17

9.7K 1.5K 0
                                    

Kami sudah berkumpul di meja makan panjang dengan dua kursi di kedua ujungnya dan sepuluh kursi di kanan kirinya.

Meja makan di hadapan kami sudah di penuhi dengan berbagai macam jenis makanan yang tampaknya sangat lezat.

Tapi, jika diperhatikan, semua makanan di sini di buat dari olahan daging. Apa karena tuan rumah yang merupakan werewolf? Hm, sepertinya begitu.

"Ah ya, kita belum berkenalan secara resmi. Perkenalkan, namaku Aldrof Val Lovato, kalian bisa memanggil ku paman Aldrof," ujarnya ramah.

Ia menoleh, menatap laki-laki yang duduk di sebelah kanannya. "Ini anak pertama sekaligus putra pertama ku, namanya Travo Val Lovato."

Ia berbalik menatap laki-laki yang duduk di sebelah kirinya. "Ini putra kedua ku, namanya Jerry Val Lovato, lalu di sebelahnya Halsyie Val Lovato." Tatapannya beralih pada Halsyie yang duduk di sebelah Jerry. "Sebenernya aku masih memiliki dua putri lagi, tapi mereka sedang pergi. Ikut dengan ibunya yang berkunjung kerumah nenek mereka, atau mertua ku."

"Kalau boleh tahu, siapa nama kalian?" Paman Aldrof menatap kami satu-persatu.

"Nama saya Lucrettius Blackhart, Putra Mahkota Kerajaan Vampir." Luke yang pertama kali memperkenalkan diri.

"Saya Louise, sekretaris pribadi pangeran Luke." Louise ikut memperkenalkan diri.

Gaery berdehem sejenak. "Saya Gaeryno Cloenave, teman pangeran Luke, senang bertemu dengan anda."

"Sa-saya Chaetna Slowie, teman pangeran Luke, sa-salam kenal."

Lenggang sejenak, aku yang sedang menatap makanan enak di depanku mendongak. "Kalian tak ingin memperkenalkan diri?" Paman Aldrof menatap kami bergantian.

Aku menoleh menatap Leo. Hey, kenapa dia tidak memperkenalkan diri?

Rencananya kan aku ingin memperkenalkan diri terakhir saja. Karena aku bukan makhluk dari dunia ini, barang kali Paman Aldrof tak ingin aku memperkenalkan diri, jadi aku tak perlu repot-repot. Hahahaha.

Leo mendengus. "Leo," ujarnya malas.

Hey, perkenalan macam apa itu? Astaga, ternyata orang ini bahkan tak tahu sopan santun. Ini kan orang tua, setidaknya hormat lah sedikit. Dasar!

"Dan kau, Nak?" Paman Aldrof mengalihkan pandangannya padaku. "Saya Ellysha," tuturku pelan.

Hey, itu sudah sopan, setidaknya ada embel-embel 'saya' yang menerangkan jika aku sedang memperkenalkan diri.

"Baiklah, kalau begitu, silahkan dinikmati hidangannya." Paman Aldrof mempersilahkan kami makan.

Tak tunggu waktu lama, aku sudah memborong banyak makanan di piring ku. Masa bodo dengan tatapan taerkejut para makhluk itu.

Yang jelas aku sangat lapar, dan aku sudah sangat merindukan masakan enak. Mengingat beberapa hari ini kami hanya makan seadanya.

"Aku tak tahu jika porsi makan mu sebanyak itu." Aku menoleh menatap Louise yang berujar menyindirku.

Paman Aldrof tertawa. "Bagus-bagus, anak muda memang perlu energi tambahan, jangan sungkan-sungkan ambil sepuasnya." Dia menatapku senang.

Aku menyeringai, melihat bagaimana baiknya tuan rumah, akan sangat di sayangkan jika di sia-siakan, dengan semangat, aku menambah makanan di piring ku.

"Wah kau ini gadis yang sangat langka, biasanya para gadis seusiamu akan menjaga citranya agar terlihat baik. Tapi kau, bahkan tampak tak perduli sedikit pun." Jerry menatap ku takjub.

Aku menoleh menatap tak suka anak itu. Hey, memangnya itu hal yang penting. "Lalu kenapa?" tanyaku dengan wajah yang amat ketara tak suka.

"Hey, aku kan memujimu," ujarnya tak terima. Aku mendengus, kemudian melanjutkan makan ku kembali.

Kudengar gelak tawa lebih dari beberapa makhluk mulai memenuhi suasana makan malam kami.

CK, padahal itu tidak lucu sama sekali.

***

Kami sudah selesai makan malam, dan kini tengah masuk sesi perbincangan serius di sebuah ruang.

Aku tak ikut bicara, karena aku tak tertarik untuk membicarakan masalah kekacauan di dunia ini, topik yang tengah mereka bicarakan.

Aku lebih memilih memakan cemilan enak yang disediakan para pelayan paman Aldrof, seraya menikmati pemandangan langit malam yang dihias indah oleh bintang dan bulan.

Ya, walaupun tak bisa dipungkiri, jika Indra pendengaranku terus menerima suara-suara mereka, hingga mau tak mau aku jadi ikut mendengarkan pembicaraan mereka.

"Sudah berapa lama dunia ini menjadi kacau?" Paman Aldrof yang pertama membuka suara. Pertanyaannya sangat ketara sekali, menunjukkan jika dirinya telah lama mengasingkan diri.

"Tidak lama setelah tahta anda direbut." Iriana menunduk.

Luke mengerutkan dahinya. "Memangnya kapan Paman Aldrof menjadi raja?"

Semua orang menatap tak percaya pada Luke. Mungkin karena dia seorang Putra Mahkota, jadi mustahil jika laki-laki itu tak tahu.

"Hey, dari lahir pangeran Luke memang sudah diisolasi dari dunia luar, tidak diperbolehkan untuk menerima berita apapun dari luar selain akademi, agar pangeran bisa fokus pada pendidikannya, jadi berhentilah menatap pangeran Luke seperti itu!" Louise berseru tak terima.

"Baiklah, aku mengerti." Paman Aldrof mengangguk-angguk pelan. "Aku akan menceritakan semuanya kepada kalian, termasuk masalah perebutan tahta."

TERPILIH (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang