulu?" tanyanya.
Aku menggeleng. "Kurasa tidak, kami sedang buru-buru," jawabku mantap.
Para makhluk itu menatap ku tak yakin. "Kau yakin tak ingin istirahat dahulu, El?" Iriana bertanya, mewakili para makhluk lain yang sepertinya juga ingin bertanya demikian.
"CK, kalian meremehkan ku?" Aku menatap kesal para makhluk itu. Iriana menggeleng cepat. "Bukan begitu, kami hanya-"
"Baiklah, mari kita berangkat sekarang," putus Luke yang mulai berdiri dari duduknya. Leo yang sedang tiduran dengan mata terpejam membuka matanya. "Oh ayolah, kita baru saja sampai, bagaimana kalau istirahat sebentar lagi?" tawarnya.
"Kau pikir, kau siapa?" Louise menatap tak suka Leo. Leo berdecak kesal, ia bangkit dari tidurnya. "Dasar Nenek Sihir Jelek," gumam Leo pelan.
Louise melotot. Ia hendak bersuara kembali. Namun, Luke sudah lebih dahulu memberi peringatan agar Louise diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPILIH (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Namanya Ellysha Seinna Rajasa, seorang gadis remaja yang amat menyukai dunia fantasi dan hal-hal berbau misteri. Sifatnya galak dan sombong hingga membuatnya tak disukai banyak orang. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke e...