Cukup jauh kami terbang dengan lebah raksasa berwarna hijau, melewati lautan awan tebal yang menutupi langit biru.
Tak sekali dua kali aku menoleh kebelakang menatap Leo yang tengah fokus mengendalikan lebah hijau. Mencari-cari waktu yang tepat untuk menagih janjinya padaku.
"Bisakah kau diam, agar aku bisa fokus mengendalikan makhluk ini?" gerutu Leo seakan menyadari kegiatan ku yang beberapa kali menatapnya.
Aku berdecak, kesal karena Leo bertanya seakan ia lupa dengan janjinya. "Kapan kau akan mengajariku mengendalikan lebah ini?"
Leo menunduk sekilas menatapku. "Sebentar lagi, tunggu sampai kita sudah melewati awan gelap ini," jawabnya dengan mata yang kembali fokus ke depan.
Aku mendengus kesal. Sedari tadi aku sudah mulai bosan duduk di atas lebah. Tak ada yang bisa kulihat dari sini, hanya ada awan tebal dengan warna gelap, bahkan pemandangan bumipun tak dapat terlihat dari atas sini.
Aku kembali mendengus. Ternyata berjalan kaki berkilo-kilo meter jauh lebih baik daripada duduk diam, namun membosankan.
Tapi, hey lihatlah, beberapa meter di depan kami, langit biru yang bersih dari awan gelap nan tebal, mulai menampakkan diri. Senyumku mengembang melihat itu.
Aku mendongak menatap antusias Leo. "Hey lihat!" Aku menunjuk arah depan. Leo menunduk menatapku, ia menaikkan sebelah alisnya. "Maksudmu rombongan kelelawar merah?"
Aku mengernyit. Hey, apa maksudnya? Tentu saja yang ku maksud adalah langit bersih tanpa-
"Astaga!" Aku berseru terkejut, melihat gerombolan kelelawar berwarna merah dan dua taring tajam yang nampak saat seekor kelelawar membuka mulutnya.
"Mendarat!" seruan kencang Luke, yang mulai mengendalikan arah terbang lebahnya ke arah bawah, diikuti yang lain, termasuk Leo.
Seakan menyadari keberadaan kami, beberapa kelelawar itu terbang mengejar kami, hendak menyerang.
Kulihat, belasan ekor kelelawar mulai mengejar lebah hijau yang dinaiki Luke dan Halsyie. Sekitar delapan ekor mengejar Gaery dan Iriana.
Louise dan Chaetna, mereka hanya dikejar lima ekor. Mungkin karena Louise sangat lihai mengendalikan lebah hijaunya, sehingga membuat para kelelawar itu kesusahan mengejar lebah mereka.
Sementara aku dan Leo, kami yang paling banyak, ada sekitar dua puluh kelelawar yang mengejar kami, bahkan kami sempat diserbu dari berbagai arah oleh para kelelawar itu.
Ternyata duduk dengan Leo memang membawa kesialan.
Namun, semuanya lincah mengendalikan lebah hijau, menghindari para kelelawar yang terus mengejar kami. Sesekali para lebah yang kami tumpangi itu memberi perlawanan pada kelelawar yang sudah tak dapat dihindari.
Pegangan ku mengencang, merasakan laju lebah yang terus-menerus meningkat. Mataku tak bisa berhenti menatap awas kelelawar yang terus berusaha menyerang kami.
Gerombolan kelelawar itu sangat banyak, ratusan jumlahnya. Oh, atau mungkin ribuan. Yang jelas itu sangat banyak. Tapi untunglah tak semua kelelawar itu mengejar kami, jika semuanya mengejar sudah dipastikan kami akan dalam masalah besar.
"Leo di atas mu!" teriak kencang Iriana. Mataku spontan menengok ke atas. Aku terbelalak melihat beberapa kelelawar berwarna merah itu, yang sedang menukik hendak menyerang lebah yang kami tumpangi, dari atas.
Namun, dengan gesit, Leo mengendalikan arah terbang lebah hijau ke arah samping, membuat para kelelawar itu melesat ke arah bawah, menabrak pohon besar, hingga akhirnya limbung dan terjatuh.
Aku menghembuskan napas lega. Hampir saja.
Cukup lama terbang menghindari para kelelawar, akhirnya lebah hijauku dan Leo mendarat di atas tanah, begitupula dengan lebah lainnya yang ditumpangi oleh makhluk-makhluk itu.
"Astaga, kenapa kita harus bertemu dengan kelelawar-kelelawar itu?!" seru Iriana sedikit bergidik. Tentu saja bergidik, karena selain warna merah darahnya yang mengerikan, para kelelawar itu juga memiliki taring yang amat lancip. Akan sangat mengerikan jika taring itu tertancap di kulit kami.
"Lalu, kenapa pula para kelelawar itu terbang di daerah sini? Kurasa ini bukan wilayahnya," ujar Gaery dengan wajah seriusnya.
"Mereka sangat banyak," gumam Louise dengan wajah seriusnya. Luke mengangguk. "Terlalu banyak."
Aku mengernyitkan dahiku. "Tunggu dulu, bukankah kelelawar itu hewan nokturnal?" Aku menatap tanya para makhluk di depanku. Mereka menoleh ikut menatap ku.
Hey, memang benar, kan? Para kelelawar akan tidur di siang hari, dan beraktivitas di malam hari, untuk mencari makan. Begitulah menurut buku yang ku baca.
"Benar juga," gumam Luke pelan. "Sudahlah, itu tak penting, yang penting sekarang kita lanjutkan perjalanan, para kelelawar itu sudah tak terlihat lagi dari atas sana," ujar Leo yang kini sudah siap mengendalikan lebah hijau kami.
Luke mengangguk. "Ya kau benar, kita harus bergegas," ujarnya setuju akan usulan Leo.
Kami melanjutkan perjalanan, masih dengan menggunakan lebah hijau, dan dengan harapan tak bertemu hewan-hewan agresif seperti kelelawar tadi. Semoga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPILIH (Lengkap)
Fantasy(Petualangan - Fantasi) Namanya Ellysha Seinna Rajasa, seorang gadis remaja yang amat menyukai dunia fantasi dan hal-hal berbau misteri. Sifatnya galak dan sombong hingga membuatnya tak disukai banyak orang. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke e...