16. Retakan Dimensi dan Percabangan Takdir

32 11 1
                                    

Nolan? Apakah itu kau? Bagaimana kamu melakukannya? D-di mana kamu sekarang? Apakah kamu baik-baik saja?

Remilia, tenangkan dirimu. Waktuku tidak banyak. Dengarkan aku baik-baik. Ini penting.

Aku segera duduk di samping kasur, lalu memejamkan mata, berusaha memperkuat indra pendengaranku dengan menonaktifkan indra lainnya.

Saat aku sedang berada di jembatan dimensi untuk berkomunikasi dengan orang dari dimensiku, aku diserang oleh Sige dan tangan kanannya, Albath. Mereka mencuri belati dimensiku dan membuatku terjebak di jembatan dimensi. Aku masih bisa berkomunikasi denganmu menggunakan sihir, tapi energiku tak banyak.

B-belati dimensi? Kau mau aku merebut itu dari mereka dan mengeluarkanmu dari jembatan dimensi?

Tidak.

Tidak? Apa maksudmu tidak?

Dengan kemampuanmu yang sekarang, mustahil bagimu mengalahkan Sige. Kamu mungkin bisa mengalahkan Albath, tapi Sige adalah Master Elemen sama sepertiku. Mengalahkannya mustahil untuk saat ini.

Jadi, apa yang kamu mau aku lakukan? Diam saja di sini dan membiarkannya menang?

Tidak. Ada cara lain untuk menyelesaikan semua ini. Di setiap dimensi yang ada, selalu ada yang dinamakan retakan dimensi. Retakan itu akan membawamu ke jembatan dimensi, sebuah taman tak berujung, Noar. Di situlah aku berada. Tugasmu adalah mencari retakan itu, masuk ke dalamnya, dan temukan aku.

Ah, kedengarannya tidak begitu sulit, kecuali bagian taman tak berujung itu. Bagaimana caraku menemukanmu?

Bagian itu biar kita pikirkan saat kamu masuk ke dalam retakan. Saat ini ada masalah lain.

Masalah lain?

Retakan dimensi adalah tiket sekali jalan. Sekali kamu melewatinya, retakan itu akan menutup untuk selamanya. Sekali kamu melewati retakan dimensi, kamu tidak akan bisa kembali ke Area 93, ke rumahmu.

Aku bungkam. Bagaimana ini? Aku tidak bisa meninggalkan Pemberontak Bintang Hitam untuk berjuang sendiri, aku sudah berjanji akan membantu. Tapi, aku juga tidak bisa meninggalkan Nolan begitu saja. Oh tidak, aku harus bagaimana?

Remilia. Tenangkan dirimu. Aku baik-baik saja.

Nada suara Nolan berubah lembut, dan itu membantu napasku yang tadinya berburu kembali tenang. Beban di kepalaku sedikit-sedikit mulai terangkat, lalu aku menghela napas sebelum bisa mengatakan pada Nolan kalau aku sudah lebih tenang.

Bagus. Waktu di dimensimu berbeda dengan waktu di Noar. Selain itu, aku adalah Master Elemen, terjebak di Taman Noar tidak ada apa-apanya buatku. Selesaikanlah urusanmu, lalu datanglah saat kamu sudah siap.

Saat aku sudah siap? Bagaimana kalau aku tidak pernah siap?

Remilia, cucu dari Gadya Sang Pemanggil Cahaya, percayalah pada dirimu. Kamu akan siap pada waktunya, karena takdirmu di Vahan sudah menanti. Sampai bertemu lagi, Remilia.

Suasana hening. Aku sudah tidak terhubung lagi dengannya. Tubuhku lemas, memikirkan takdir yang dimaksud oleh Nolan. Apa maksudnya? Apa maksud semua ini? Kepalaku sakit, tapi aku harus memberitahu Amein tentang apa yang terjadi, agar dia tidak terus-menerus menunggu. Aku mengambil pisau di dekat kasur untuk berjaga-jaga, lalu turun menemui Amein. Suara langkah kakiku sepertinya cukup keras, karena sesampainya di bawah, Amein sudah menatapku.

"Tidak bisa tidur?"

"Begitulah," jawabku seadanya. "Ngomong-ngomong, ada yang harus aku bicarakan denganmu. Tapi sebelumnya, aku harus ke kamar mandi dulu."

Legenda Bintang Hitam: AREA 93Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang