45

10.4K 1.5K 12
                                    

Pertarungan sengit terjadi antara Leo dan Argof. Kedua makhluk itu terus mengayunkan pedang dengan begitu lihai. Namun, Argof tampak lebih mendominasi pertarungan itu. Karena yang kulihat, Leo hanya menangkis semua serangan yang Argof berikan.

Sementara itu ....

"Hahaha ... oh ayolah astram bodoh, bagaimana mungkin kau tak bisa menangkapku?" Vidney, makhluk berjenis kelamin perempuan yang kewarasan otaknya perlu diragukan, kini tampak begitu menikmati semua serangan-serangan yang di berikan astram padanya.

Aku tak tahu kenapa dia bisa sesenang itu. Padahal, astram itu makhluk yang sangat menyeramkan. SANGAT MENYERAMKAN.

Biar ku deskripsikan ulang. Makhluk itu tak memiliki badan utuh, melainkan hanya segumpal asap yang bentuknya tak beraturan. Dengan di bagian ... wajah? Ah entahlah, yang jelas di bagian itu terdapat dua pasang mata merah yang melotot, mulutnya menganga menampilkan gigi tajam yang bisa dengan mudahnya menyobek kulit. Makhluk itu juga memakai jubah berwarna hitam, yang menutupi tubuh asapnya.

Tapi, percayalah, itu akan lebih menyeramkan jika kalian melihatnya langsung.

Aku sendiri masih merasa ngeri terhadap makhluk itu. Yah, walaupun aku tahu, jika astram bernama Goretam itu berada di pihak ku. Tentu saja, itu karena makhluk itu sangat menyeramkan.

Tak berapa lama kemudian, Goretam akhirnya berhasil melukai Vidney, dan lebih beruntungnya lagi, batu merah yang berada di genggaman Vidney terjatuh tepat di depan kakiku.

Tentu saja aku langsung mengambil batu itu, tak memberikan kesempatan untuk Vidney yang hendak merebutnya kembali.

Vidney yang semula biasa-biasa saja dan sesekali tertawa, kini mulai menampakkan wajah menyeramkannya.

Aku refleks memundurkan kakiku, merasa terintimidasi dengan wajah menyeramkan itu yang matanya kini tengah menatapku dengan nafsu membunuh yang kuat.

Aku menelan ludahku kasar. Badanku sedikit bergetar. Napasku mulai tak beraturan.

"SATUKAN KETUJUH BATU ITU, ELLYSHA!" teriak Leo membuatku tersentak.

Aku semakin tersentak saat Vidney sudah melesat cepat ke arahku. Hanya butuh waktu sepersekian detik, untuk wajah menyeringai Vidney dapat berada di depan wajahku.

Untuk sesaat, aku merasakan jika napasku berhenti.

Seringaian itu semakin lebar, ketika tangan kanan Vidney mulai mengayunkan pisau kecilnya ke arahku.

"Terimalah kematianmu, manusia-"

Cting!

Entah sudah berapa lama aku menahan napas. Akhirnya aku bisa bernapas lagi saat Luke berhasil menangkis pisau Vidney.

Ya, Luke!

Vampir laki-laki itu tak datang sendirian, melainkan dengan teman-temannya dan ...

para pengikut sang ratu.

Astaga! Ini gila!!

Entah ada berapa makhluk yang kini tengah mengelilingi kami, seratus? Seribu? Atau ... sepuluh ribu? Entahlah, yang jelas makhluk itu sangat banyak!

Dan sialnya, makhluk itu tengah mengepung kami dari segala arah ....

"Ellysha, tunggu apa lagi?! Satukan ketujuh batu itu!!" Louise berteriak kencang, membangunkan ku dari lamunan yang memikirkan betapa sialnya kami saat ini.

Aku mengangguk menanggapi perintah Louise. Dengan posisi yang berada di tengah-tengah, aku mulai meletakkan buku sahargaratta, kemudian menaruh ketujuh batu cahaya di atasnya.

TERPILIH (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang