20

9.6K 1.5K 35
                                    

Pagi harinya, kami bergegas masuk ke dalam hutan kabut, masih dengan formasi lama. Yaitu, Luke memimpin di depan bersama Louise, lalu dibelakangnya ada Gaery, anak itu tidak sendiri lagi, karena kini sudah ada Halsyie.

Ya, Iriana memang menyarankan agar Halsyie berjauhan dengan Leo. Halsyie awalnya enggan. Tapi, karena Louise ikut turun tangan, akhirnya Halsyie pun mau tak mau menurut.

Di belakangnya ada Iriana dan Chaetna. Kemudian di barisan paling belakang, aku dan Leo. Luke bilang ini formasi paling baik yang mereka punya.

CK, baik apanya?! Justru aku yang menderita, karena Leo mulai mencari gara-gara lagi denganku.

Ini sudah berjam-jam kami berjalan menelusuri hutan kabut, untuk mencari 'tumbuhan aneh' yang di maksud oleh buku Sahargaratta. Namun, hingga sekarang kami masih belum menemukan 'tumbuhan aneh' itu. Kakiku rasanya sudah mati rasa, saking pegalnya. Aku berhenti sejenak, membungkuk untuk menghirup banyak udara

"Kau lelah?" Leo ikut menghentikan langkahnya, ia ikut membungkuk untuk melihat wajah lelahku.

Aku mengangguk pelan. Setidaknya aku ada teman jika ingin istirahat kan?

Karena, meskipun menyebalkan, Leo itu sangat baik padaku, dia pasti akan menemani ku jika aku ingin istirahat. Dan lagi, aku sangat yakin, jika Luke tak akan membantah apa yang ingin dilakukan oleh ksatria pelindungnya itu.

"Baiklah, kalau begitu kita istirahat sebentar." Leo mengajakku duduk di salah satu batang pohon yang tumbang.

Benar, kan?

"Luke, kami ingin istirahat sebentar. Silahkan, jika kalian ingin melanjutkan perjalanan." Leo berujar acuh. 

Louise yang berjalan di depan menoleh. Ia melotot melihat Leo. "Hey, apa-apaan bicaramu itu?!" Louise berseru tak terima akan ucapan tak sopan Leo, yang berbicara pada seorang Putra Mahkota kerajaan vampir.

Leo tak peduli, dia bersikap seperti tak mendengar apapun.

Luke menghela napas pelan. "Baiklah, kalau begitu mari kita istirahat sebentar," putus Luke.

Lihat? Sudah kubilang, kan, Luke tak akan membantah apa yang ingin di lakukan oleh Leo.

Awalnya akupun heran akan hal itu. Tapi, jika dipikir-pikir, itu tidaklah penting.

Kami akhirnya istirahat di batang pohon tumbang itu. Sesekali berdiskusi tentang keberadaan pohon aneh yang dimaksud buku Sahargaratta.

Aku yang tengah kehausan mengambil botol minum ku. Hendak meminumnya. Namun sial, botol minum ku sudah habis lebih dulu. Aku mendengus kesal.

"Ada yang punya minum?" Suara Leo memecah diskusi para makhluk itu.

Aku ikut menoleh. Ternyata bukan hanya aku yang kekurangan minum. Eh? Benar juga, Leo bahkan tak membawa persediaan air. Dia pasti sangat haus.

Halsyie yang tengah berbicara dengan Iriana langsung mengangkat botol minumnya. "Aku masih punya, kau mau?" Halsyie berujar dengan senyum manisnya.

Leo mendengus. Namun, tetap mengambil boto itu. Halsyie tampak sangat bahagia melihatnya.

Sepertinya gadis werewolf itu sangat menyukai Leo. Kasihan sekali, karena hatinya harus berlabuh pada makhluk seperti Leo.

"Minumlah." Leo menyerahkan botol minum itu padaku.

Aku menatap terkejut Leo. Hey, apa maksudnya? Apa dia tak ingin meminum air itu, karena itu milik Halsyie? Atau....

Dari awal dia memang mencarikannya untukku?

TERPILIH (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang