Satu semester berlalu sejak aku resmi bersekolah di SMA Pistrock, dan aku mulai bisa merasakan bagaimana kehidupan di Area 91, tetangga kami yang lebih mewah dan bersih. Kamu tidak akan menemukan tikus got berkeliaran maupun tumpukan sampah yang terlalu lama diabaikan di pinggir jalan. Selain itu, hidup di Area 91 terasa jauh lebih menenangkan karena tidak adanya jam malam di sini. Tidak akan ada serigala gunung yang datang dan meneror warga di Area 91, dan itu memberikan perbedaan yang signifikan. Semua orang bebas pergi ke mana pun mereka mau tanpa perlu merasa takut kehilangan nyawanya. Ya, kehidupan di sini terasa sangat ideal, nyaris seperti mimpi. Aku tidak akan bohong, hal itu membuatku mual.
Sejujurnya, aku belum pernah merasakan secara langsung kehidupan malam di Area 91. Aku harus selalu pulang cepat. Kalau aku tidak pulang cepat, aku akan tiba di Area 93 pada malam hari, dan kalian tahu itu hal yang buruk. Aku hanya mendengar cerita-cerita tentang pesta dari Amein yang sudah tinggal di sini sejak orang tuanya memutuskan pindah dari Slare. Sebenarnya, kedua orang tua Amein tidak ingin pindah ke Area 91, tapi karena Ayahnya dipindah tugaskan ke Area Sembilan, mereka tidak punya pilihan lain. Heh, mereka bicara seolah-olah kami punya pilihan. Kalian masih hidup enak, sedangkan kami di sini harus menenun hidup dengan rasa takut mengintai dari tiap sisi.
Tapi, meskipun Amein dan keluarganya pindah ke Area 91, ia justru memilih tinggal terpisah di asrama sekolah. Asrama sekolah adalah sebuah fasilitas mewah yang hanya diperuntukkan bagi warga Slare. Mereka tidak pernah secara gamblang mengatakan itu, tapi semua terlalu jelas buatku. Pertama, harganya yang selangit. Tidak ada orang dari Area yang berakhiran bukan satu yang bisa membayar biaya sewa. Memang biaya sekolah sering kali disubsidi oleh pemerintah, dan jika keluargamu ada yang bekerja di pemerintahan maka kamu bisa mendapatkan tempat di sekolah bergengsi. Tapi semua hanya sampai situ saja, tidak ada bantuan lain yang akan diberikan oleh pemerintah. Kedua, hanya orang yang berasal dari luar Area 91 yang boleh menyewa tempat itu. Hal tersebut membuat asrama menjadi eksklusif dihuni oleh warga Slare. Sungguh menyebalkan, bukan? Hal itu menunjukkan bahwa apa pun yang terjadi, pada akhirnya derajat kami semua masih di bawah orang-orang Slare.
Pernah beberapa kali Amein mengajakku menginap di kamar asramanya. Sebenarnya hal itu tidak diperbolehkan, tapi kita sedang membicarakan Slare di sini. Mereka sangat pilih kasih, jadi kurasa kalau kami ketahuan, satu-satunya yang akan dijatuhi hukuman adalah aku. Amein pasti dengan mudahnya dapat menghindari petaka itu, tapi aku tidak akan seberuntung dia. Jadi, sambil berusaha untuk tidak membuatnya merasa bersalah, aku selalu menolak tawarannya. Aku bilang kalau aku tidak nyaman tidur di ruangan yang sama dengan cowok. Aku bersyukur dia memahami alasanku. Aku tidak bohong, meskipun itu bukan alasan utamaku.
Setiap pulang sekolah aku selalu menyempatkan diri untuk mampir ke toko roti terbaik di Area 93 dan merupakan favorit keluargaku, Toko Roti Bready. Keluarga kami sudah menjadi pelanggan tetap Toko Roti Bready selama bertahun-tahun. Pemilik toko roti adalah sahabat baik Ayahku, seorang pria tua berkulit gelap dengan tubuh gempal berotot bernama Tom. Dia selalu baik pada keluarga kami, dan tidak jarang ia memberiku roti gratis setiap aku mampir ke tokonya. Dia bilang itu untuk dimakan saat perjalanan pulang ke rumah. Sepotong roti gepeng dengan isian kismis, sebuah roti khas Aliqua. Setiap kali Tom memberiku roti kismis itu, ia selalu mengatakan hal yang sama.
"Roti ini akan jadi pengingat kalau apa pun yang terjadi, darah kita masih Aliqua, dan enggak akan ada yang bisa mengubah hal itu."
Sewaktu Ayahku masih hidup, kami bertiga selalu mengunjungi Toko Roti Bready bersama-sama. Kedatangan kami selalu disambut dengan roti hangat yang baru keluar dari oven, menebar aroma yang tiada duanya. Biasanya aku dan kakakku akan membantu Tom di toko. Sebastien akan membantu Tom membuat adonan, memasukkannya ke oven, dan terkadang sampai bersih-bersih toko. Sedangkan tugasku adalah menata posisi roti agar enak dipandang calon pembeli. Ayahku biasanya hanya duduk saja menikmati potongan roti ditemani secangkir kopi. Oh, betapa aku merindukan masa-masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Bintang Hitam: AREA 93
Fantasy[PG-13] Hidup di bawah jajahan satu kota yang mendapatkan kekuatan besar dari meteorit mungkin sudah bisa dianggap sebagai kehidupan yang tidak normal bagi Remilia Jarrett. Tapi, suara misterius yang memancing rasa penasarannya mampu membuktikan bah...