Pertemuan kami memakan waktu berjam-jam, dan sebagian besar dihabiskan dengan perdebatan soal rencana yang diajukan Tira. Mox dan Sebastien yang berlatar belakang militer banyak memprotes rencana Tira. Banyak istilah militer yang aku tidak begitu paham, dan kenyataan bahwa saat ini aku hanya bisa benar-benar mendengar dengan satu telinga membuatku semakin kesulitan mencerna informasi. Aku masih bisa mendengar sedikit dengan telinga kiriku, tapi membutuhkan usaha lebih dan masih perlu adaptasi. Akhirnya aku berbisik pada Amein untuk membantu menjelaskan jika ada kata yang terlewat olehku.
"Rencana ini sederhana, dan jika berhasil, ke depannya akan jauh lebih mudah," ujar Tira berusaha meyakinkan Mox dan Sebastien, yang sama-sama kesulitan menerima rencana Tira. Tidak banyak orang lain yang menyumbangkan pendapat di rapat ini, jadi bisa dibilang ini semua adalah perdebatan tiga orang, antara Tira melawan Mox dan Sebastien. Tira sempat panas saat mereka menyebut rencana Tira sebagai sesuatu yang gegabah, penuh risiko, dan hampir sia-sia. "Rencana kalian terlalu kompleks, dan hanya akan membuat bingung penonton di sini. Pukul sekian harus di sana, pukul sekian regu B harus sudah mengecek perimeter di gedung B, dan bla bla bla. Terlalu rumit, dan hasilnya masih belum jelas."
"Rencanamu terlalu berisiko, Tira." Sebastien bicara dengan nada yang meninggi, bentuk perlawanan dan tanda bahwa Tira tidak membuatnya takut. "Kamu tidak bisa dengan santainya menyuruh mereka menaruh bom seperti mainan, atau membuat mereka menenteng senjata api seperti itu hanya benda-benda biasa. Lalu yang paling penting, tidak semua orang di sini memiliki mental yang kuat untuk menarik pelatuk. Mereka tidak dibentuk seperti kita, Tira, mereka orang-orang biasa. Mereka tidak memilih hidup ini!"
"Kamu pikir ini adalah hidup yang kami pilih? Menjadi tentara sewaan yang dituntut untuk membunuh siapa pun yang klien inginkan, itukah hidup yang kami cita-citakan?" Tira menarik kerah Sebastien dan mendorongnya ke dinding. Mox berusaha melerai, tapi tangan kanan Tira langsung mengayunkan kapak ke wajah Mox, menghentikannya seketika. "Saat kecil, kami ingin menjadi penari. Ya, kamu tidak salah dengar, kami ingin menjadi penari. Tapi apakah hidup cukup baik untuk memberikan kami kelonggaran dalam usaha meraih cita-cita itu? Tidak, sayang, dunia tidak bekerja seperti itu. Dunia ini busuk dengan semua kekejaman dan kegelapan yang menyelimutinya. Suka atau tidak, orang-orang Slare sudah mengatur bagaimana kita semua menjalani hidup. Area Sembilan, Area yang berfokus pada edukasi, kita semua hanya bisa menjadi guru. Tapi cita-cita? Kita tidak pernah punya kemewahan itu."
Sebastien tidak bisa membalas kata-katanya. Apa yang keluar dari mulut Tira adalah kebenaran, yang sayangnya sempat ia lupakan. Semua orang di sini hidup dalam keterpaksaan, karena mereka sudah mengatur bagaimana kita akan hidup. Mereka yang kehidupan ekonominya baik mungkin bisa mendapat tempat di Slare, atau setidaknya bisa memiliki pekerjaan lain selain guru, berdagang, atau mengabdi dalam militer. Tapi untuk orang-orang bawah seperti kami, semua masih terasa mustahil.
Patut diakui, kebenaran memang menyakitkan. Dalam kasus ini, Rose dan Rome yang paling terkena dampaknya. Mereka yang sejak kecil mendapat perlakuan istimewa karena orang tuanya yang merupakan pejabat Area, kini merasa malu karena apa yang bisa mereka dapatkan merupakan keuntungan yang merugikan orang di sekitarnya. Secara tidak langsung, mereka bahagia di atas penderitaan orang lain, dan itu membuat mereka merasa sangat bersalah.
Masih dengan kapak terarah ke wajahnya, Mox perlahan-lahan memandang orang-orang lain di ruangan. Keadaan tegang, semua orang bingung harus berbuat apa. Mox sempat melirik Rose dan Rome yang diam menunduk, berusaha menahan air mata yang semakin sulit ditahan. Akhirnya Mox menghela napas, lalu menatap Tira. "Baiklah, kita buat rencana lain. Rencana yang lebih sederhana, tapi juga tidak terlalu berisiko. Setelah itu, kita harus melatih mereka tentang semua yang perlu mereka tahu. Ingat, kita semua berada di sini karena tujuan yang sama. Jangan sampai terjadi perpecahan bahkan sebelum semua dimulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Bintang Hitam: AREA 93
Fantasy[PG-13] Hidup di bawah jajahan satu kota yang mendapatkan kekuatan besar dari meteorit mungkin sudah bisa dianggap sebagai kehidupan yang tidak normal bagi Remilia Jarrett. Tapi, suara misterius yang memancing rasa penasarannya mampu membuktikan bah...