40

8.3K 1.3K 8
                                    

Satu minggu telah berlalu, dan beruntunglah kami dapat menemukan keenam batu cahaya, meskipun mendapat sedikit hambatan selama di perjalanan.

Kini, tinggal batu terkahir, batu merah, batu yang akan menjadi penutup dari kisah petualangan ku selama di dunia ini.

Dunia Arsga, dunia yang dihuni oleh makhluk mitos yang sebelumnya hanya dapat ku jumpai di televisi, komik, ataupun novel.

Meskipun aku sangat ingin kembali ke duniaku, jika boleh, aku ingin kembali berpetualang dengan mereka suatu hari nanti.

Yah semoga saja.

"El, bacalah," ujar Iriana pelan. Aku mengangguk, dan mulai membuka buku itu, buku sahargaratta, buku misterius yang tiba-tiba muncul di kamar ku saat ulang tahun ku yang ke enam belas, buku yang dapat mengeluarkan cahaya saat pertama kali ku buka, dan buku yang membawaku pada semua petualangan ini.

Tempat awal dari segala-galanya.

Aku mengerutkan keningku. Aneh. Tak biasanya petunjuknya hanya menggunakan satu kalimat begini.

"Lalu?" tanya Gaery penasaran.

Aku menggeleng. "Tak ada lagi."

"Hanya itu?" Louise menatapku dengan sebelah alis terangkat. Aku mengangguk.

"Hey, bagaimana caranya kita mengetahui tempat itu, jika petunjuknya hanya-"

"Istana Vampir."

Sontak, semua menatap bergantian Luke dan Leo yang berujar kompak. Pun dua vampir itu yang kompak saling menatap satu sama lain.

"Kita ke istana vampir, sekarang!" ujar Luke mantap.

"Tepatnya Menara Tinggi Kerajaan Vampir."

Luke mengerutkan dahinya mendengar kalimat Leo. Namun, tak ingin banyak protes Luke hanya mengangguk mengiyakan.

Sementara aku? Aku hanya bisa menatap bingung para makhluk itu. Hey, aku tidak tahu apa-apa tentang dunia ini, jadi yah mana kutahu apa yang mereka maksud.

"Kenapa kalian menduga jika itu Menara Tinggi Kerajaan Vampir?" tanya Louise penuh selidik, mewakili rasa penasaranku, dan mungkin para makhluk lainnya yang juga penasaran.

"Karena di sanalah semuanya dimulai," jawab Luke singkat.

"Apanya yang dimulai?" Aku ikut bertanya.

"Itu cerita yang panjang, El, maaf aku tak bisa menceritakannya sekarang." Luke menatapku dengan wajah tak enaknya.

"Kita harus bergegas Luke." Leo mengingatkan. Luke mengangguk. "Kita berangkat sekarang!" titah Luke yang mulai melangkahkan kakinya menuju arah barat.

***

Tak lama kami berjalan, akhirnya pemandangan pemukiman yang sepertinya sebuah kota, dengan sebuah bangunan tinggi menyerupai istana atau memang sebuah istana, yang bearda tepat di tengah pemukiman, dapat ditangkap oleh indera penglihatanku.

Aku menatap kagum tempat itu, lebih tepatnya bangunan mirip istana yang menjulang tinggi dengan banyak kerucut di atasnya, bangunan yang paling menonjol diantara bangunan di sana.

Cukup berjalan lurus sekitar 500 m, dan kami akan melihat apa saja yang ada di dalam pemukiman sana, yang tak dapat kami lihat dari sini.

"Apa rencanamu, Luke?" tanya Leo, membuat tatapan kagum ku memudar.

Benar juga, bukankah dunia Arsga sedang dilanda kekacauan, dan selama disini aku tak pernah melihat langsung kekacauan yang mereka maksud, karena selama ini, kami hanya bepergian ke hutan dan perkampungan. Itu artinya, kekacauan yang mereka maksud sudah pasti ada di kota, bukan?

TERPILIH (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang