24

9.2K 1.5K 16
                                    

Ellysha POV

Beberapa menit yang lalu kami tiba di luar hutan. Atensi kami sedikitpun tak lepas dari kedalam hutan kabut. Menanti dua teman kami yang kemungkinan masih terlibat pertarungan dengan hewan raksasa menyerupai beruang, hanya saja dengan bulu panjang yang gimbal.

Haly sudah berubah wujud menjadi Halsyie. Wajah gadis itu sangat ketara sekali tengah khawatir, sama halnya dengan Iriana dan Chaetna.

Louise dan Gaery, mereka hanya memasang wajah tegang, dengan perasaan yang aku yakini tak kalah khawatirnya dengan Halsyie, Iriana dan Chaetna.

Sementara aku, aku hanya bisa terduduk diam bersandar di batang pohon. Kejadian barusan benar-benar sukses membuat tubuhku kembali gemetar. Aku sekuat tenaga menahan diri agar mereka tak melihat tubuh gemetar ku.

Melihat hewan raksasa yang begitu menyeramkan, hampir mati diterkam tiga serigala besar, melihat tiga banteng raksasa yang melukai Leo, hampir mati oleh penyihir hitam, kurasa aku bisa hidup sampai sekarang hanyalah sebuah keberuntungan, hanya tinggal menunggu waktu sampai aku benar-benar mati oleh makhluk-makhluk menyeramkan di dunia ini.

Dengan sedikit kesadaran aku menggeleng kuat, menepis ingatan-ingatan itu, atau badanku benar-benar akan kembali gemetaran.

"El, kau baik-baik saja?" tanya Leo dengan wajah khawatirnya. Dia berjongkok mensejajarkan diri denganku yang tengah duduk. Aku mengangguk pelan, menjawabnya, masih dengan wajah menundukku.

Eh? Tunggu, Apa? Leo?!

Aku mendongak menatap terkejut laki-laki itu. "Hey, sejak kapan kau ada di sini?" tanyaku dengan ekspresi terkejut. Leo mendengus. "Siapa suruh kau melamun tidak jelas, sampai tidak sadar, jika kami sudah di sini," jawabnya kesal.

Aku mengerutkan dahiku, mendengar ujarannya. "Sudahlah, lupakan itu." Leo mengibaskan telapak tangannya. "kau baik-baik saja?" Leo mengulangi pertanyaannya.

"Hey, seharusnya itu pertanyaanku!" seruku protes. Leo tampak terkejut, ia menggaruk tengkuknya. "Ah itu, aku hanya...."

"Hanya apa?" Aku menatap penasaran Leo.

"Hanya...."

"Hanya khawatir melihat kekasih ku yang tiba-tiba gemetaran tidak jelas," ujar Louise cepat dengan nada menyindirnya, memotong ucapan Leo.

Leo menatap tajam Louise. "Tidak usah ikut campur, kau Nenek Sihir Jelek!" Leo berujar ketus.

Louise tertawa mengejek. "Apa aku salah?" Louise semakin menantang.

Leo mendengus ia beralih menatapku, tatapannya melembut. "Jangan takut, di sini sudah aman," ujarnya mencoba menenangkan ku. Aku terdiam, belum terbiasa dengan sifatnya yang begitu manis.

"Kau...."

Aku terdiam, ragu untuk melanjutkan kata-kataku. Leo menatapku, menunggu ku melanjutkan bicara.

"Oh iya!" Iriana berseru. Kami semua kompak menatap gadis mermaid itu. "Ada apa?" tanya Gaery.

"Bagaimana dengan batu keduanya?" Iriana berujar lirih.

"Astaga, benar juga!" Louise berseru panik.

"A-apa kita akan kembali ke hutan kabut?" Chaetna berujar takut-takut.

Luke tersenyum manis. "Tenang saja, Leo sudah mendapatkan batu keduanya."

Luke menatap Leo meminta persetujuan. Leo mengangguk pelan. "Ya, batunya sudah kudapatkan," ujar Leo datar.

Tiga gadis itu kompak menghembuskan napas lega.

"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Bukalah bukumu, El!" Iriana berseru semangat.

TERPILIH (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang