Kebetulan yang tidak masuk akal, tapi sangat aku syukuri. Amein dari dimensi lain, entah apa alasannya ke sini, tapi aku sangat berterima kasih karena dia datang di waktu yang tepat. Aku melirik Meg, air mata mengalir deras menuruni pipinya. Buru-buru ia meletakkan pistol di meja dan menyergap Amein, meninggalkanku yang langsung mengamankan senjata api yang berbahaya itu. Meg memeluk Amein yang kelihatan bingung dan memelototiku, meminta bantuan atau setidaknya petunjuk. Aku berbisik padanya, "ikuti saja. Dia adalah Ibumu dari dunia ini."
Mengetahui apa yang terjadi pada Amein di dimensi ini, Amein langsung bermain peran dan membalas pelukan Meg. Warna rambutnya yang perak sempat membuat Meg terganggu, tapi ia tidak langsung membahasnya. Ada hal yang lebih penting sekarang. Amein Nacis, pangeran kecilnya, masih hidup dan ada di hadapannya sekarang.
"Astaga, anakku, aku pikir kamu sudah..." Isak tangis membuat suara Meg jadi sulit terdengar. Aku mengisyaratkan Amein untuk membantunya kembali ke sofa. Sebuah ide cerita terlintas di kepalaku. Cerita yang sebenarnya jahat, dengan kebohongan besar yang bisa membuat Meg mengamuk kalau sampai ketahuan, tapi cerita ini akan menenangkannya. Aku menarik napas, lalu saat Meg menatapku dengan tanda tanya, aku mulai mengarang kisahku sendiri.
"Aku tidak tahu bagaimana aku mendapatkan kekuatan yang Anda lihat di kamera pengawas. Itu semua masih misteri buatku, tapi Amein tahu kalau aku ingin menggunakan kekuatan ini untuk membantu pemberontak." Diam-diam aku mulai menggerakkan jari tangan kiriku, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. "Amein tahu kalau Anda berniat melakukan pemberontakan, dan kami ingin membantu. Satu-satunya cara agar kami bisa mendapatkan perhatian Anda adalah dengan membuat Amein 'tewas', yang mana kemudian akan membawa Anda padaku, si 'pembunuh'. Karena itulah kami melakukan rekayasa sedemikian rupa untuk membuat seolah-olah aku membunuh Amein."
Meg dan Amein mendengarkan dengan seksama. Aku ingin memarahi Amein karena ekspresinya bisa membuat Meg curiga, tapi syukurlah Meg tidak memperhatikan. Ia fokus mendengarkan ceritaku, menelan karanganku dan tipu daya yang mengatakan kalau aku sudah mengetahui pemberontakan itu sejak lama. "Tapi, bagaimana dengan mayat di sana? Hasil DNA menunjukkan kalau itu adalah Amein."
"Emma menggunakan sihirnya," ucap Amein tiba-tiba, memancing perhatian Meg padanya. "Kami berdua tidak tahu bagaimana ia melakukannya, dan apakah ia bisa melakukannya lagi atau tidak. Tapi, saat itu dia berhasil membuat sebuah mayat dengan DNA sama persis dengan milikku. Itu kemampuan yang sangat hebat menurutku. Setelahnya aku langsung bersembunyi dan mengubah penampilan agar tidak menarik perhatian warga sekitar."
Aku kembali berterima kasih pada Amein karena membantuku untuk meyakinkan Meg bahwa aku ada di pihaknya, dan aku bukan orang yang harus dikhawatirkannya. Meg mengangguk dan kembali menatapku, senyum hangatnya kembali bersama dengan perasaan bersalah yang tergambar jelas di wajahnya. "Maafkan aku atas tindakanku tadi, ternyata kamu memang gadis spesial, Emma."
Aku hanya mengangguk, tidak sanggup lagi menenun kebohongan yang menjadi fondasi harapan palsu bagi Meg. Amein menyadari ada sesuatu yang menggangguku, lalu dengan pengetahuan yang ia dapatkan dalam waktu singkat tadi, ia mulai mengambil alih. Aku semakin kagum dengan kemampuannya, dia sangat hebat dalam hal ini. Amein meminta Meg untuk pulang dan beristirahat, dan juga mengingatkannya untuk merahasiakan semua ini. Saat Meg menanyakan alasannya, Amein hanya bilang kalau ia ingin ada satu rencana darurat saat semua rencana lainnya gagal, sebuah kejutan terakhir untuk mengalahkan Slare. Meg langsung paham, dan ia berpamitan dengan kami untuk kembali ke Area 91. Suasana hening setelah kepergian Meg, dan Amein hanya menatapku yang masih berdiri kaku. Ia menghampiriku dan membantuku duduk, lalu bergegas ke dapur dan membuatkan cokelat hangat untuk kami berdua.
"Kakakmu belum pulang?" Tanyanya sambil memberiku cangkir cokelat panas.
"Tidak, mungkin besok siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Bintang Hitam: AREA 93
Fantasy[PG-13] Hidup di bawah jajahan satu kota yang mendapatkan kekuatan besar dari meteorit mungkin sudah bisa dianggap sebagai kehidupan yang tidak normal bagi Remilia Jarrett. Tapi, suara misterius yang memancing rasa penasarannya mampu membuktikan bah...