Sama seperti malam-malam lainnya di Area 93, udara dingin terasa sangat menusuk meskipun aku sudah memakai jaket tebal milik Sebastien. Diam-diam aku mengutuk diri sendiri yang tidak memikirkan kembali rencanaku dan malah bertindak gegabah. Tapi, sekarang jelas sudah terlambat. Aku sudah berada di bagian belakang Toko Roti Bready.
Sendirian.
Ya, tidak ada kata lain yang lebih baik dalam menjelaskan situasiku saat ini. Aku pasti sudah gila. Maksudku, apa yang aku lakukan di sini, sih!? Aku paham kalau aku memang sangat terganggu dengan semua yang terjadi belakangan ini, tapi itu tidak bisa membenarkan apa yang aku lakukan sekarang. Aku kan bisa melakukan pengintaian di siang hari, saat tidak ada serigala gunung di sepanjang jalan. Ah, tidak, aku tidak bisa. Aku tidak akan menemukan apa-apa di siang hari. Aku harus melakukannya di malam hari saat semua orang—termasuk Tom, tengah terlelap. Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa perempuan yang berteriak itu.
Aku menyusuri bagian belakang rumah, kemudian dengan hati-hati memanjat tempat sampah besar yang ada di dekat pintu hingga ke atap. Aku sudah hafal setiap bagian toko roti secara mendetail, jadi tidak sulit untuk mengetahui di mana kira-kira bagian toko dan di mana kamar tidur Tom. Selain itu, sebagian atap toko yang menggunakan atap transparan memudahkanku untuk mengintip bagian dalam toko. Toko roti benar-benar gelap, dan hanya mendapat sedikit penerangan dari cahaya bulan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Tom di bagian toko. Syukurlah. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan alasanku di sini padanya kalau aku sampai ketahuan.
Aku tidak tahu kenapa, tapi keadaan toko yang gelap dan sepi membuatku merinding. Ada perasaan mencekam yang membuatku sulit bernapas. Rasanya seperti dicekik oleh sesuatu yang tak terlihat. Aku menarik kerah bajuku, berharap bisa membantu melancarkan pernapasanku. Ini benar-benar membuatku tidak nyaman.
Aku terkejut bukan main saat sepasang siluet muncul dari dalam toko, dan buru-buru aku bersembunyi ke bagian atap yang tertutup. Pelan-pelan aku mengintip ke dalam toko, mencari tahu siapa pemilik siluet itu. Aku memperhatikan siluet itu dengan lebih seksama, sampai akhirnya salah seorang dari mereka menyalakan lampu. Sekarang aku tahu kalau salah satunya adalah Tom, tapi aku tidak tahu orang yang satunya karena dia mengenakan topeng hitam berbentuk aneh.
Meskipun tidak bisa melihat wujudnya, aku bisa merasakan aura menakutkan yang terpancar dari orang itu. Aku yakin kalau rasa takut yang sedari tadi kurasakan berasal darinya. Tak perlu waktu lama untuk mengetahui betapa mengerikannya orang itu. Aku melirik Tom, bertanya-tanya dari mana dia mengenal orang itu.
Aku kesulitan mendengar pembicaraan mereka karena kaca yang meredam suara mereka. Aku teringat pada pisau lipat yang aku bawa untuk menjaga diri dari serigala gunung. Buru-buru aku keluarkan pisau lipat tersebut dari dalam tas dan menggunakannya untuk mencungkil salah satu genting transparan. Semoga saja apa yang aku lakukan tidak memancing perhatian mereka, karena kalau sampai aku ketahuan, kalian bisa mengucapkan selamat tinggal pada Remilia Jarrett yang malang. Aku mengangkat genting dengan hati-hati dan meletakannya di sebelahku. Sekarang percakapan mereka bisa terdengar sedikit lebih jelas.
"Kamu enggak bisa melakukan sesuatu seenaknya begitu!" Tom terlihat geram pada orang bertopeng. Kata-kataku ini akan terdengar aneh, tapi aku tidak mengerti kenapa Tom bisa seberani itu padanya. Dia mengerikan.
"Sabar, tenangkan dirimu. Ini hanya masalah kecil, jangan malah dibesar-besarkan." Orang bertopeng itu mendekati Tom, dan barulah percikan rasa takut terlihat di wajahnya. Dari suara seraknya dari balik topeng, orang itu laki-laki. "Ayo kita buat kesepakatan. Kita berdua sepakat untuk enggak pernah membicarakan ini lagi. Semua ini enggak pernah terjadi. Bagaimana?"
"T-tapi gadis itu sudah pasti curiga. Aku tahu orang seperti apa dia, dan tidak mungkin dia melupakan insiden tersebut begitu saja." Tom menarik napas, seolah sedang berusaha menghadapi monster menakutkan di hadapannya. "Kalau kamu memang enggak mau 'dia' tahu, kita harus membersihkan kekacauan ini sampai ke akarnya. Akan jadi hal yang menyebalkan, bukan, kalau sampai 'dia' mendengar soal ini dari gadis itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Bintang Hitam: AREA 93
Fantasy[PG-13] Hidup di bawah jajahan satu kota yang mendapatkan kekuatan besar dari meteorit mungkin sudah bisa dianggap sebagai kehidupan yang tidak normal bagi Remilia Jarrett. Tapi, suara misterius yang memancing rasa penasarannya mampu membuktikan bah...